”Saya Akan Terus Membawa Inspirasi Temuan ... Ini sebagai Isu Global"

Ilmu farmasi yang dia tekuni menuntunnya pada ide memperbanyak variasi alat kontrasepsi. Ia telah memperoleh hak paten atas temuan tablet herbal kontrasepsi pria dari daun gandarusa. Tablet herbal untuk membatasi kelahiran itu adalah buah perjalanan hidup Bambang Prajogo Eko Wardojo.

Pria kelahiran Surabaya, 17 Desember 1956 ini megenyam pendidikan Sarjana Muda hingga S-3 di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya (1980-2002), Midcareer Training of Pharmacochemistry, Universitas Gadjah Mada-Vrije University (1987), dan Training of Good Laboratory: University de Lausanne-Switzerland (2002).

Semasa remaja, Bambang sudah tergelitik memikirkan untuk turut ambil bagian dalam mengantisipasi peledakan penduduk. Ketekunan dan keteguhannya akan cita-cita ternyata membuahkan hasil.

Tablet kontrasepsi pria yang ditemukannya sudah diuji klinis kepada manusia. Bambang memperoleh hak patennya pada 12 Juni 2008. Untuk mendapatkan hak paten itu, Bambang harus menanti prosesnya selama tujuh tahun. Ia mengajukan perolehan hak paten sejak 23 Januari 2001.

”Menanti hak paten cukup lama,” kata Bambang, peneliti dan dosen pada Departemen Farmakognisi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya sejak tahun 1985, di ruang kerjanya.

Pada 14 Desember 2010, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional meluncurkan tablet herbal kontrasepsi pria ini untuk diproduksi secara massal. Produsen yang digandeng adalah PT Indofarma (Persero). Namun, tablet itu belum akan ditemui di pasaran. Setelah peluncuran memang tidak segera diproduksi. Menurut Bambang, perusahaan tersebut masih akan menguji klinis lagi secara lebih akurat dan masif.

Sebelumnya, Bambang menguji secara klinik tablet ekstrak gandarusa (Justicia gendarussa), melibatkan 36 sukarelawan pria yang memiliki pasangan dan keduanya subur. Hasilnya, tablet herbal itu terbukti melemahkan sel sperma pria secara periodik. Artinya, tablet itu aman karena tidak memandulkan pria secara permanen.

Untuk mempersiapkan produksi massal, kata Bambang, akan ditempuh uji klinik dengan sukarelawan sebanyak 350 pria. ”Mereka yang dipilih untuk mengikuti uji klinis itu bukan sembarang pria, tapi pria yang sudah memiliki pasangan (istri) dan keduanya subur,” kata suami dari Dra Trie Widayatie, Apt ini.

Target lain yang hendak diraih adalah masa aktif senyawa gandarusa diusahakan lebih cepat dalam memandulkan sperma. ”Targetnya bisa aktif bekerja setelah 30 menit diminum, seperti obat-obat konvensional,” kata Bambang.

Inspirasi dari Tradisi Papua

Daun gandarusa tidak serta-merta menjadi inspirasi Bambang. Dia pun sudah meriset buah-buah yang dipercaya bisa melemahkan sperma. Semasa menuntaskan S-1 Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, hingga tahun 1983, Bambang telah meriset buah pare (Momordica charantia).

Saat itu dia berhasil membuktikan khasiat senyawa aktif buah pare bisa melemahkan sel sperma hewan percobaan secara temporer. Bambang kemudian memaparkan hasil riset itu dalam Kongres Nasional V Ikatan Farmakologi Indonesia tahun 1983 di Semarang. Setelah itu, Bambang masih meneruskan riset mengenai khasiat pare. Baru empat tahun kemudian ia mengalihkan pada riset daun gandarusa.

Gandarusa merupakan tanaman semak yang tumbuh di dataran rendah. Gandarusa tumbuh tegak sampai dua meter, berbatang hitam atau hijau dengan cabang daun yang berwarna ungu kecoklatan mengilat.

”Saya mulai meriset gandarusa pada 1987. Inspirasinya dari hasil riset etnobotani peneliti Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) tentang tradisi perkawinan dengan mahar kurang di Papua,” kata ayah 3 anak ini.

Dalam tradisi entitas suku tertentu di Papua, lanjutnya, diterapkan persyaratan bagi pria pelamar gadis yang membawa mahar (mas kawin) kurang dari yang diharapkan. Walaupun si mempelai pria tetap boleh menikahi si gadis, dia tidak boleh menghamili istrinya sebelum menggenapi mahar yang disyaratkan. ”Untuk menghindari kehamilan, si pria diberi makan daun gandarusa,” kata Bambang.

Saat mahar dipenuhi, barulah si pria boleh menghamili si gadis. Setelah mendapat ”lampu hijau” itulah si pria pun berhenti makan daun gandarusa.

Bambang yang mengaku belum pernah ke Papua telah memetik hikmah dari kebiasaan masyarakat tradisional Indonesia. Masyarakat tradisional ternyata mengetahui banyak manfaat tumbuhan di sekelilingnya tanpa mengetahui uraian kandungan ilmiah di dalamnya. Bagi periset, semestinya ini menjadi ladang inspirasi bagi penelitian ilmiah lebih lanjut.

Herbal tropika

Bambang semakin kerap hadir di berbagai simposium internasional. Baru-baru ini di Lausanne, Swiss, ia gencar menekankan kepada para pemerhati masalah reproduksi dan kependudukan di lingkup internasional tentang pentingnya menambah pilihan alat kontrasepsi yang aman. Di antara pilihan alat kontrasepsi yang aman tersebut, dia menyebut bahan-bahan herbal tropika.

Perlu pula menambah alternatif alat kontrasepsi bagi pria. Sebab, selama ini lebih banyak obat atau alat kontrasepsi ditujukan bagi perempuan.

Tahun 2010 Bambang juga berbicara sama dalam simposium ”Innovative Ideas in Natural Medicine Research: Perspective Views, Social Science, Molecular Biology, and Nano Materials” di Universitas Toyama, Jepang. Selain itu, di Asian Conference on Clinical Pharmacy 2010 di Singapura. Kemudian berlanjut pada Joint Annual Meeting of The American Society of Pharmacognosy and The Phytochemical Society of North America: Natural Solution to 21st Century Problem–from Discovery to Commercialization di St Petersburg, Tampa, Florida, Amerika Serikat.

”Saya akan terus membawa inspirasi temuan tablet herbal gandarusa untuk kontrasepsi pria ini sebagai isu global,” kata pria yang pernah meraih Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa, Jakarta, 2 Oktober 2009 serta Anugerah ”Airlangga Widya Bhakti Adhikarapurusa”, Surabaya, 10 November 2010 ini.

Bambang menjadi pencetus tablet herbal untuk kontrasepsi pria. Ia berandil mengubah pengetahuan tradisional menjadi pengetahuan modern.

Sumber

"... Penelitian Murid Kami Perlu Dikembangkan"

Kita tentunya merasa tidak nyaman dengan asap pekat knalpot yang keluar dari kendaraan bermotor setiap harinya. Selain membuat polusi udara dan lingkungan, tentunya gas buang yang dikeluarkan knalpot mengandung gas karbon yang berbahaya bagi kesehatan.

Portal Penemuan Referensi Ilmiah Indonesia Diluncurkan

Portal penemuan referensi ilmiah Indonesia yang merupakan titik akses terhadap karya ilmiah yang dihasilkan oleh akademisi dan peneliti Indonesia diluncurkan dalam kegiatan Seminar Hasil Pelaksanaan Penelitian bagi Peneliti dan Perekayasa Sesuai Prioritas Nasional Tahun 2009 di Jakarta hingga Rabu (16/12/2009). Portal Garuda (Garba Rujukan Digital) itu beralamat di www.garuda.dikti.go.id.

Saya Berharap Semoga Ada yang Meneruskan Pengembangan "Jawisia"

Perkembangan teknologi informasi berdampak besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, tidak terkecuali bahasa yang digunakan. Bahasa dari berbagai bangsa dan negara perlahan bercampur dan terkadang menggantikan bahasa asli dari suatu daerah atau membuatnya punah. Fenomena tersebut menggugah Rizky Septiandy Wicaksono, mahasiswa Teknik Informatika ITS untuk berinovasi agar bahasa Jawa lestari.

Sanimas: ”Mengelola sampah pada tingkat yang lebih kecil memungkinkan sampah didaur ulang secara optimal...”

"Aktivis lingkungan yang prorakyat, prolingkungan hidup, dan pro-orang miskin ini merupakan penggagas Sanimas (sanitasi oleh masyarakat). Sebuah program pengelolaan limbah yang menggunakaan tangki septic bersusun untuk mengolah semua limbah cair dan tinja dari toilet warga di suatu daerah untuk kemudian diolah menjadi air yang jernih tanpa bau."
Sarjana lulusan Institut Teknologi Bandung Jurusan Teknik Lingkungan ini mulai rajin menyuarakan tentang kepedulian lingkungan sejak tahun 1996. Sebelumnya, selepas menyelesaikan studinya ia pernah bekerja sebagai konsultan, ia merancang sistem suplai air di wilayah pedesaan dan perkotaan. Namun pada akhirnya ia mengikuti panggilan hatinya yang ingin menggunakan ilmunya untuk membantu kaum miskin yang dianggap paling layak dibantu.

Indonesia Butuh Inovator

Masyarakat kita sedang mengalami krisis pendidikan. Krisis pendidikan yang dimaksud ialah suatu keadaan memprihatinkan tentang kemauan mengejar pendidikan sebagai sebuah ilmu, bukan hanya syarat untuk mendapatkan pekerjaan. Jika diperhatikan, banyak universitas dan sekolah tinggi di Indonesia yang membuka jurusan berbau ekonomi. Hal tersebut pastinya disertai dengan alasan untuk memajukan perekonomian bangsa.

"Jika ingin mengetahui kadar CO, orang tinggal ketik sms..."

Karbonmonoksida (CO) dalam polusi udara akan mengganggu kesehatan. Dalam kadar yang tinggi, CO dapat menyebabkan manusia sakit kepala, pingsan, bahkan kematian.  Terlebih karbonmonoksida tidak berbau dan tidak dapat dilihat.

Hal inilah mendorong Muhammad Syukri, mahasiswa Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY),  membuat alat pengukur karbonmonoksida di udara yang dapat diakses melalui telepon seluler. Sistem kerjanya alat pengukur CO diakses user melalui pesan pendek (SMS).