Aroma Terapi dari Limbah Serabut Kelapa


 TEMPO Interaktif, Jakarta - Kelenturan dan kekuatannya menopang beban berat membuat bambu banyak dimanfaatkan sebagai material bangunan yang tangguh. Sayangnya, bambu punya satu musuh besar, yaitu rayap. Kerentanannya digerogoti rayap membuat banyak orang mulai meninggalkan bambu.

Kini rayap bukan lagi momok bagi bambu. Dua pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) Santa Laurensia, Tangerang, Banten, menemukan cara membuat bambu tahan rayap.

Selama delapan bulan terakhir, kedua pelajar itu, Andrey Halim dan Reyner Jong, bergulat dengan bambu tali. Spesies bambu dengan nama latin Gigantochloa apus itu menarik perhatian mereka karena belum banyak masyarakat memanfaatkan material ini sebagai bahan bangunan. Padahal bambu yang mampu tumbuh 10-30 sentimeter setiap hari tersebut hidup di seluruh pulau di Indonesia.

Di sisi lain, material bambu dinilai cocok untuk dimanfaatkan di negara yang rawan gempa seperti Indonesia. Bersifat lentur, bambu sanggup menahan guncangan kuat. Pun bobotnya yang lebih ringan dibanding beton, membuat material ini tak berbahaya jika menimpa manusia.

Hanya, bambu punya kelemahan terhadap rayap, sehingga Andrey dan Reyner punya gagasan untuk menciptakan material bambu tahan rayap. "Kami berpikir, kenapa bambu tidak diolah menjadi material komposit?" ujar Reyner kepada Tempo setelah bertemu dengan Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh di Jakarta, 6 Mei lalu.

Untuk membuat komposit, bambu diolah melalui tiga tahapan. Pertama, tabung bambu dibelah menjadi dua bagian. TEMPO Interaktif, Yogyakarta  – Serabut kelapa bagi sebagian orang sering dianggap tidak bermanfaat. Tapi ditangan tiga mahasiswa Jurusan Teknik Mesin dan Industri Universitas Gajah Mada - Ismiati, Annisa Dewi Akbari dan Irfan Anshori- serabut kelapa bisa dimanfatkan sebagai bahan dasar bantal.
Berita terkait

    Nasib Batu Bata Tahan Gempa Madiun
    Polisi Tidur Mahasiswa ITS Hasilkan Energi Listrik
    Kacamata 3D Paling Ringan 
    NYIA 2010 Didominasi Inovasi Sederhana dan Praktis 
    Siswa SMA Negeri 1 Yogyakarta Membuat Alat Penyerap Partikel Emisi Sepeda Motor

Namanya cocopillow yaitu bantal dengan bentuk unik. Bantal ini awet dan tahan lama. Kelebihan lain bantal UGM ini adalah memiliki bau khas kelapa yang memberikan wangi aroma terapi.

Nah, pada akhir Februari lalu cocopilow dinobatkan sebagai jawara  lomba make and sell competition di Institut Teknologi Sepuluh . Tim UGM menyisihkan 83 peserta dari bebragai puluhan perguruan tinggi seperti ITS, IPB dan UNY. “Selama ini serabut kelapa tidak dimanfaatkan kecuali dibuat keset,”kata Ismiati pembuat bantal limbah kelapa dalam rilis yang diterima Tempo.

Ismiati menjelaskan ide awal pembuatan cocopillow bermula dari banyaknya sampah serabut kelapa yang dibuang dan dijual murah para penduduk di daerah Kretek, Bantul dan Samigaluh, Kulon Progo.

Selama ini Kabupaten Bantul bisa memproduksi serabut kelapa mencapai 24 ribu ton  per tahun, sedangkan di Kulon progo 24 ribu ton per tahun. Potensi ini yang mendorong para mahasiswa berpikir untuk menciptakan produk unggulan baru yang jauh lebih ekonomis.Produk itu ya itu tadi, bantalserabut kelapa.

Cara pembuatan bantal ini cukup sederhana. Irfan menjelaskan serabut kelapa yang sudah dibersihkan dikeringkan selama 3 hari. Kemudian direkat dengan lem. “Baru dibentuk model bantal yang diinginkan,”kata Irfan. Agar mendapatkan aroma kelapa yang wangi bantal kembali dikeringkan.

Bantal ini bisa dijual dengan harga Rp 39 ribu. Namun belum diproduksi secara massal. Menurut Ismiati bantal didesain agar bentuk bantal sesuai dengan lekukan tulang belakang. Sehingga saat digunakan memberikan rasa nyaman dan tidak sakit. “Bentuk bantalnya ada lekukan di tengah, sehingga nyaman saat digunakan,” katanya.

 UGM

Tempointeraktif

0 komentar:

Post a Comment