Dosen Unsud Berhasil Teliti Obat Kanker dari Cabai dan Jahe Merah

Indonesia Revive! -- Kanker adalah jenis penyakit yang sangat ditakuti oleh banyak orang karena mematikan dan hingga kini masih sulit ditemukan obat untuk menyebuhkannya. Proses pengobatan yang ada masih sangat mahal, dan rasa sakit pasien yang luar biasa menyebabkan penderitaan pasien kanker terus bertambah.

Berawal dari keprihatinan terhadap kondisi tersebut, Heny Ekowati, peneliti dan dosen farmasi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) berusaha meneliti untuk  menemukan tanaman obat untuk kanker. Akhirnya, penelitian yang dilakukan sejak 2009 tersebut mulai membuahkan hasil.

Heny menuturkan bahwa fokus penelitian yang dilakukannya meliputi dua hal, yaitu menemukan tanaman obat untuk menyembuhkan kanker dan obat untuk menekan efek samping dari pengobatan kanker yang dijalani pasien kanker.

“Kanker itu penyakit yang menimbulkan rasa sakit yang luar biasa bagi penderitanya.  Saat pasien kanker menjalani pengobatan seperti yang selama ini dilakukan, obat dan proses pengobatan itu juga menambah rasa sakit yang diderita pasien,” kata Heny.

Sejauh ini penelitian Heny yang cukup membuahkan hasil adalah jintan hitam (Nigella sativa) sebagai anti kanker. Penemuan terbarunya, yakni Campuran Ekstrak Etanol Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale cv Rubrum) sebagai anti kanker payudara dan Buah Cabai Jawa (Piper retrofractum) sebagai anti kanker serviks.

Keputusan Heny memilih Rimpang Jahe Merah dan Cabai Jawa sebagai objek penelitiannya adalah karena kedua tanaman tersebut asli tanaman Indonesia. “Saya ingin menemukan obat kanker dari tanaman asli Indonesia dan yang bisa di tanam dengan mudah oleh siapa saja, bahkan di halaman rumah. Lagipula, tanaman ini juga direkomendasikan oleh Badan POM karena dapat berfungsi kemopreventif dan kemoterapi,” ujarnya.

Penelitian Rimpang Jahe Merah dan Cabai Jawa tersebut telah sampai tahap uji coba terhadap binatang, yaitu tikus putih. Hasilnya, kedua tanaman ini sangat potensial sebagai tanaman obat untuk mengobati kanker maupun untuk mengurangi efek samping pengobatan kanker.

Dengan keberhasilan uji coba terhadap binatang ini maka kedua tanaman tersebut bukan lagi sekadar jamu, akan tetapi sebagai herbal terstandar. Kemudian, kedua tanaman tersebut dapat menjadi fitofarmaka (herbal telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang dipergunakan, dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku) jika sudah diujikan secara klinis terhadap pasien kanker.

Untuk mengembangkan terus penelitiannya dalam menemukan obat untuk kanker ini, Heny turut tergabung dalam Indonesian Society for Cancer Chemoprevention (ISCC). Heny juga membentuk Center of Excellence for Translational Research in Oncology (CENTRO)  pada Desember 2011 yang beranggotakan 31 orang, di antaranya mahasiswa S-2 dan S-1.

Reference: indonesiaproud

0 komentar:

Post a Comment