Si Autis yang Jenius

INI UNTUK MENGINSPIRASI PARA PENEMU DI INDONESIA

“Albert, kamu bodoh sekali. Kamu tak bakalan jadi orang nanti.”

Einstein mendapat ide membangun teori relativitas tahun 1905. Pikirannya gusar menerjemahkan ide itu. Ide ini berasalah dari masalah optik pada benda-benda yang bergerak. Cahaya merambat dalam lautan ether dan bumi bergerak dalam ether yang sama. Oleh karena itu gerakan ether haruslah dapat diamati dari bumi.

Namun, Einstein tidak pernah menemukan satu bukti pengamatan aliran ether tersebut di dalam literatur fisika. Ia sangat terdorong untuk membuktikan aliran ether relatif terhadap bumi, dengan kata lain gerakan bumi di dalam ether. Pada saat itu, ia sama sekali tidak meragukan eksistensi ether serta gerakkan ether tersebut.

Sebenarnya, ia mengharapkan kemungkinan pengamatan pada perbedaan antara kecepatan cahaya yang bergerak searah dengan gerakan bumi dan cahaya yang bergerak berlawanan (dengan bantuan pantulan cermin). Ide tersebut dapat direalisasi dengan menggunakan sepasang termokopel untuk mengukur perbedaan panas atau energi mereka. Ide ini mirip dengan eksperimen interferensi Albert Michelson, namun saat itu Einstein tidak begitu familiar dengan eksperimen Michelson. Ia berkenalan dengan hasil-nihil (null-result) eksperimen Michelson saat ia masih mahasiswa dan sejak saat itu ia sangat terobsesi dengan idenya.

Secara intuisi Einstein merasakan bahwa jika kita menerima hasil-nihil tersebut maka ia akan mengantarkan kita pada satu kesimpulan bahwa pandangan kita tentang bumi yang bergerak di dalam ether adalah salah. Ini adalah langkah pertama yang menarik Einstein ke arah teori relativitas khusus. Sejak saat itu, Einstein mulai yakin bahwa jika bumi bergerak mengelilingi matahari maka gerakannya tidak pernah dapat dideteksi dengan eksperimen yang menggunakan cahaya.”

Tahun 1895, Einstein membaca makalah Hendrik Lorentz yang mengklaim bahwa ia dapat memecahkan problem elektrodinamika seutuhnya melalui pendekatan pertama, yaitu suatu pendekatan di mana pangkat dua atau lebih dari rasio antara kecepatan benda dan kecepatan cahaya diabaikan. Setelah itu, Einstein mencoba mengembangkan argumen Lorentz pada hasil eksperimen Armand Fizeau dengan mengasumsikan bahwa persamaan gerak elektron, sebagaimana telah dibuktikan Lorentz, berlaku dalam sistem koordinat baik yang mengacu pada benda bergerak maupun pada vakuum. Ia yakin dengan keabsahan elektrodinamika yang disusun oleh Maxwell dan Lorentz dania sangat yakin bahwa mereka dengan tepat menjelaskan fenomena alam yang sebenarnya. Lebih-lebih pada fakta bahwa persamaan yang sama berlaku dalam sistem koordinat bergerak serta sistem vakuum, jelas memperlihatkan sifat invarian (tidak berubah) cahaya. Walau demikian, kesimpulan ini bertentangan dengan hukum komposisi kecepatan yang dianut saat itu. Mengapa kedua hukum dasar ini bertentangan satu sama lain? Masalah besar ini membuat Einstein berpikir keras. Ia harus menghabiskan setahun penuh dengan sia-sia dalam mengeksplorasi kesempatan memodifikasi teori Lorentz.

“Masalah ini terlihat terlalu berat untuk saya!”

Suatu hari, sebuah percakapan dengan teman Einstein di Bern membantu Einstein memecahkan masalah besar ini. Einstein mengunjunginya pada hari yang cerah, dan bertanya padanya, “Saat ini, saya sedang dihadapkan pada masalah besar yang saya kira tidak pernah dapat diselesaikan. Sekarang saya ingin membagi masalah ini dengan Anda.”

Saya menghabiskan berbagai diskusi dengannya. Tiba-tiba saya mendapatkan ide yang sangat penting. Esoknya Einstein mengatakan kepadanya, “Terimakasih banyak. Saya telah memecahkan seluruh masalah saya.”

Dan… Einstein menemukan teori relativitasnya yang terkenal itu…
SI BODOH YANG GEMAR FISIKA DAN MATEMATIKA
Lahir di Ulm di Württemberg, Jerman, Einstein masih memiliki garis keturunan Yahudi ini menikah di Stuttgart-Bad Cannstatt. Bapaknya, Hermann Einstein, adalah pedagang ranjang bulu yang kemudian beralih profesi di bidang elektrokimia, dan ibunya, Pauline.
Siapa sangka, orang paling jenius di muka bumi abad ke-19 dan ke-20 ini adalah orang bodoh. Setidaknya begitulah anggapan banyak orang tentangnya saat ia masih kecil.

Bayangkan saja, Albert cuma kuat sekolah tiga bulan sejak dimasukkan ke sekolah Katolik. Ia dikeluarkan. Gurunya menganggap Albert bodoh dan lambat, sehingga tidak layak diperjuangkan di sekolah. Bahkan, sang guru mengatakan hal yang sangat menyakitkan. “Albert, kamu bodoh sekali. Kamu tak bakalan jadi orang nanti.” Di sekolah, ia hanya tertarik pada fisika dan matematika dan tidak menyukai hapalan dan kerap membuat onar menantang tata tertib.
Kebodohan Albert memang beralasan. Ia sudah mengidap penyakit dsylexia (suatu penyakit yang mengakibatkan seseorang kesulitan untuk belajar) serta autisme (suatu penyakit yang membuat kelakuan seseorang aktif dan sulit dikontrol).

Namun, di saat yang bersamaan sifat-sifat luar biasanya sudah tampak. Ketika usianya lima tahun, ayahnya menunjukkan kompas kantung. Einstein menyadari bahwa sesuatu di ruang yang "kosong" ini beraksi terhadap jarum di kompas tersebut. Dia menjelaskan pengalamannya ini sebagai salah satu saat paling menggugah dalam hidupnya.

DI LUARLAH PENDIDIKAN SESUNGGUHNYA
Keluar dari sekolah bukanlah akhir dari segalanya bagi Einstein. Ia lantas berdagang koran di gerbong-gerbong kereta api sambil membaca tiap-tiap artikel yang menarik untuk dirinya. Sampai-sampai ia mendapat perlakuan kasar dari petugas gerbong kereta api.
Namun, ia kembali bersekolah dan mengeyam bangku kuliah di di Swiss Institute of Technology di Zurich. Di sini, ia dikenal sebagai mahasiswa cerdas yang pemalas. Cap itu berlaku sampai ia lulus kuliah. Selulusnya kuliah Einstein ditolaki semua universitas yang ada di Swiss karena sifatnya ini. Akhirnya, ia bekerja di kantor paten.

Di sini, ia Einstein menilai aplikasi paten penemu untuk alat yang memerlukan pengetahuan fisika. Dia juga belajar menyadari pentingnya aplikasi dibanding dengan penjelasan yang buruk, dan belajar dari direktur bagaimana “menjelaskan dirinya secara benar”. Dia kadang-kadang membetulkan desain mereka dan juga mengevaluasi kepraktisan hasil kerja mereka.

Albert Einstein, salah satu tokoh paling jenius yang ada di muka bumi abad ke-19 dan abad ke-20. Dengan teori relativitasnya, ia mengubah dunia fisika untuk selamanya. (Lilih Prilian Ari Pranowo)

0 komentar:

Post a Comment