Penggagas Telepon Satelit di Indonesia

Februari 2000, sebuah satelit anyar diluncurkan, menempati lintasan imajiner yang terletak 36.000 km di atas permukaan bumi. Nama satelit itu adalah satelit Garuda-1. Membikin suprise di dunia pertelekomunikasian. Tidak hanya Indonesia, dunia pun terlonjak kaget.
Terang saja dunia tercengang dengan kemampuan Indonesia ini. Sewaktu itu—dapat dikatakan—seluruh satelit telekomunikasi dunia diluncurkan pada orbit rendah (600-1.000 km) dan menengah (7.000 – 10.000 km).
Satelit-satelit ini punya kelemahan. Pertama, daya jangkaunya yang terbatas. Padahal untuk bisa meliput sebelah belahan dunia membutuhkan sekira 60 satelit rendah atau 12 satelit berorbit menengah.

Di samping itu, ada kelemahan lainnya, yaitu pengoperasian sistem telekomunikasi satelit pada telepon bergerak kala itu pesawatnya tidak praktis. Bayangkan perangkat telepon bergerak yang digunakan berkomunikasi via satelit punya ukuran hampir sebesar kopor untuk traveling. Pengoperasiannya juga memerlukan stasiun bumi, berupa antena parabola berdiameter satu meter.

Pelepasan satelit Garuda-1 ke atas langit jelas menambah gengsi politik dan ekonomi. Di samping sistem FSS (Palapa dan Telkom), Indonesia menjadi salah satu negara pengguna dan pemilik satelit terbesar di kawasan Asia.

Penggagasnya Orang Indonesia Lho…
Penggagasnya? Jangan heran kalau disebutkan, dia tak lain tak bukan adalah putra Indonesia. Namanya Adi Rahman Adiwoso. Lahir di Yogyakarta 26 Juli 1953. Mengeyam pendidikan tinggi di Bachelor of Science dari Purdue University, USA (1975) dan Master of Science Bidang Aeronautika dan Astronautika, California Institute of Technology, USA (1976).

Adiwoso sudah lama berkecimpung di dunia persatelitan. Pada 1970-an, ketika ia masih kuliah di AS, ia magang di bagian perakitan satelit Hughes Aircraft, salah satu kontraktor pertahanan internasional terbesar yang basisnya ada di California. Selepas 8 tahun bekerja, ia kemudian pulang ke tanah kelahirannya, Yogyakarta. Berbekal keahliannya yang dimilikinya, dia lantas menghasilkan teknologi sekaligus produk baru yang belum ada di pasaran dunia. Teknologi ini memungkinkan komunikasi handphone mampu dilakukan di mana saja. Meski jaringan kabel belum menjangkau dan telepon seluler konvensional kehilangan sinyal, sistem telekomunikasi temuannya akan tetap “on”.

Inovasi buatan Adi tak hanya memperluas cakupan satelit, tetapi juga memperkecil dimensi pesawat telepon bergerak berbasis satelit ini. Daya pancar yang dimiliki satelit Garuda-1 bisa mencapai 10 kw. Karenanya sinyal Garuda-1 bisa diterima dengan handphone yang sekaligus merupakan stasiun bumi. “Inilah stasiun bumi terkecil dan termurah yang pernah dibuat manusia,” tukas Adi. Jaringan telepon satelit yang menginduk ke Garuda-1 itu selanjutnya dikemas dengan brandmerk Byru.

Kinerja telepon ini sangat bergantung pada Garuda-1, di mana pengendali pengontrol satelitnya ada di Pulau Batam. Di situ juga dibangun pusat kendali jaringan (Network Control Center—NCC), yakni pengatur arus percakapan dengan panel pengaturnya.

Tim Work Is Solution
Gagasan Adi itu tak diwujudkan sendirian. Manusia memang tak bisa bekerja sendirian, butuh bantuan dan kerja sama orang lain agar berhasil. Makanya ia menjalin kerja sama dengan beberapa pihak. Sebut saja misalnya, ia membikin satelitnya di tempat ia pernah bekerja, Hughes Aircraft. Sementara handphone R190-nya dipesan ke pabrik handphone kenamaan, Ericsson, Swedia. Toh demikian, blue print-nya tetap buatan Adi dan timnya di PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), yang didirikan Adi dan Iskandar Alisjahbana (guru besar dan mantan rektor ITB) pada 1991. Lahirlah Byru dan Pasti—merek dagang sistem telepon satelit buatan PSN. 

Bersama perangkat telekomunikasi PSN ini, Byru, Pasti (Pasang Telepon Sendiri) dan jasa internet Bina (Balai Informasi Nusantara), penduduk daerah yang belum terjangkau jaringan telepon kabel dan nirkabel tetap bisa bertelepon-ria dan seluncur di dunia maya. Pada akhir 2003, PSN berani membuat klaim telah membebaskan 2.975 desa di 40 kabupaten di Indonesia dari isolasi telekomunikasi dengan perangkatnya yang berbasis satelit.

Pada 27 September 2005, Adiwoso diganjar gelar Satellite Executive of the Year oleh The Asia-Pacific Satellite Communications Council (APSCC). Karena merintis pengembangan satelit untuk menembus daerah pedalaman. Ia adalah orang pertama yang mendapatkannya. (Lilih Prilian Ari Pranowo)

0 komentar:

Post a Comment