Joko Widodo: Walikota yang Tidak Ambil Gajinya

Indonesia Revive! -- Entah apa yang terbersit dalam benak saya ketika membaca tentang artikel ini. Jokowi, Walikota Solo, tak pernah mengambil gajinya. Dalam artian tidak pernah memakai gajinya untuk kepentingan dirinya sendiri. Melainkan digunakan untuk nyangoni warganya. Busyet??? Benarkah demikian? Berikut ini adalah beritanya, sudah lama sih, tapi tetap relevan di tengah-tengah para anggota DPR menyodorkan anggaran membetulkan WC sebesar 2 miliar.
Di saat ramai dibicarakan tentang ‘keluhan’ gaji presiden RI yang tidak naik-naik selama 7 tahun, ternyata ada pejabat negara yang tidak mengambil gajinya.

Joko Widodo, yang akrab disapa Jokowi, sejak awal menjabat sebagai Wali Kota Solo ternyata tidak pernah mengambil gajinya. Menurut Jokowi, penghasilannya sebagai eksportir mebel lebih dari cukup untuk menghidupi keluarganya.

”Kecil-kecil kan saya eksportir mebel. Saya juga punya gedung pertemuan yang bisa disewakan,” kata Jokowi di sela-sela kirab budaya Garebeg Sudiro yang digelar dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek di Pasar Gede, Solo, 30 Januari 2011.

Lalu, untuk apa gaji pria kelahiran Solo, 21 Juni 1961, ini sebagai wali kota?

”Coba tanya ajudan atau sekretaris saya, mereka yang mengurus setiap bulan. Jumlahnya pun saya tidak tahu persis. Kebanyakan (gajinya) habis untuk nyangoni warga. Kalau bertemu kasih Rp 50.000, Rp 100.000, dalam tiga-empat hari saja sudah habis,” kata Jokowi yang menjabat sebagai Wali Kota Solo untuk periode kedua.

Menurut ayah tiga anak ini, dirinya tidak pernah menanyakan gaji, fasilitas rumah, atau mobil. Bagi Jokowi, sebagai wali kota, itu berarti dia diberi amanah untuk bekerja, dan ia berupaya untuk melaksanakannya.

Oleh karena pertanyaan tentang gaji yang bertubi-tubi itu, Jokowi pun ganti tergelitik untuk bertanya, ”Ada apa toh kok tanya tentang gaji terus?”
Ide perubahan ada di sekitar kita. Jika bukan kita yang melakukannya. Siapa lagi?

Reference: Sayang Dibuang

Moko, Kompetitor Kia Esemka

Indonesia Revive! -- Setelah kemunculan mobil KIA ESEMKA di Solo, kini dari Makassar muncul produk yang bakal menyainginya, mobil Moko. Silakan baca berita yang didapat redaksi Indonesia Revive!.
Kalau di Solo ada Esemka, di Makassar juga ada mobil rakitan putra-putri daerah yang diberi nama Moko. Pengembangan mobil yang dicetuskan Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo itu diharapkan bisa bersaing dengan Esemka.

“Kami harap pemerintah provinsi mengangkat produksi Moko. Saya usul ke Gubernur untuk melakukan produksi massal,” kata Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan Ashabul Kahfi, Kamis (5/12/2011) di Makassar.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel) sukses meluncurkan tiga tipe prototipe mobil nasional, Moko, pada puncak peringatan hari jadi ke-342 Provinsi Sulsel 19 Oktober 2011. Tiga tipe mobil tersebut bernama “N1″, “Rinra”, dan “Tetta” yang masing-masing berkapasitas 650 cc.

Pengembangan tersebut hasil kerja sama Universitas Hasanuddin dan PT Industri Kereta Api Nasional (PT IKAN). PT IKAN adalah perusahaan yang akan memproduksi 70 persen komponen mobil.

Ia mengemukakan, baik mobil Moko maupun Esemka harus mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan masyarakat karena merupakan produksi lokal. Namun, Kahfi juga mengingatkan agar produksi massal mobil Moko dilakukan dengan mempertimbangkan kualitas.

“Semua harus didukung karena merupakan produk dalam negeri. Namun, mutunya juga harus diperhatikan untuk kenyamanan dan safety (keamanan) penggunaannya,” ucapnya. Kahfi mengusulkan agar satu dari tiga tipe mobil Moko untuk dioperasikan khusus di desa.

Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo sebelumnya berharap, Moko akan menjadi kendaraan niaga untuk usaha kecil, dan direncanakan tahun ini diproduksi di Makassar atas lisensi PT IKAN bekerja sama dengan Universitas Hasanuddin.
Hal ini sangat berarti bagi perkembangan Indonesia di masa mendatang. Putra-putri Indonesia dapat andil bagian dari pertumbuhan bangsa yang besar ini.

Reference: Indonesia Berprestasi

Lagi, Tentang Andik Vermansyah (10 Pemain Terbaik Asia)

Indonesia Revive! -- Tampaknya karier Andik Vermansyah bakal semakin melejit naik di tahun 2012 ini. Selain, digadang-gadang sebagai pemain potensial versi Football Manager, ranah sepakbola Asia dan Eropa sedang melirik pemain berjuluk "Messi from Indonesia" ini. Berikut redaksi Indonesia Revive! suguhkan beritanya:

Situs Olahraga ESPN Soccernet menilai pemain Persebaya 1927, Andik Vermansyah, menjadi satu dari 10 pemain Asia yang akan bersinar pada tahun 2012.

Kolumnis ESPN Soccernet, John Duerden, dalam laporannya Kamis memasukkan Andik dalam daftar 10 pemain yang menjadi sorotan pada tahun ini.

Duerden mencatat Andik yang dijuluki “Messi dari Indonesia” memiliki kemampuan sebagai pemain yang cukup baik dalam penguasaan bola.

Nama Andik mencuat setelah David Beckham meminta bertukar kaus dengan pemain kelahiran Jember itu, usai laga eksibisi Indonesia Selection dengan LA Galaxy, akhir November lalu. Selain itu, Bekcham juga memuji penampilan Andik. Selanjutnya, dikabarnya diincar sejumlah klub di Eropa.

Selain Andik, Duerden juga mencatat sembilan pemain muda Asia lainnya yang akan bersinar adalah Hiroshi Kiyatake (Jepang), Shin Young-Rok (Korea Selatan), Yu Hanchao (Cina), Fahad Al-Enezi (Kuwait), Ibrahim Galeb (Arab Saudi), Pak Shong-Chol (Korea Utara), Ali Ashfaq (Maladewa), Amer Shafia (Yordania), dan Fareez Farhan (Singapura).
Di bawah ini, silakan lihat video Youtube skill dan goal yang diciptakan Andik Vermansyah:

Reference: Indonesia Berprestasi

Menghajar Hama Kutu Kebul Pada Tanaman Cabai


Indonesia Revive! -- Ternyata bukan hanya manusia, tanaman cabai pun ada jang terserang penyakit kuning. Tentu jenisnya berbeda, termasuk penyebabnya. ”Penyakit kuning itu ditularkan oleh vektor (serangga),” Ungkap Dr. Ir. Arman Wijonarko, M.Sc., seorang peneliti sekaligus dosen di Fakultas Pertanian UGM (Universitas Gadjah Mada) Yogyakarta. “Vektornya itu bernama kutu kebul (Bemisia tabaci),” lanjutnya.

 Penyakit kuning pada tanaman cabai awalnya muncul tahun 2003 di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kemudian, dengan cepat penyakit itu menyebar ke setiap sentra tanaman cabai di seluruh tanah air, khususnya yang ada di daerah pegunungan. Kerugian yang diderita petani akibat serangan penyakit itu secara keseluruhan mencapai milyaran rupiah.

Gejala akibat serangan penyakit kuning muncul sejak tanaman cabai masih berupa bibit hingga tanaman tua yang sudah berproduksi. “Ciri-cirinya daun kuning, terus mengkeriting," tutur laki-laki kelahiran Magelang, 16 Maret 1967 itu.

Belum banyak kajian mengenai aspek dasar dari Bemisia tabaci (B. tabaci) di Indonesia dalam kaitannya dengan penyakit kuning. Dengan penelitiannya yang berjudul “Epidemi Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai, Inang Alternatif, dan Penyebaran Vektornya”, Arman berharap akan memperoleh informasi dasar tentang tanaman-virus penyakit kuning-vektor penularnya beserta interaksinya di ekosistem pertanian.

Penelitian itu memang menyangkut masalah vektor dan penyakitnya, tapi Arman sendiri lebih banyak meneliti vektornya. Ia melakukan penelitian tentang vektor itu sejak tahun 2003. “Penelitiannya sejak awal muncul penyakit kuning,” Ungkapnya.

Dilaporkan bahwa B. tabaci mempunyai inang lebih dari 500 jenis tanaman dan sebagian besar merupakan tanaman penting hortikultura dan tanaman hias, atau tanaman di dalam rumah kaca.  Dan, inang itu dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu: (1) inang untuk makan (feeding host), dan (2) inang reproduksi (reproductive host).

B. tabaci dikenal sebagai serangga yang mempunyai kisaran penyebaran geografis cukup luas, mulai dari daerah subtropis hingga daerah tropis. Serangga tersebut dapat menularkan sekitar 110 jenis virus yang menyebabkan penyakit tanaman. Untuk penyakit kuning sendiri disebabkan oleh virus dari kelompok geminivirus.

Awalnya, Arman melakukan survei di beberapa sentra tanaman cabai yang meliputi tiga level ketinggian, yaitu mulai dari ketinggian kurang dari 200 meter di atas permukaan laut, 200-600, dan 600 lebih. Adapun wilayah yang menjadi tempat penelitiannya adalah Magelang (3 lokasi), Temanggung (3 lokasi), Pekalongan (1 lokasi), Brebes (2 lokasi), Tegal (2 lokasi), Purbalingga (1 lokasi), Karanganyar (3 lokasi), Sleman (2 lokasi), Bantul (2 lokasi), dan Kulonprogo (1 lokasi).

Survei yang mencakup pengamatan terhadap intensitas serangan penyakit kuning, vektor, dan kondisi agroekosistem itu menunjukkan adanya tempat yang merupakan daerah endemis serangan penyakit kuning. Di dataran tinggi, seperti daerah Pakem dan Temanggung, walaupun populasi serangga vektornya sedikit, namun intensitas kerusakan yang ditimbulkannya mencapai >80%. Sebaliknya,di dataran rendah seperti daerah Bantul dan Kulonprogo yang populasi vektor sangat banyak, tingkat serangan penyakit kuning  pada pertanaman cabai malah tidak begitu tinggi.

Pengamatan pada pertanaman cabai di dataran rendah menunjukkan bahwa populasi vektor pada tanaman cabainya sangat sedikit. Vektor malah banyak ditemukan pada tanaman lain seperti terong, tomat, semangka, ubi jalar, mentimun dan gulma. Begitu juga dengan virusnya, juga lebih banyak di tanaman selain cabai.

Untuk pengamatan vektor, Arman menjelaskan bahwa di Jogja pun biotipe vektornya bermacam-macam. Kemudian pengamatan itu juga menemukan beberapa musuh alami jenis serangga seperti Coccinellidae, Miridae, dan laba-laba yang potensial untuk diuji kemampuannya dalam menekan populasi vektor.

Arman juga menemukan bahwa adanya lahan dengan sanitasi yang baik khususnya bermula dan gulmanya minimum, umumnya tingkat serangan penyakit kuning tidak setinggi pada kebun yang tidak begitu dirawat. Dan adanya tanaman lain yang bertindak sebagai ”barrier” bagi masuknya vektor ke pertanaman cabai, bisa menekan serangan penyakit kuning maupun populasi vektornya. Salah satu tanaman yang dapat berfungsi sebagai barrier adalah tanaman jagung. “Kalau tanaman cabe itu dikelilingi oleh tanaman jagung, itu lebih aman,” katanya.

Kemudian pada daerah yang pola tanamnya berganti dengan komoditas yang bukan merupakan inang B. tabaci, tingkat serangan penyakit kuningnya relatif lebih rendah. Misalnya di daerah Bantul, meskipun populasi vektornya cukup tinggi, bahkan di bulan Agustus – September boleh dikatakan terjadi eksplosi B. tabaci pada tanaman terong, tetapi intensitas serangan tidak setinggi di daerah Pakem. Itu karena di daerah Bantul terjadi rotasi tanam, sedang di daerah Pakem terus-menerus ditanami cabai.

Intensitas serangan penyakit kuning pada cabai rawit mencapai 50-100%, sedangkan pada cabai besar berkisar antara 20-100%. Belum diketahui apakah ada varitas tanaman cabai yang toleran. Sementara menurut Arman, varietas cabai yang banyak diserang adalah TM 99, yang merupakan favorit petani Pakem, Magelang, Muntilan, dan Temanggung.

Mengenai pengendalian penyakit kuning di tingkat petani, mereka lebih banyak mengandalkan pada pestisida kimia yang sesungguhnya merupakan bahan beracun, dan belum tentu efektif untuk mengendalikan penyakit maupun vektornya. B. tabaci  menjadi masalah yang cukup sulit diatasi karena kemampuannya untuk resisten terhadap pestisida yang masih relatif baru, seperti imidakloprid dari golongan neonikotinoid.
Kepada para petani cabai Indonesia, Arman menyarankan,agar penyakit kuning bisa diminimalisir, maka perlu melakukan: (1) rotasi tanam dengan menanam jenis tanaman lain untuk memutus rantai vektor; (2) pembibitan yang bebas penyakit; (3) pembersihan lahan dari tanaman liar atau gulma.

Pada dasarnya, Arman hanya memberikan cara-cara pencegahannya saja. Kata Arman, “Virus itu kalau sudah masuk nggak ada obatnya. Paling hanya dipupuk supaya agak kuat.” (Sumber: Wawancara Arman Wijonarko, Thursday, January 01, 2004, 3:00:00 PM, by yunisa @yenese.com)

Memecah Kebuntuan Penyelidikan Perut Bumi

Indonesia Revive! -- Setelah BJ. Habibie belum ada orang Indonesia yang disanding-sandingkan kecerdasan dengannya. Tetapi hal itu mungkin bisa terbantahkan. Adalah Yogi Ahmad Erlangga yang, barangkali, bisa disandingkan sejajar dengan BJ. Habibie. Karena apa? Dia memecahkan persamaan Helmholtz. Wow... dan dia orang Indonesia... Ada lagi yang kurang?

Lihat berita yang didapat redaksi Indonesia Revive! berikut ini, diambil dari Indonesia Proud.
Dulu, BJ Habibie menemukan rumus yang mampu mempersingkat prediksi perambatan retak. Banyak lembaga di berbagai negara memakai rumus ini, termasuk NASA di Amerika. Yogi Ahmad Erlangga mengulang kesuksesan Habibie. Melalui riset Ph.D-nya, Yogi berhasil memecahkan rumus persamaan Helmholtz, Desember 2005. Selama 30 tahun terakhir, tak ada yang berhasil memecahkan persamaan matematika Helmholtz yang sering dipakai untuk mencari titik lokasi minyak bumi itu. Persamaan matematika itu sendiri dikenal sejak satu abad silam.

Media Barat menyebut Yogi sebagai matematikawan Belanda. Padahal, ia adalah pria kelahiran Tasikmalaya, dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), dan saat itu sedang menempuh program Ph.D di Delft University of Technology (DUT).

Keberhasilan itu memuluskan jalan bagi perusahaan perminyakan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan biaya lebih rendah. Selama ini, industri perminyakan sangat membutuhkan pemecahan rumus Helmholtz itu agar bisa lebih cepat dan efisien dalam melakukan pencarian minyak bumi.

Setelah Yogi memecahkan persamaan Helmholtz yang selama ini justru banyak dihindari oleh para ilmuwan, perusahaan minyak bisa 100 kali lebih cepat dalam melakukan pencarian minyak — bila dibandingkan dengan sebelumnya.

Tak cuma itu, dari kebutuhan hardware-pun, industri minyak bisa mereduksi sekitar 60 persen dari hardware yang biasanya. Sebagai contoh, program tiga dimensi yang sebelumnya diselesaikan dengan 1.000 komputer, dengan dipecahkannya rumus Helmholtz oleh Yogi, bisa diselesaikan hanya dengan 300 komputer.

Yogi mengungkapkan, penelitian mengenai persamaan Helmholtz ini dimulai pada Desember 2001 silam dengan mengajukan diri untuk melakukan riset di DUT. Waktu itu, perusahaan minyak raksasa Shell datang ke DUT untuk meminta penyelesaian persamaan Helmholtz secara matematika numerik yang cepat atau disebut robust (bisa dipakai di semua masalah).

Selama ini, ungkap Yogi, Shell selalu memiliki masalah dengan rumus Helmholtz dalam menemukan sumber minyak di bumi. Persamaan Helmholtz yang digunakan oleh perusahaan minyak Belanda itu membutuhkan biaya tinggi, tak cuma dari perhitungan waktu tetapi juga penggunaan komputer serta memori.

‘’Shell selama ini harus menggunakan rumus Helmholtz berkali-kali. Bahkan, kadang-kadang harus ribuan kali untuk survei hanya di satu daerah saja. Itu sangat mahal dari sisi biaya, waktu dan hardware,’’ ungkap Yogi.

Karena itu, sambung pria yang lulus dengan nilai cum laude saat menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 itu, Shell meminta DUT melakukan penelitian yang mengarah pada persamaan Helmholtz agar bisa lebih efisien, cepat, dan kebutuhan hardware yang cukup kecil. Untuk proyek penelitian tersebut, Pemerintah Belanda membiayainya karena proyek ini dianggap sebagai bagian dari kegiatan untuk meningkatkan perekonomian Belanda.

Yogi yang memiliki hobi memasak, melukis, dan olah raga itu, memecahkan rumus Helmholtz setelah berkutat selama empat tahun. Yang membuat penelitian itu lama, ungkap dia, karena persamaan Helmholtz dalam matematika numerik, yaitu matematika yang bisa diolah dengan menggunakan komputer.

Karena itu, dalam melakukan penelitian, diperlukan beberapa tahapan yang masing-masing tak sebentar. Apalagi, sambung dia, persamaan ini memang sangat sulit. Ada dua cara untuk menguraikan matematika numerik yaitu secara langsung (direct) dan literasi. ‘’Banyak pakar yang menghindari penelitian untuk memecahkan rumus Helmholtz karena memang sulit,’’ kata pria kelahiran Tasikmalaya ini.

Pakar terakhir yang memecahkan teori Helmholtz adalah Mike Giles dan Prof Turkel, berasal dari Swiss dan Israel, masing-masing dengan caranya sendiri. Teori dari kedua pakar itulah yang kemudian dianalisisnya beberapa waktu sehingga kemudian bisa dioptimalkan dan dijadikan metode yang cukup cepat.

‘’Saya punya persamaan matematika dalam bentuk diferensial. Yang saya lakukan untuk memecahkan rumus Helmholtz itu adalah mengubah persamaan ini menjadi persamaan linear aljabar biasa. Begitu saya dapatkan, saya pecahkan dengan metode direct atau literasi,’’ ujarnya.

Metode langsung, papar Yogi, bila dalam perjalanannya kemudian menemukan masalah yang besar maka akan mahal dari segi waktu dan biaya. Namun metode literasi pun belum tentu bisa memperoleh solusi atau kadang-kadang diperoleh dengan waktu yang cukup lama. Hanya, kata dia, yang pasti, dengan metode literasi selalu murah dari segi hardware.

‘’Persamaan Helmholtz ini bisa diselesaikan dengan literasi, tapi kalau dinaikkan frekuensinya, jadi sulit untuk dipecahkan,’’ ujarnya. Yogi memaparkan, untuk mengetahui struktur daerah cekung, misalnya, yang dilakukan adalah meneliti daerah akustik dan kemudian dipantulkan gelombangnya dengan frekuensi tertentu. Pantulan tersebut kemudian direkam. Setelah itu, frekuensi akan dinaikkan misalnya, dari 10 Hz, lalu naik lagi 10,2 Hz, 10,4 Hz, dan seterusnya.

Yang kemudian menjadi persoalan, ungkap dia, ketika frekuensi dinaikkan, persamaan Helmholtz akan semakin sulit untuk diselesaikan. Ia memberikan contoh, Shell hanya bisa menyelesaikan persamaan Helmholtz sampai dengan frekuensi 20 Hz. ‘’Ketika dinaikkan menjadi 30 Hz, mereka tak bisa,’’ katanya.

Kemudian, Yogi memperoleh metode robust yang memungkinkan persamaan Helmholtz untuk dipecahkan dengan frekuensi berapa pun. ‘’Kita sudah melakukan tes 300 Hz tidak masalah. Meskipun, sebenarnya 70 Hz pun sudah cukup untuk pemetaan,’’ ujar penggemar matematika ini.

Tak Cuma Untuk Temukan Sumber Minyak

Menurut Yogi, selain untuk menemukan sumber minyak, keberhasilan persamaan Helmholtz ini juga bisa diaplikasikan dalam industri lainnya yang berhubungan dengan gelombang. Persamaan ini digunakan untuk mendeskripsikan perilaku gelombang secara umum. Industri yang bisa mengaplikasikan rumus ini antara lain industri radar, penerbangan, kapal selam, penyimpanan data dalam blue ray disc (keping DVD super yang bisa memuat puluhan gigabyte data), dan aplikasi pada laser.

Mengenai kelanjutan dari penemuannya itu, Yogi mengatakan, karena penelitian ini dilakukan oleh perguruan tinggi, maka persamaan Helmholtz ini menjadi milik publik. ‘’Biarpun dibiayai oleh Shell, tapi yang melakukannya universitas, sehingga rumus ini menjadi milik publik,’’ katanya.

Ia tidak mematenkan rumus temuannya itu. Apalagi, sambung dia, produknya itu berasal dari otak sehingga tidak perlu untuk dipatenkan. ‘’PT Pertamina pun sebenarnya bisa menggunakan rumus ini untuk mencari minyak bumi. Saya sempat diundang oleh Pertamina beberapa waktu lalu, tapi karena ada keperluan, tidak hadir. Memang ada yang mengatakan kalau PT Pertamina tertarik dengan temuan saya, cuma masalahnya Pertamina memiliki software-nya atau tidak,’’ ujar pria yang tak suka publikasi ini.

Menurut Yogi, persamaan Helmholtz ini dalam proses penelitiannya sudah dipresentasikan di banyak negara di dunia, yaitu saat intermediate progress selama Desember 2001 hingga Desember 2005. Buku mengenai persamaan Helmholtz yang dibuatnya saat masih di Belanda pun, laris manis.

‘’Tinggal satu (buku) dan saya tak punya fotokopinya lagi,’’ ujar dosen yang kini sibuk dengan beberapa penelitian bersama Prof Turkel. Mengutip Turkel, Yogi mengatakan bahwa persamaan yang ditemukannya itu masih bisa dikembangkan lagi. Namun kini, Yogi akan berkonsentrasi pada postgraduate research di Berlin, Jerman, yang akan memakan waktu selama dua tahun sejak 1 Mei 2006.

Terobsesi Memajukan Indonesia

Setelah menjadi terkenal di dunia matematika karena berhasil memecahkan rumus Helmholtz yang dikenal sangat sulit, dosen Teknik Penerbangan ITB, Yogi Ahmad Erlangga, masih memiliki obsesi yang belum tercapai. Menurut anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Mohamad Isis dan Euis Aryati ini, obsesi yang belum tercapai adalah ingin melihat bangsa Indonesia maju.

Karena, kata dia, saat ini Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan India. Padahal, Indonesia dan India sama-sama sebagai negara berkembang dan banyak masyarakatnya yang miskin. ‘’Meskipun miskin, tapi India sekarang bisa menjadi pusat informasi teknologi (IT) di dunia. Saya ingin Indonesia seperti India, kemiskinan bukan berarti tidak bisa berkembang,’’ ujar Yogi. Khusus untuk ITB, sambung pria kalem kelahiran Tasikmalaya 8 Oktober 1974, obsesinya adalah ingin ITB bisa lebih besar lagi.

Minimal, ITB menjadi perguruan tinggi terbesar di Asia. Karena, kalau hanya terbesar di Indonesia saja, sejak dulu juga begitu. Bahkan, sambung dia, pernyataan itu justru menjadi tanda tanya besar. ‘’Saya pun masih memiliki obsesi pribadi. Keinginan saya adalah ingin melakukan penelitian tentang pesawat terbang, perminyakan, dan biomekanik,’’ kata pemenang penghargaan VNO-NCW Scholarship dari Dutch Chamber of Commerce itu.

Presiden Anugerahkan Penghargaan Bidang Industri

Indonesia Revive! -- Demi menggenjot prestasi dan kreasi dari berbagai bidang, pemerintah Indonesia memberikan anugerah kepada 69 penerima penghargaan yang telah berperan serta membangun perekonomian Indonesia. Berikut kabar yang diperoleh redaksi Indonesia Revive! dinukil dari Kompas(dot)com.
JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Kamis (5/1/2012), menyerahkan penghargaan pemerintah di bidang industri kepada 69 penerima di Istana Negara. Penghargaan yang terdiri atas 6 jenis ini merupakan bentuk apresiasi pemerintah terhadap mereka yang berprestasi dalam pembinaan dan pengembangan industri.

Penghargaan terdiri atas penghargaan Upakarti, Rintisan Teknologi, Desain Terbaik Indonesia, Kreasi Prima Mutu, Anugerah Cinta Karya Bangsa, dan Penghargaan Industri Hijau.

Dalam sambutannya Menteri MS Hidayat menyatakan, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 24 persen bagi perekonomian nasional.

Pertumbuhan industri pengolahan non migas pada triwulan III tahun 2011 meningkat 6,49 dibanding tahun sebelumnya yang hanya 5,09 persen. Pertumbuhan itu merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Pemberian penghargaan ini, menurut Hidayat, sekaligus untuk memotivasi kalangan industri untuk meningkatkan kinerja dan prestasinya.

Kiprah 12 Desainer di Ajang Internasional Fair of the Muslim World

Indonesia Revive! -- Indonesia belum tentu kalah dalam soal fashion dengan negara lain. Toh, buktinya, 12 desainer Indonesia yang mengikuti ajang Internasional Fair of the Muslim World yang diselenggarakan di Le Bourget Exhibition Center, Paris pada 18 Desember 2011.

Berikut beritanya:
Di ajang Internasional Fair of the Muslim World yang diselenggarakan di Le Bourget Exhibition Center, Paris pada 18 desember lalu, 12 desainer Indonesia memamerkan karyanya dan mendapat sambutan hangat dari 2.000 penonton wanita dari berbagai negara.

Kedua belas desainer tersebut adalah Anne Rufaidah, Dian Pelangi, Boyonz Ilyas, Hannie Hananto, Irna Mutiara, Jenny Tjahyawati, Malik Moestaram, Merry Pramono, Monika Jufry, Najua Yanti, Nieta Hidayani, dan Nuniek Mawardi. Karya mereka mendapat pujian dari pembawa acara yang juga berprofesi sebagai komedian muslimah pertama di Paris, Samia Orosemane.

Orosemane menyatakan bahwa karya busana muslim asal Indonesia merupakan yang terbaik dan terfavorit. Komentar tersebut pun langsung mendapat tepuk tangan meriah dari para penonton.

“Perancang fashion muslim Indonesia memiliki keragaman olah kreativitas dalam berkarya, mereka bahkan mampu menterjemahkan kekayaan etnik berupa batik, tenun, sasirangan dan sulaman Tasik menjadi bahasa global, sehingga menjadi ciri khas pembeda yang tiada duanya,” jelas Eka Shanty, Direktur Eksekutif IIFC.

Dalam siaran pers yang dilansir Union des Musulmans de France (Perkumpulan Muslim Perancis) disebutkan bahwa keberadaan Indonesia adalah sebagai negara kehormatan (L’Indonesie Pays D’Honneur). Ini merupakan salah satu pengakuan bahwa Indonesia memang pantas dijuluki kiblat busana muslim dunia.

Oleh karena itu pertunjukan pembuka (opening show) diberikan kepada Dian Pelangi sebagai desainer Indonesia yang dinilai mampu menginspirasi perkembangan fashion muslim di beberapa negara Islam di dunia. Selain Indonesia, hadir pula perancang busana asal Paris, Uni Emirat Arab, Tunisia, Inggris, dan Belgia .

Tidak hanya peragaan busananya saja yang menarik perhatian masyarakat Paris, pameran busana muslimnya juga mendapat tanggapan yang luar biasa. Sejak dibuka mulai tanggal 17-19 Desember 2011, pameran yang baru pertama kali di gelar di Paris ini berhasil dikunjungi sekitar 100.000 pengunjung muslim dari berbagai penjuru Eropa.

Paviliun Indonesia yang terletak di area utama Hall 4 Le Bourget Exhibition Center mendapat sambutan antusias warga muslim di Paris. Hampir semua koleksi busana karya perancang Indonesia terjual habis. Hasilnya, selama tiga hari berpameran total omzet yang diperoleh para desainer selama tiga hari adalah 15 ribu Euro atau sekitar Rp 200 jutaan.

Duta Besar Indonesia untuk Prancis, Rezlan Ishar Jenie menyatakan sebagai negara berpopulasi muslim terbesar di Eropa, Perancis merupakan pintu gerbang mode yang strategis bagi pelaku busana muslim Indonesia.

“Jika selama ini produk mode dari Paris hadir di Indonesia, kini sudah saatnya produk buatan Indonesia untuk tampil maksimal di pusat mode dunia dengan mengambil peluang pasar baru, yaitu fashion muslim,” jelasnya.