NYIA 2010 Didominasi Inovasi Sederhana dan Praktis

TEMPO Interaktif, Jakarta - Sejumlah ide yang diusung para pelajar dalam ajang National Young Inventor Awards (NYIA) 2010 adalah inovasi sederhana untuk mempermudah pekerjaan sehari-hari. Tim dari Sekolah Menengah Atas Stella Duce 1 Yogyakarta, misalnya, membuat protektor sothil untuk melindungi tangan dan muka dari cipratan minyak goreng. Grace Shelia Pramitha Putri dan Joanna Dyas Ekaristi Pepe mengaitkan beberapa cempal--lapisan kain penahan panas--pada sothil sebagai pelindung tangan.

Finalis lain dalam ajang kreativitas yang digelar LIPI itu, Agata Nina Puspita dan Revi Serviyani Dina Pertiwi, yang juga dari SMA Stella Duce 1, membuat kuas penampung cat yang menggunakan tabung berkapasitas 500 mililiter, sebagai gagang kuas. Dengan memanfaatkan gaya gravitasi, kuas ini memudahkan orang mengecat tanpa harus bolak-balik memasukkan kuas ke kaleng cat karena cat sudah ditampung dalam gagangnya.

Gosta Gigi karya Adrian Zikri, Fajar Satria Pratama, dan Ilga Yulian Putra dari SMAN 3 Padang juga menggabungkan dua benda menjadi satu, yaitu sikat dan pasta gigi. Alat ini memudahkan penderita cacat fisik mengoleskan pasta gigi pada sikat hanya dengan satu tangan. "Kami menambahkan metapiston pada bagian gagang dan menambahkan grip track sebagai jalur pergerakan piston," kata Adrian. "Fungsinya sebagai kompresor udara untuk menentukan volume pasta gigi yang keluar."

Meski tak berhasil merebut juara dalam kompetisi inovasi pelajar usia 8-18 tahun itu, Kuas Penampung Cat dan Gosta Gigi memperoleh kesempatan untuk berlomba dalam International Exhibition for Young Inventors ke-7 di Vietnam pada 16-18 Desember 2010.

Inovasi karya Erlinda Nurul Kusuma, Maria Fransisca Simbolon, dan Delphine Yustica Ratnasari, yang meraih posisi ketiga NYIA 2010, juga menonjolkan sisi kepraktisan. Pot langsung pupuk (Potlangpuk) dan lempengan pupuk (Pengpuk) karya tiga siswi SMA Negeri 6 Yogyakarta tersebut terbuat dari campuran pupuk kandang atau kompos dengan tanah serta dibentuk menjadi pot. "Tinggal disiram, potnya memupuk sendiri," kata Erlinda.

Ketua tim juri, Dr Subiyatno, dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia memuji pot pupuk yang sederhana dan praktis itu. "Memudahkan orang yang tinggal di apartemen karena cukup menyiram tanpa repot harus memupuk tanamannya," katanya. "Pot ini siap pakai dan tahan hingga beberapa tahun sebelum habis."

Subiyatno menilai inovasi ini berpotensi membuka lapangan pekerjaan baru bagi penduduk pedesaan. Pembuatannya mudah, hanya mencampur kotoran kambing atau kompos dengan tanah, kemudian dicetak dan dikeringkan di bawah sinar matahari.

"Untuk orang malas, ide-ide seperti ini bagus sekali," katanya. "Inovasi memang kerap muncul untuk mempermudah sesuatu yang sebelumnya sulit dilakukan. Semakin malas, inovasi akan semakin mempermudah tugas yang harus dikerjakan."

Erlinda dan timnya mengaku gagasan membuat pot pupuk itu muncul ketika mereka harus mengurus tanaman di sekolahnya namun tak punya waktu untuk memelihara dan memupuknya secara rutin. "Kami kesulitan memupuk semua tanaman karena kami juga harus praktikum," ujarnya. "Dengan Potlangpuk ini praktis, tinggal siram air saja sudah beres."

l TJANDRA

0 komentar:

Post a Comment