Fotografer Ali Lutfi Raih Penghargaan World Press Photo 2013


Fotografer Ali Lutfi dari Solo, Jawa Tengah, mengukir prestasi membanggakan bagi insan jurnalistik Tanah Air dengan karyanya yang berjudul “Mimin” berhasil meraih 2nd prize untuk kategori nature single di ajang penghargaan paling bergengsi bagi fotografer jurnalistik di dunia, World Press Photo.

“Luar biasa, saya sempat terdiam dan tidak percaya,” ujar Lutfi mengungkapkan perasaannya. Lutfi tidak menyangka fotonya terpilih sebagai salah satu foto terbaik tahun 2012 dari 103.481 foto karya 5.666 fotografer yang dilombakan dalam kontes World Press Photo 2013.

Foto Lutfi tersebut merekam seekor monyet yang mengenakan topeng dengan leher dirantai sedang dibawa oleh tuannya. Isu mengenai penyiksaan hewan–dengan dalih apa pun, termasuk untuk pertunjukan atau hiburan lokal–memang sedang hangat dibicarakan di dunia.

Foto yang sederhana karya Upik–panggilan akrab Ali Lutfi–ini memperlihatkan kejeliannya dengan berbagai ragam dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Monyet yang difoto Upik adalah gambaran fenomena dunia hiburan dalam masyarakat yang melibatkan hewan sebagai objeknya.

Menurut Upik, topeng monyet adalah hiburan unik di masyarakat. Namun, di balik itu, ada hal yang ironi dan tragis karena monyet itu harus melewati latihan yang keras untuk meniru tingkah laku manusia.

“Faktor ekonomi bagi pawang atau pemilik monyet itu pun menjadi alasan hiburan ini sampai kini masih ada,” kata pria kelahiran Boyolali, 17 Juli 1976 ini.

Bagi Upik, ini adalah foto kiriman yang kesekian kalinya di ajang foto dunia itu. Dia mengirimkan hasil jepretannya untuk mengikuti ajang lomba foto dunia ini sejak tahun 1999. Dia mulai mengirim karya-karyanya yang masih dalam bentuk cetak. “Saat itu saya masih menggunakan kamera film,” katanya (17 /3).

Fotografi sudah digelutinya sejak di bangku kuliah. Ia mulai menjadi fotografer jurnalistik di Solo Pos. Kemudian, Upik memilih menjadi fotografer freelance dan beberapa tahun terakhir menjadi kontributor Koran Jakarta Globe. Selain lomba-lomba internasional, pria murah senyum ini pun telah beberapa kali memenangi lomba tingkat nasional.

Dia justru mendengar kabar fotonya berhasil mendapat penghargaan World Press Photo dari rekan-rekan sesama fotografer. Hampir semuanya mengatakan “selamat” dan “turut bangga” dengan kemenangan ini, mengingat tak banyak fotografer Indonesia yang berhasil meraihnya.

Dalam catatan, Upik menjadi fotografer Indonesia ketujuh yang meraih World Press Photo.

“Terima kasih atas semuanya kawan-kawan. Semoga fotografi jurnalistik Indonesia semakin berkibar. Thanks to PFI, PFI Solo, dan semua sahabat2 seperjuangan. Kalian hebat,” tulisnya dalam akun Facebook-nya.

Ucapan selamat juga diberikan oleh Kemal Jufri, yang tahun 2011 juga merebut penghargaan World Press Photo.

“Turut bangga melihat fotografer Indonesia kembali berprestasi di ajang foto jurnalistik paling bergengsi di dunia. Selamat untuk Ali Lutfi…,” katanya melalui situs jejaring sosial.

Emil Audero Mulyadi, Pemuda NTB yang Jadi Kiper Juventus, Italia

Tim utama Juventus sedang serius mempersiapkan laga akhir pekan menghadapi Sampdoria. Dalam persiapan jelang laga yang berlangsung di Vinovo, pelatih Juventus Antonio Conte membuat keputusan mengejutkan dengan memanggil kiper berusia 15 tahun.

Emil Audero Mulyadi, Pemuda NTB yang Jadi Kiper Juventus, Italia
Kiper itu adalah pria kelahiran Mataram, NTB bernama Emil Audero Mulyadi. Pria kelahiran Mataram NTB 15 tahun yang lalu itu adalah penjaga gawang muda yang memperkuat klub raksasa Italia, Juventus.

Emil pun bersanding dengan Gianluigi Buffon dan Marco Storari di tengah lapangan Vinovo. Bersama dua penjaga gawang senior itu, Emil melahap porsi latihan yang diberikan langsung oleh staf pelatih Juventus.

Sekitar tiga tahun yang lalu, Emil masih bermukim di Indonesia. Ayahnya pun hingga kini masih menyandang status WNI. Emil mengaku sangat terkesan pernah tinggal di Indonesia. Bagi Emil, keindahan alam di Nusantara sulit untuk dilupakannya.

Emil Audero Mulyadi, Pemuda NTB yang Jadi Kiper Juventus, Italia

“Saya sangat menyukai pantai-pantai yang ada di Indonesia dan berselancar disana, Pantai Selong Belanak menjadi favorit saya karena sangat indah,” ujar pemain yang baru saja terpilih sebagai penjaga gawang terbaik di ajang penghargaan “The Young Italy Talents of The Future 2012″, seperti dikutip indonesiatalent.net.

Dua tahun yang lalu, Emil memutuskan mengasah karier sebagai pesepakbola di tanah kelahiran sang ibu, Italia. Pilihan Emil terbukti tepat. Hanya beberapa bulan setelah berkarier di Italia, dia direkrut Juventus. Tidak hanya itu, Emil pun menjelma menjadi pemain utama di tim Juventus U-17.

“Ketika saya bermain untuk salah satu klub di Italia, saya mengikuti beberapa kali training session dengan Juventus dan setelahnya Juventus mengatakan pada saya bahwa mereka tertarik dengan saya dan menyatakan bahwa mulai tahun depan (2011) saya adalah pemain Juventus,” papar pemain yang bisa berbahasa Indonesia itu.

Gemilangnya penampilan kiper bertinggi badan 188 sentimeter ini langsung tercium ke seantero Italia. Namanya pun dipilih masuk memperkuat timnas Italua U-17. Hingga kini Emil menjadi pilihan utama timnas Italia U-17.

Emil Audero Mulyadi, Pemuda NTB yang Jadi Kiper Juventus, Italia
Emil dkk di timnas Italia.

Prospek karier Emil di Juventus pun cerah. Ini terbukti dengan keputusan pelatih Antonio Conte memanggilnya berlatih dengan tim utama si Nyonya Tua pada Januari ini.

Segala dokumentasi debut Emil di tim utama terpublikasi luas di akun Twitter. Emil sendiri sangat antusias dengan debut perdananya dalam latihan tim utama. Laman Twitter Emil Audero Mulyadi, @EmilAudero, sontak dibanjiri oleh ucapan selamat yang mayoritasnya adalah pengguna Twitter asal Indonesia.[]

Siswa SMKN 1 Cerme Manfaatkan Kulit Pisang dan Durian Sebagai Sumber Listrik

Kulit durian dan kulit pisang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik karena kandungan natrium, kalium, dan magnesiumnya dapat digunakan sebagai sumber energi pada baterai bekas yang sudah dibuang isinya.

Siswa SMKN 1 Cerme Manfaatkan Kulit Pisang & Durian Sebagai Sumber Listrik
Memanfaatkan kulit pisang dan durian sebagai sumber energi listrik sangat mudah. Alat yang diperlukan hanya tang, obeng, pisau, multimeter atau AVO (ampere, volt, ohm) meter, lampu LED, kabel, dan blender. Media yang disiapkan adalah kulit bagian dalam durian atau pisang.

Kulit durian atau pisang diblender, kemudian dimasukkan ke dalam wadah baterai kosong, lalu dipadatkan. Baterai ditutup rapat dan disegel. Baterai yang sudah diisi kulit pisang atau durian diuji dengan AVO meter untuk mengetahui daya kuat arus dan beda potensial (tegangan) yang dihasilkan.

Putu Oka Sukanta & Dominikus Sorabut Terima Penghargaan Human Rights Watch

Dua penulis Indonesia, Putu Oka Sukanta dari Bali dan Dominikus Sorabut dari Papua mendapat penghargaan Hellman/Hammett dari lembaga hak asasi manusia Human Rights Watch (HRW).

Putu & Dominikus termasuk dari 41 penulis dari 19 negara yang menerima penghargaan tahunan internasional yang diberikan setiap tahun bagi penulis yang berkomitmen pada kebebasan menyampaikan pendapat dan ketabahan mereka dalam menghadapi penyiksaan berlatar belakang politik atau pelanggaran hak asasi manusia (HAM), dan membutuhkan bantuan keuangan. Mereka yang dianugerahi hadiah itu termasuk wartawan, blogger dan penyair.

Putu, kelahiran Singaraja pada 1939, adalah penyair dan penulis novel. Semasa mudanya ia adalah wartawan dan aktif dalam perhimpunan seniman berhaluan kiri pada era Sukarno.

Pada awal 1966, Putu ditahan selama 10 tahun karena berbagai tulisan dan organisasinya, serta mengalami siksaan seperti pemukulan dan dibiarkan kelaparan. Meskipun kondisi-kondisi penjara yang tidak manusiawi, ia sempat mempelajari akupunktur dan obat-obatan herbal dari sesama tahanan.

Setelah dibebaskan pada 1976, ia mencari nafkah dengan bekerja sebagai akupunkturis dan ahli herbal serta menerbitkan banyak sajak, cerita  dan novel lewat penerbit-penerbit alternatif dan internasional karena penerbit-penerbit utama di Indonesia menolak karyanya. Ia juga menulis banyak buku mengenai pengobatan tradisional dan akupunktur.

Dominikus adalah aktivis Papua yang memproduksi sejumlah film dokumenter mengenai isu-isu seperti penggundulan hutan, penambangan liar dan upaya pemerintah Indonesia untuk melenyapkan budaya Melanesia Papua.

Pada 2010, ia mewawancarai seorang petani Papua yang disiksa oleh tentara Indonesia yang memaparkan ke dunia internasional penyiksaan dan penderitaan para petani. Dominikus sudah menulis beberapa artikel dan sejumlah  manuskrip buku mengenai orang Papua.

Dalam pernyataan tertulisnya, HRW mengatakan Dominikus ditangkap sewaktu menghadiri demonstrasi damai bagi kemerdekaan  Papua Oktober 2011, ketika polisi Indonesia dan tentara melepaskan tembakan ke kerumunan dan menahan lebih dari 300 demonstran.

Dominikus didapati  bersalah melakukan pengkhianatan bersama 4 tokoh Papua lainnya dan dijatuhi hukuman penjara tiga tahun. Ia kini berada di penjara Abepura di Jayapura, Papua.

Menurut HRW di New York, hadiah Hellman/Hammett membantu penulis yang menderita  lantaran menerbitkan informasi atau menyampaikan ide yang mengecam atau menyinggung kalangan yang berkuasa.

Penghargaan ini adalah untuk mengenang mendiang penulis skenario Amerika Lillian Hellman dan novelis Dashiel Hammett, teman hidupnya sejak lama. Keduanya diinterogasi Komite Kongres AS terkait keyakinan politik dan afiliasinya selama investigasi anti-komunis yang agresif pada 1950an. Hellman menderita secara professional dan tidak dapat menemukan pekerjaan, sementara Hammett dipenjara.

Selama 22 tahun, lebih dari 700 penulis dari 92 negara telah dianugerahi penghargaan Hellman/Hammett dengan hadiah US$10.000, sehingga jumlah totalnya telah mencapai lebih dari $3 juta dolar.

Program ini juga memberi bantuan darurat kepada para penulis yang secepatnya harus meninggalkan negara mereka atau memerlukan pengobatan segera setelah menjalani hukuman penjara atau mengalami penyiksaan.

Dari ke-41 penerima hadiah itu, 23 berasal dari Asia, 2 dari Eropa dan Asia Tengah, 6 dari Timur Tengah dan Afrika Utara, 10 orang dari Afrika.[]

Sumber: voaindonesia.com

Film “Negeri di Bawah Kabut” Raih 3 Penghargaan di Jogja Asian Film Festival (JAFF)

Film Negeri di Bawah Kabut atau The Land Beneath the Fog kembali meraih penghargaan internsional. Kali ini Negeri di Bawah Kabut meraih 3 penghargaan dalam ajang Jogja Asian Film Festival (JAFF), yang digelar di Taman Budaya Yogyakarta XXI pada 1 – 5 Desember lalu. Tiga penghargaan yang diterima masing-masing dari Geber Award, NETPAC Award, dan special mention.

“JAFF identik dengan peta sinema Asia. Setiap penyelenggaraan selalu menghasilkan peta agar kita semua bisa mengetahui perkembangan mutakhir sinema Asia,” tutur Presiden Festival, Garin Nugroho, di malam penghargaan JAFF di Taman Budaya Yogyakarta, (5/12).

Dikutip dari situs Filmindonesia, penghargaan tertinggi ajang ini, memilih Bunohan karya Dain Said (Malaysia) mendapat Golden Hanoman. Sedangkan film Postcard from the Zoo karya Edwin mendapat Silver Hanoman.

“Bunohan merupakan film yang mampu memanfaatkan lokalitas dengan sangat baik, sehingga menghasilkan potensi artstik dan komersil yang sama tingginya,” Paul Agusta, salah satu juri, berkomentar.

Sementara kategori NEPAC memilih Cartas de la Soledad karya Teng Manganaskan II (Filipina) dan Negeri di Bawah Kabut sebagai pemenangnya.

“Untuk film Negeri di Bawah Kabut, bahasa visual yang dipakai Shalahudin Siregar puitis dan efektif dalam menceritakan kehidupan petani dan perubahan iklim. Semakin ke sini, isu perubahan iklim bisa dibilang semakin mendesak,” komentar Zhang Wenjie.

Negeri di Bawah Kabut juga menang di kategori Geber Award. Film ini bersaing ketat dengan film Bunohan.

Untuk kategori film pendek terpilih The Three Sisters karya Leon Cheo (Singapura) sebagai peraih Blencong Award. Ajang ini juga memberikan penghargaan khusus pada film berjudul Blames and Flames karya Mohammadreza Farzad (Iran).

Kedua film itu bersaing dengan 7 film pendek lain yang masuk nominasi, seperti Bunglon (Angkasa Ramadhan, Indonesia), Overseas (Anocha Suwichakornpong & Wichanon Somumjarn, Thailand), Hunger Pangs (Richard Legaspi, Filipina), Please Me Love (Sidi Saleh, Indonesia) dan Ritual (Ismail Basbeth, Indonesia). Tujuh film yang masuk nominasi ini telah mengalahkan 48 film pendek yang terdaftar.[]

Sumber: cekricek.co.id

Indonesia Raih Penghargaan President’s Trophy di Parade Bunga Pasadena, AS

Indonesia kembali meraih penghargaan President’s Trophy dalam Parade Bunga Mawar di Pasadena, California, yang diikuti oleh 41 kendaraan hias berbagai instansi di negara bagian Amerika Serikat dan beberapa negara di dunia.

Indonesia Raih Penghargaan President’s Trophy di Parade Bunga Pasadena, AS
“Ini sudah sesuai dengan target kami, untuk mempertahankan President`s Trophy,” kata Wakil Delegasi Indonesia dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Noviendi Makalam usai Parade Bunga Mawar ke-124, di Pasadena, California, Amerika Serikat (AS), 31 Desember 2012.

Tahun lalu, kendaraan hias Indonesia juga mendapat President`s Trophy sebagai penghargaan untuk peserta nonkomersial yang menggunakan bunga paling efektif pada kendaraan hias mereka.

“Kami sebetulnya belum puas, seharusnya kita dapat tropi lebih tinggi lagi,” kata Novendi.

kendaraan hias pasadena di indonesiaproud wordpress comPada ajang tahunan itu, Indonesia menampilkan dua kendaraan hias, yaitu satu kendaraan hias kecil yang menampilkan obyek wisata stupa dan gamelan di Jawa Tengah, serta kendaraan besar yang menampilan wayang golek dalam wujud Krisna, Arjuna, dan Gatot Kaca.

“Kita harus melakukan sinergi untuk mencapai penghargaan lebih tinggi pada Parade Bunga Mawar Pasadena tahun 2014,” ujarnya.

Noviendi mengatakan, keikutsertaan Indonesia pada Parade Bunga Mawar di Pasadena dimaksudkan untuk memromosikan pariwisata nasional di Amerika Serikat (AS).

“Promosi pariwisata di AS tidak hanya dilakukan lewat penjualan melalui pihak ketiga, tapi juga memperkenalkan Indonesia pada masyarakat luas di negeri itu,” kata Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung ini.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu mengatakan, sekitar satu juta orang menonton parade itu secara langsung dan 34 juta orang menonton dari siaran televisi di AS.

Keikutsertaan Indonesia pada Parade Bunga Mawar tahun 2013 merupakan kedua kalinya setelah 16 tahun absen ikut pada kegiatan tersebut sejak 1996.

Pada 1992 dan 1995 Indonesia mendapat “Grand Marshall`s Trophy” sebagai kendaraan hias yang memiliki konsep dan desain paling kreatif.[]

Sumber: antaranews.com

The Raid Masuk Jajaran Film Terbaik 2012

Film The Raid atau Serbuan Maut memang fenomenal. Kehadirannya tidak hanya membekas dalam ingatan penikmat film di Indonesia, tetapi juga penonton di luar negeri. Film yang diproduseri oleh Ario Sagantoro dan disutradarai Gareth Evans ini diputar serentak di Indonesia dan Amerika Serikat pada 23 Maret 2012. The Raid merupakan film Indonesia pertama yang diputar serentak di Amerika dan Indonesia.

The Raid Masuk Jajaran Film Terbaik 2012
Sambutan positif tak hanya datang dari publik Indonesia, tapi juga penikmat film luar negeri memberi apresiasi tinggi kepada film yang dibintangi Iko Uwais, Joe Taslim, Donny Alamsyah dan Ray Sahetapy ini. The Raid telah memperoleh penghargaan di beberapa festival film internasional.

Seperti media kebanyakan, sejumlah media hiburan luar negeri pun membuat kaleidoskop film terbaik tahun ini. The Raid masuk dalam daftar film terbaik tahun ini menurut sejumlah situs berita asing, antara lain Female First dan Total Film.