Peneliti Desa Pemuteran juarai Kontes Inovator Muda
Remaja peneliti asal SMU Negeri 4 Denpasar, yang menggelar penelitian di Desa Pemuteran, Bali Utara, menjuarai Kontes Inovator Muda (KIM) yang diadakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).Mereka mengusung tema "Analisis Korelasi Peranan Masyarakat dan Wisatawan terhadap Kelestarian Terumbu Karang di Desa Pemuteran."
Ni Wayan Surya, salah satu anggota tim SMU Negeri 4 Denpasar, menyebutkan kalau sepuluh tahun yang lalu, banyak warga Desa Pemuteran yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan banyak yang menggunakan racun dan potasium untuk mencari ikan, sehingga merusak terumbu karang. "Hal itu mereka lakukan karena tak ada pilihan pekerjaan lain. Lahan Desa Pemuteran gersang sehingga tak bisa digarap," kata Surya.
Desa tersebut mulai berubah ketika sekitar tahun 2000 ketika ada wisatawan asing yang berbicara dengan pemerintahan setempat. Wisatawan tersebut meyakinkan petinggi desa kalau Pemuteran bisa jadi daerah wisata asal lingkungannya diperbaiki. Petinggi desa menyambut masukan itu dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Demikian cerita yang diungkapkan oleh Surya yang saat penelitian dibantu oleh Insan Yuniari, dan Pilar DY Kusumah.
Sebuah program, untuk memperbaiki kondisi terumbu karang dan membangun kekuatan wisata di Pemuteran, kemudian disusun. Awalnya, program itu hanya dijalankan dari bantuan dana wisatawan asing tersebut. Namun akhirnya beberapa pihak seperti lembaga swadaya masyarakat terlibat dalam program yang melibatkan masyarakat tersebut. Program itu, salah satunya, adalah memberikan pengajaran kepada para wisatawan untuk mengimplantasi terumbu karang.
Banyak masyarakat, yang terlibat dalam pengelolaan objek wisata sebagai pihak yang mengajari membuat terumbu karang dan menyewakan alat-alat menyelam, terbaiki kesejahteraannya. Dengan terlibat dalam program itu, mereka mendapatkan penghasilan. Selain itu, konservasi terumbu karang terus berjalan.
"Saya yakin Pemuteran akan menjadi objek wisata yang baik dan bisa bersinar," kata Surya.
(Yunanto Wiji Utomo)
Sumber
Ni Wayan Surya, salah satu anggota tim SMU Negeri 4 Denpasar, menyebutkan kalau sepuluh tahun yang lalu, banyak warga Desa Pemuteran yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan banyak yang menggunakan racun dan potasium untuk mencari ikan, sehingga merusak terumbu karang. "Hal itu mereka lakukan karena tak ada pilihan pekerjaan lain. Lahan Desa Pemuteran gersang sehingga tak bisa digarap," kata Surya.
Desa tersebut mulai berubah ketika sekitar tahun 2000 ketika ada wisatawan asing yang berbicara dengan pemerintahan setempat. Wisatawan tersebut meyakinkan petinggi desa kalau Pemuteran bisa jadi daerah wisata asal lingkungannya diperbaiki. Petinggi desa menyambut masukan itu dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Demikian cerita yang diungkapkan oleh Surya yang saat penelitian dibantu oleh Insan Yuniari, dan Pilar DY Kusumah.
Sebuah program, untuk memperbaiki kondisi terumbu karang dan membangun kekuatan wisata di Pemuteran, kemudian disusun. Awalnya, program itu hanya dijalankan dari bantuan dana wisatawan asing tersebut. Namun akhirnya beberapa pihak seperti lembaga swadaya masyarakat terlibat dalam program yang melibatkan masyarakat tersebut. Program itu, salah satunya, adalah memberikan pengajaran kepada para wisatawan untuk mengimplantasi terumbu karang.
Banyak masyarakat, yang terlibat dalam pengelolaan objek wisata sebagai pihak yang mengajari membuat terumbu karang dan menyewakan alat-alat menyelam, terbaiki kesejahteraannya. Dengan terlibat dalam program itu, mereka mendapatkan penghasilan. Selain itu, konservasi terumbu karang terus berjalan.
"Saya yakin Pemuteran akan menjadi objek wisata yang baik dan bisa bersinar," kata Surya.
(Yunanto Wiji Utomo)
Sumber
0 komentar:
Post a Comment