Klip Bantalan Kereta Api Dua Gigi

George Stephenson adalah bapak kereta api dunia yang berhasil menciptakan mesin uap baru bernama Locomotion pada 1821. Sementara Stevens adalah penemu bantalan pada rel kereta api pada 1831—sepuluh tahun sesudahnya. Dua nama orang Eropa tersebut memang sudah terkenal ke seantero jagat manusia. Nama mereka masih dikenang sebagai penemu di bidang transportasi, khususnya dunia perkereta-apian.


Tapi jika menyebut nama Budi Noviantoro, orang tentu segera mengernyitkan dahinya, bertanya-tanya. Padahal dia merupakan seorang penemu asal Indonesia di bidang perekeretapian, yakni klip bantalan kereta api dengan dua gigi. Budi Noviantoro lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, 17 November 1960. Di lajur pendidikan ia mengantongi dua gelar S1; sarjana teknik sipil di Institut Teknologi Surabaya (ITS) dan sarjana ekonomi di Universitas Islam Nusantara Bandung.


Novi, demikian ia akrab disapa, berhasil menemukan penambat rel (fastener) yang dikasih nama KA-Clip—dipatenkan atas nama PT KA dan diproduksi PT Pindad. Penambat rel ini lebih sesuai dengan karakteristik kereta api di Indonesia. Selama ini, ia melihat rel-rel kereta api Indonesia membutuhkan penambat khusus. Ambillah contoh untuk rel ukuran R33, penambat relnya tidak dapat memakai penambat bermerek Pandrol atau DE Clip karen longgar. Ditambah Pandrol atau DE Clip musti diimpor, minimal dirakit di tanah air dengan lisensi dan membayar royalti kepada pemilik paten.


Jika memakai KA-Clip yang sudah diuji bertahun-tahun di lapangan sebelum diakui dan mendapat paten, PT KA tidak perlu repot mengimpor, yang berarti sama halnya dengan menghemat bea impor. Klip rel kereta api temuan Novi hebatnya bisa digunakan di rel berukuran berapa pun—baik R33, R42 maupun R54.


Dan meski ia tak mematenkan temuanya—sebab sudah dipatenkan PJKA, ia tak merasa sedih. Alasannya sedari awal ia memang menyerahkan temuannya langsung ke PJKA untuk dimanfaatkan. Di samping itu pula, ia sepertinya tahu diri, sebab ia merasa tak bekerja sendiri. Ada PT Pindad yang memfasilitasinya mengolah penelitian, pengembangan, lantas memproduksi. Tapi apapun itu, namanya patut kita catatkan pada sejarah penemu Indonesia.

:: Lilih Prilian Ari Pranowo, 30 Tokoh Penemu Indonesia, Yogyakarta: Narasi, 2009 ::

0 komentar:

Post a Comment