Daun Ajaib Penyambung Nyawa
Belum ada literatur yang bisa menjelaskan mengapa tanaman bernama Latin Gynura Procumbens (Lour) Merr ini disebut Sambung Nyawa. Mungkin karena manfaatnya dalam meredam beragam penyakit, sehingga bisa membuat umur panjang. Yang pasti, sampai sekarang tanaman yang punya nama lokal Ngokilo ini terus dimanfaatkan sebagai pereda beragam penyakit. Pun industri nasional telah lama meliriknya untuk dijadikan ekstrak atau bahan dasar beragam ramuan dalam kemasan.
Kenyataan ini sebenarnya bermula dari pengakuan yang banyak beredar di tengah masyarakat. Sudah sejak zaman dulu orang memanfaatkan Sambung Nyawa untuk beragam penyakit, dari maag, kolesterol tinggi, hipertensi, hingga kanker. Untuk mengkonsumsinya tak dibutuhkan kerepotan. Tinggal dicuci bersih-bersih, lantas langsung dilalap bisa, dicocol sambal pun boleh. Jika ingin variasi rasa, bisa juga dijus, ditumis, atau dikukus.
Berbagai pengakuan yang muncul di tengah masyarakat akan khasiat Sambung Nyawa, kemudian menantang kalangan ilmuwan maupun akademisi untuk membuktikan fakta secara ilmiah. Salah satunya Dr. drg. Dewi Agustina M.D.Sc. Periset yang berasal dari lingkungan Universitas Gajah Mada, Fakultas Kedokteran Gigi itu mempunyai kertas kerja bertajuk, ”Efek Antikarsinogenesis Ekstrak Etanolik Daun Gynura Procumbens (Lour) Merr pada Mukosa Lidah Tikus Sprague Dawley yang Diinduksi 4 Nitroquinoline 1-Oxide”.
Sebetulnya, Dewi bukan yang pertama kalinya meneliti. Di Indonesia, penelitian tentang khasiat daun Sambung Nyawa sudah banyak dilakukan para ahli Indonesia, bahkan negara lain, macam Malaysia, Singapura, dan Korea Selatan. Hanya saja fokus yang diteliti Dewi ialah pengaruh ekstrak daun Sambung Nyawa untuk menghambat laju kanker mulut. Dan bukan yang lain-lain.
Penelitian Dewi dilakukan pada 92 tikus jantan dewasa umur 3 minggu, yang dibaginya ke dalam 11 kelompok. Kelompok I, IV, dan VII sebagai kontrol positif 4NQO; kelompok II, V, VIII untuk melihat efek preventif ekstrak etanolik daun Gynura Procumbens; kelompok III, VI, IX untuk melihat efek profilaksisnya; dan kelompok X, XI sebagai kontrol positif ekstrak etanolik daun Gynura Procumbens dan kontrol negatif.
Demi mengaktivasi sel-sel kanker, Dewi membuat rekayasa karsinogenesis pada tikus-tikus percobaan. Untuk mempermudah istilah, kita sebut karsinogenesis ialah suatu agen. Di mana agen ini mampu mengubah genetik sel. Bentuknya biasa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyiaran) atau sinar matahari. Perekayasaan model begini umum terjadi dalam setiap penelitian yang ada kelinci percobaannya. Caranya, lidah tikus-tikus putih diolesi semacam obat karsinogenesis tadi. Nama kimia obat itu 4 Nitroquinoline 1 Oxide, disingkat 4NQO. Apabila dilakukan berulang-ulang akan muncul lesi DNA yang berupa mutasi gen H-ras. Berikutnya yang terjadi, sel-sel normal akan berubah menjadi reaktif.
Nah, lantaran sudah reaktif, terjadi penghambatan apoptosis dan diferensial sel. Ketika keduanya dihambat, terjadi apa yang biasa dinamai dalam dunia medis, proses proliferasi sel yang berlebihan. Fenomena tersebut dapat disebabkan aktivisasi onkogen maupun inaktivasi gen supresor tumor, di antaranya disebut gen supresor tumor p53—sebuah gen supresor tumor yang diidentifikasikan banyak menjangkiti manusia. Pada tahap ini sel sudah terinfeksi kanker, biasa pula disebut tahap inisiasi. Suatu tahap perubahan dalam bahan genetik sel yang bisa memancing sel menjadi ganas.
Selama 36 minggu Dewi menunggui risetnya dengan tekun. Tiap hari, dia harus mengecek perkembangan tikus-tikusnya, yang ditaruhnya di Fakultas Farmasi dan dirawat dengan bantuan seorang asisten. Hasilnya? Ketekunan selama 36 minggu, bolehlah berbuah menggembirakan. Dia berkesimpulan bahwa ekstrak daun Sambung Nyawa dapat menghambat kanker mulut di fase inisiasi, baik bersifat preventif maupun prolaksis, dengan menginduksi ekspresi P21WAFI melalui jalur yang tergantung wt P53.
Hal dimungkinkan terjadi, karena daun Sambung Nyawa mempunyai senyawa flavonoid yang mempunyai sifat antioksidan. Jelasnya senyawa tersebut merupakan metabolite scavenger dan penekan ekspresi onkogen seperti H-ras dan di sisi lain dapat memacu ekspresi wt P53.
Sayangnya, jika kanker sudah berada di tahap promosi (sel kanker yang sudah berubah ganas) dengan penginduksian 4NQO 16 atau 24 minggu, sentuhan ekstrak daun Sambung Nyawa tidak akan berarti apa-apa alias tidak bakal efektif. Kemungkinannya disebabkan akumulasi kerusakan DNA yang terjadi terlampau kompleks dan radikal bebas lebih banyak. Akhirnya, kemampuan flavonoid me-metabolite scavenger sudah over load.
Kesimpulan memang sudah diambil, tetapi penelitian ini belum mencapai titik akhir. Dewi menandaskan, dibutuhkan pengembangan lebih lanjut untuk menguatkan dan mendukung kesimpulan penelitian ini.
Kenyataan ini sebenarnya bermula dari pengakuan yang banyak beredar di tengah masyarakat. Sudah sejak zaman dulu orang memanfaatkan Sambung Nyawa untuk beragam penyakit, dari maag, kolesterol tinggi, hipertensi, hingga kanker. Untuk mengkonsumsinya tak dibutuhkan kerepotan. Tinggal dicuci bersih-bersih, lantas langsung dilalap bisa, dicocol sambal pun boleh. Jika ingin variasi rasa, bisa juga dijus, ditumis, atau dikukus.
Berbagai pengakuan yang muncul di tengah masyarakat akan khasiat Sambung Nyawa, kemudian menantang kalangan ilmuwan maupun akademisi untuk membuktikan fakta secara ilmiah. Salah satunya Dr. drg. Dewi Agustina M.D.Sc. Periset yang berasal dari lingkungan Universitas Gajah Mada, Fakultas Kedokteran Gigi itu mempunyai kertas kerja bertajuk, ”Efek Antikarsinogenesis Ekstrak Etanolik Daun Gynura Procumbens (Lour) Merr pada Mukosa Lidah Tikus Sprague Dawley yang Diinduksi 4 Nitroquinoline 1-Oxide”.
Sebetulnya, Dewi bukan yang pertama kalinya meneliti. Di Indonesia, penelitian tentang khasiat daun Sambung Nyawa sudah banyak dilakukan para ahli Indonesia, bahkan negara lain, macam Malaysia, Singapura, dan Korea Selatan. Hanya saja fokus yang diteliti Dewi ialah pengaruh ekstrak daun Sambung Nyawa untuk menghambat laju kanker mulut. Dan bukan yang lain-lain.
Penelitian Dewi dilakukan pada 92 tikus jantan dewasa umur 3 minggu, yang dibaginya ke dalam 11 kelompok. Kelompok I, IV, dan VII sebagai kontrol positif 4NQO; kelompok II, V, VIII untuk melihat efek preventif ekstrak etanolik daun Gynura Procumbens; kelompok III, VI, IX untuk melihat efek profilaksisnya; dan kelompok X, XI sebagai kontrol positif ekstrak etanolik daun Gynura Procumbens dan kontrol negatif.
Demi mengaktivasi sel-sel kanker, Dewi membuat rekayasa karsinogenesis pada tikus-tikus percobaan. Untuk mempermudah istilah, kita sebut karsinogenesis ialah suatu agen. Di mana agen ini mampu mengubah genetik sel. Bentuknya biasa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyiaran) atau sinar matahari. Perekayasaan model begini umum terjadi dalam setiap penelitian yang ada kelinci percobaannya. Caranya, lidah tikus-tikus putih diolesi semacam obat karsinogenesis tadi. Nama kimia obat itu 4 Nitroquinoline 1 Oxide, disingkat 4NQO. Apabila dilakukan berulang-ulang akan muncul lesi DNA yang berupa mutasi gen H-ras. Berikutnya yang terjadi, sel-sel normal akan berubah menjadi reaktif.
Nah, lantaran sudah reaktif, terjadi penghambatan apoptosis dan diferensial sel. Ketika keduanya dihambat, terjadi apa yang biasa dinamai dalam dunia medis, proses proliferasi sel yang berlebihan. Fenomena tersebut dapat disebabkan aktivisasi onkogen maupun inaktivasi gen supresor tumor, di antaranya disebut gen supresor tumor p53—sebuah gen supresor tumor yang diidentifikasikan banyak menjangkiti manusia. Pada tahap ini sel sudah terinfeksi kanker, biasa pula disebut tahap inisiasi. Suatu tahap perubahan dalam bahan genetik sel yang bisa memancing sel menjadi ganas.
Selama 36 minggu Dewi menunggui risetnya dengan tekun. Tiap hari, dia harus mengecek perkembangan tikus-tikusnya, yang ditaruhnya di Fakultas Farmasi dan dirawat dengan bantuan seorang asisten. Hasilnya? Ketekunan selama 36 minggu, bolehlah berbuah menggembirakan. Dia berkesimpulan bahwa ekstrak daun Sambung Nyawa dapat menghambat kanker mulut di fase inisiasi, baik bersifat preventif maupun prolaksis, dengan menginduksi ekspresi P21WAFI melalui jalur yang tergantung wt P53.
Hal dimungkinkan terjadi, karena daun Sambung Nyawa mempunyai senyawa flavonoid yang mempunyai sifat antioksidan. Jelasnya senyawa tersebut merupakan metabolite scavenger dan penekan ekspresi onkogen seperti H-ras dan di sisi lain dapat memacu ekspresi wt P53.
Sayangnya, jika kanker sudah berada di tahap promosi (sel kanker yang sudah berubah ganas) dengan penginduksian 4NQO 16 atau 24 minggu, sentuhan ekstrak daun Sambung Nyawa tidak akan berarti apa-apa alias tidak bakal efektif. Kemungkinannya disebabkan akumulasi kerusakan DNA yang terjadi terlampau kompleks dan radikal bebas lebih banyak. Akhirnya, kemampuan flavonoid me-metabolite scavenger sudah over load.
Kesimpulan memang sudah diambil, tetapi penelitian ini belum mencapai titik akhir. Dewi menandaskan, dibutuhkan pengembangan lebih lanjut untuk menguatkan dan mendukung kesimpulan penelitian ini.
0 komentar:
Post a Comment