The Greatest Intellect of All Time
INI UNTUK MENGINSPIRASI PARA PENEMU DI INDONESIA
Alkisah, di tahun 1666, seorang fisikawan, matematikawan, ahli astronomi, filsuf, alkimiwan, dan teolog asal Inggris duduk-duduk di bawah pohon apel di Taman Woolsthorpe. Saat itu, imajinasi kreatifnya sedang membayang-bayangkan tentang bumi yang bulat dan mengapa segala yang ada di muka bumi ini menapak atau jatuh ke tanah, selain awan dan angin. Lama ia tercenung-cenung dari pagi, sampai akhirnya ketika ia sedang termangu-mangu sebuah apel jatuh mengenai kepalanya. Dukk... ia terkejut dan mengelus-elus kepalanya sambil meringis kesakitan. Namun, imajinasi kreatifnya segera berseru-seru... ambil apel itu... ambil apel itu. Ia menjumput apel itu dan memperhatikannya bolak-balik. Dan... imajinasinya mengawang, melampaui dirinya. Gambaran yang dicari-carinya menari-nari di dalam kepalanya. Ia pun menemukan teori yang mengubah pengetahuan masa depan umat manusia, yaitu teori gravitasi.
Lahir Prematur Tanpa Ayah
Isaac Newton dilahirkan secara prematur tanggal 25 Desember 1642 di Woolsthorpe, sebuah hamlet (desa) di County Lincolnshire, Inggris. Ayahnya yang juga bernama Isaac Newton meninggal tiga bulan sebelum hari kelahirannya. Karena itu, tiga tahun berikutnya ibunya, Hannah Ayscough, menikah lagi dan meninggalkan Newton kecil di bawah asuhan neneknya, Margery Ayscough. Itu membuat Newton benci setengah mati terhadap ibu dan ayah tirinya.
Sebagai seorang yang lahir prematur, ada cerita dari Hannah, ketika Newton lahir ia bisa dimasukkan ke dalam sebuah cangkir (1,1 liter). Kelahirannya yang prematur ini menyebabkan pertumbuhan Newton secara mental dan fisik terhambat. Profesor Simon Baron-Cohen, peneliti dari Pusat Riset Autisme Universitas Cambridge, Inggris, menyatakan bahwa Newton mengidap penyakit autisme.
Tentu saja “tudingan” Simon Baron-Cohen langsung mengundang perhatian. Maklumlah, selama ini autisme merupakan penyakit yang masih misterius. Gejala penyakit yang ditemukan pada 1943 oleh Leo Kanner, dokter ahli jiwa di Baltimore, Amerika Serikat, ini sungguh aneh. Si pengidap autisme selalu kesulitan berkomunikasi verbal, temperamental, soliter, dan antisosial. Bahkan, dalam sebagian besar kasus, orang autistik juga memiliki tingkat intelligence quotient (IQ) di bawah rata-rata orang normal. Nah, si Newton ini juga memiliki ciri-ciri yang sama: antisosial karena lebih suka menghabiskan waktunya pada penelitian, penyendiri, suka melamun, kesulitan komunikasi verbal. Lantaran, sikapnya inilah Newton dijauhi kawan-kawan sebayanya karena dianggap gila dan bodoh.
Hidup Layaknya Orang Normal
Akan tetapi, meskipun dicap gila dan bodoh, Newton mengenyam bangku sekolah. Walaupun, usianya waktu sekolah sudah 12 tahun. Hingga usianya mencapai 17 tahun, Newton sekolah di The King's School yang terletak di Grantham--tanda tangannya masih terdapat di perpustakaan sekolah. Dalam perkembangannya, keluarganya mengeluarkannya dari sekolah dengan alasan agar dia menjadi petani saja, bagaimanapun Newton tidak menyukai pekerjaan barunya. Kepala sekolah King's School kemudian meyakinkan ibunya untuk mengirim Newton kembali ke sekolah sehingga ia dapat menamatkan pendidikannya. Newton dapat menamatkan sekolah pada usia 18 tahun dengan nilai yang memuaskan. Antara penyakit dan kepandaiannya memang agak kontradiktif.
Menemukan Teori Gravitasi
Pada Juni 1661, Newton diterima di Trinity College Universitas Cambridge sebagai seorang sizar (mahasiswa yang belajar sambil bekerja). Pada saat itu, ajaran universitas didasarkan pada ajaran Aristoteles, namun Newton lebih memilih untuk membaca gagasan-gagasan filsuf modern yang lebih maju, seperti Descartes dan astronom (Copernicus, Galileo, dan Kepler). Tahun 1665, ia menemukan teorema binomial umum dan mulai mengembangkan teori matematika yang pada akhirnya berkembang menjadi kalkulus. Segera setelah Newton mendapatkan gelarnya pada Agustus 1665, Universitas Cambridge ditutup oleh karena adanya Wabah Besar. Walaupun dalam studinya di Cambridge biasa-biasa saja, studi privat yang dilakukannya di rumahnya di Woolsthorpe selama dua tahun mendorongnya mengembangkan teori kalkulus dan optika.
Ketika ia sedang duduk di Taman Woolsthorpe, ia pun kejatuhan apel. Dan cerita tentang kepala kejatuhan apel inilah yang menjadi inspirasi dari hukum gravitasi. Isaac Newton adalah satu dari orang bodoh di dunia yang berhasil di bidangnya. Bagaimana? Newton adalah seorang autis... (Lilih Prilian Ari Pranowo)
Alkisah, di tahun 1666, seorang fisikawan, matematikawan, ahli astronomi, filsuf, alkimiwan, dan teolog asal Inggris duduk-duduk di bawah pohon apel di Taman Woolsthorpe. Saat itu, imajinasi kreatifnya sedang membayang-bayangkan tentang bumi yang bulat dan mengapa segala yang ada di muka bumi ini menapak atau jatuh ke tanah, selain awan dan angin. Lama ia tercenung-cenung dari pagi, sampai akhirnya ketika ia sedang termangu-mangu sebuah apel jatuh mengenai kepalanya. Dukk... ia terkejut dan mengelus-elus kepalanya sambil meringis kesakitan. Namun, imajinasi kreatifnya segera berseru-seru... ambil apel itu... ambil apel itu. Ia menjumput apel itu dan memperhatikannya bolak-balik. Dan... imajinasinya mengawang, melampaui dirinya. Gambaran yang dicari-carinya menari-nari di dalam kepalanya. Ia pun menemukan teori yang mengubah pengetahuan masa depan umat manusia, yaitu teori gravitasi.
Lahir Prematur Tanpa Ayah
Isaac Newton dilahirkan secara prematur tanggal 25 Desember 1642 di Woolsthorpe, sebuah hamlet (desa) di County Lincolnshire, Inggris. Ayahnya yang juga bernama Isaac Newton meninggal tiga bulan sebelum hari kelahirannya. Karena itu, tiga tahun berikutnya ibunya, Hannah Ayscough, menikah lagi dan meninggalkan Newton kecil di bawah asuhan neneknya, Margery Ayscough. Itu membuat Newton benci setengah mati terhadap ibu dan ayah tirinya.
Sebagai seorang yang lahir prematur, ada cerita dari Hannah, ketika Newton lahir ia bisa dimasukkan ke dalam sebuah cangkir (1,1 liter). Kelahirannya yang prematur ini menyebabkan pertumbuhan Newton secara mental dan fisik terhambat. Profesor Simon Baron-Cohen, peneliti dari Pusat Riset Autisme Universitas Cambridge, Inggris, menyatakan bahwa Newton mengidap penyakit autisme.
Tentu saja “tudingan” Simon Baron-Cohen langsung mengundang perhatian. Maklumlah, selama ini autisme merupakan penyakit yang masih misterius. Gejala penyakit yang ditemukan pada 1943 oleh Leo Kanner, dokter ahli jiwa di Baltimore, Amerika Serikat, ini sungguh aneh. Si pengidap autisme selalu kesulitan berkomunikasi verbal, temperamental, soliter, dan antisosial. Bahkan, dalam sebagian besar kasus, orang autistik juga memiliki tingkat intelligence quotient (IQ) di bawah rata-rata orang normal. Nah, si Newton ini juga memiliki ciri-ciri yang sama: antisosial karena lebih suka menghabiskan waktunya pada penelitian, penyendiri, suka melamun, kesulitan komunikasi verbal. Lantaran, sikapnya inilah Newton dijauhi kawan-kawan sebayanya karena dianggap gila dan bodoh.
Hidup Layaknya Orang Normal
Akan tetapi, meskipun dicap gila dan bodoh, Newton mengenyam bangku sekolah. Walaupun, usianya waktu sekolah sudah 12 tahun. Hingga usianya mencapai 17 tahun, Newton sekolah di The King's School yang terletak di Grantham--tanda tangannya masih terdapat di perpustakaan sekolah. Dalam perkembangannya, keluarganya mengeluarkannya dari sekolah dengan alasan agar dia menjadi petani saja, bagaimanapun Newton tidak menyukai pekerjaan barunya. Kepala sekolah King's School kemudian meyakinkan ibunya untuk mengirim Newton kembali ke sekolah sehingga ia dapat menamatkan pendidikannya. Newton dapat menamatkan sekolah pada usia 18 tahun dengan nilai yang memuaskan. Antara penyakit dan kepandaiannya memang agak kontradiktif.
Menemukan Teori Gravitasi
Pada Juni 1661, Newton diterima di Trinity College Universitas Cambridge sebagai seorang sizar (mahasiswa yang belajar sambil bekerja). Pada saat itu, ajaran universitas didasarkan pada ajaran Aristoteles, namun Newton lebih memilih untuk membaca gagasan-gagasan filsuf modern yang lebih maju, seperti Descartes dan astronom (Copernicus, Galileo, dan Kepler). Tahun 1665, ia menemukan teorema binomial umum dan mulai mengembangkan teori matematika yang pada akhirnya berkembang menjadi kalkulus. Segera setelah Newton mendapatkan gelarnya pada Agustus 1665, Universitas Cambridge ditutup oleh karena adanya Wabah Besar. Walaupun dalam studinya di Cambridge biasa-biasa saja, studi privat yang dilakukannya di rumahnya di Woolsthorpe selama dua tahun mendorongnya mengembangkan teori kalkulus dan optika.
Ketika ia sedang duduk di Taman Woolsthorpe, ia pun kejatuhan apel. Dan cerita tentang kepala kejatuhan apel inilah yang menjadi inspirasi dari hukum gravitasi. Isaac Newton adalah satu dari orang bodoh di dunia yang berhasil di bidangnya. Bagaimana? Newton adalah seorang autis... (Lilih Prilian Ari Pranowo)
0 komentar:
Post a Comment