Metode Pembuatan Briket Serbuk Gergaji dari Kayu Jati yang Sederhana

Pemerintah kembali berencana mengurangi lagi subsidi BBM sebagai dampak defisitnya APBN. Kebijakan tersebut tentunya berimbas pada naiknya kebutuhan rumah tangga, seperti gas dan minyak tanah. Akibatnya, kebutuhan rumah tangga lainnya juga akan menyusul naik.

Mahasiswa Teknik Lingkungan FTSP Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Eva Hapsari yang dibantu oleh Annisa, berupaya mencari jalan keluar masalah tersebut khususnya bagi warga masyarakat Panggungharjo Sewon Bantul, dengan menciptakan bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah dan gas, yaitu dengan pembuatan briket serbuk gergaji.

Kami Menjaga Kualitas

Sebanyak 1.306 unit laptop hasil rakitan siswa Sekolah Menengah Kejuruan 5 Makassar (Skanel) bermerek “SMK-Zyrex” dibagikan Wali Kota Makassar Ilham Arif Sirajuddin kepada 63 SMK se-Makassar guna menunjang proses belajar mengajar di daerah tersebut pada 22 Desember 2010.

Penyerahan secara simbolis dilakukan ke para perwakilan sekolah dengan pembagian 702 unit untuk SMK negeri dan 604 unit untuk SMK swasta, disaksikan Kepala Dinas Pendidikan Makassar Mahmud BM dan ketua tim dan guru pembimbing perakit Yohannes Mainda, di Makassar.

"Keramba ini pun dengan mudah dibongkar pasang..."

Salah satu persoalan dalam pembuatan keramba apung saat ini adalah masa pakainya yang relatif pendek. Keramba apung dari kayu cepat lapuk, sedangkan dari drum cepat berkarat karena lama terendam di air. Namun, Sentra Teknologi Polimer (STP) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) kini menemukan solusinya, yaitu keramba terapung dari plastik yang bisa tahan sampai 50 tahun. Meski demikian, disarankan agar setiap 15 tahun keramba itu ditinjau ulang.

”Obat Ini Menunjukkan Kekayaan Keanekaragaman Hayati yang Ada di Indonesia”

Berdasarkan informasi etnobotanik dari wilayah Papua, Achmad Fuad Hafid beserta tim Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya, mengembangkan obat antimalaria dari ekstrak kulit batang cempedak. Riset yang dimulai sekitar 10 tahun lalu itu menghasilkan tablet fitofarmaka yang sinergis dengan kombinasi obat antimalaria lainnya.

Antimalaria dari kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng) merupakan kearifan lokal penduduk Papua. Namun, Achmad tidak merujuk kearifan lokal antimalaria kulit batang cempedak itu pada suku tertentu di Papua. Sebab, pengetahuan manfaat kulit batang cempedak sebagai antimalaria tersebar di Papua.

”Saya Akan Terus Membawa Inspirasi Temuan ... Ini sebagai Isu Global"

Ilmu farmasi yang dia tekuni menuntunnya pada ide memperbanyak variasi alat kontrasepsi. Ia telah memperoleh hak paten atas temuan tablet herbal kontrasepsi pria dari daun gandarusa. Tablet herbal untuk membatasi kelahiran itu adalah buah perjalanan hidup Bambang Prajogo Eko Wardojo.

Pria kelahiran Surabaya, 17 Desember 1956 ini megenyam pendidikan Sarjana Muda hingga S-3 di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya (1980-2002), Midcareer Training of Pharmacochemistry, Universitas Gadjah Mada-Vrije University (1987), dan Training of Good Laboratory: University de Lausanne-Switzerland (2002).

Semasa remaja, Bambang sudah tergelitik memikirkan untuk turut ambil bagian dalam mengantisipasi peledakan penduduk. Ketekunan dan keteguhannya akan cita-cita ternyata membuahkan hasil.

Tablet kontrasepsi pria yang ditemukannya sudah diuji klinis kepada manusia. Bambang memperoleh hak patennya pada 12 Juni 2008. Untuk mendapatkan hak paten itu, Bambang harus menanti prosesnya selama tujuh tahun. Ia mengajukan perolehan hak paten sejak 23 Januari 2001.

”Menanti hak paten cukup lama,” kata Bambang, peneliti dan dosen pada Departemen Farmakognisi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya sejak tahun 1985, di ruang kerjanya.

Pada 14 Desember 2010, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional meluncurkan tablet herbal kontrasepsi pria ini untuk diproduksi secara massal. Produsen yang digandeng adalah PT Indofarma (Persero). Namun, tablet itu belum akan ditemui di pasaran. Setelah peluncuran memang tidak segera diproduksi. Menurut Bambang, perusahaan tersebut masih akan menguji klinis lagi secara lebih akurat dan masif.

Sebelumnya, Bambang menguji secara klinik tablet ekstrak gandarusa (Justicia gendarussa), melibatkan 36 sukarelawan pria yang memiliki pasangan dan keduanya subur. Hasilnya, tablet herbal itu terbukti melemahkan sel sperma pria secara periodik. Artinya, tablet itu aman karena tidak memandulkan pria secara permanen.

Untuk mempersiapkan produksi massal, kata Bambang, akan ditempuh uji klinik dengan sukarelawan sebanyak 350 pria. ”Mereka yang dipilih untuk mengikuti uji klinis itu bukan sembarang pria, tapi pria yang sudah memiliki pasangan (istri) dan keduanya subur,” kata suami dari Dra Trie Widayatie, Apt ini.

Target lain yang hendak diraih adalah masa aktif senyawa gandarusa diusahakan lebih cepat dalam memandulkan sperma. ”Targetnya bisa aktif bekerja setelah 30 menit diminum, seperti obat-obat konvensional,” kata Bambang.

Inspirasi dari Tradisi Papua

Daun gandarusa tidak serta-merta menjadi inspirasi Bambang. Dia pun sudah meriset buah-buah yang dipercaya bisa melemahkan sperma. Semasa menuntaskan S-1 Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, hingga tahun 1983, Bambang telah meriset buah pare (Momordica charantia).

Saat itu dia berhasil membuktikan khasiat senyawa aktif buah pare bisa melemahkan sel sperma hewan percobaan secara temporer. Bambang kemudian memaparkan hasil riset itu dalam Kongres Nasional V Ikatan Farmakologi Indonesia tahun 1983 di Semarang. Setelah itu, Bambang masih meneruskan riset mengenai khasiat pare. Baru empat tahun kemudian ia mengalihkan pada riset daun gandarusa.

Gandarusa merupakan tanaman semak yang tumbuh di dataran rendah. Gandarusa tumbuh tegak sampai dua meter, berbatang hitam atau hijau dengan cabang daun yang berwarna ungu kecoklatan mengilat.

”Saya mulai meriset gandarusa pada 1987. Inspirasinya dari hasil riset etnobotani peneliti Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) tentang tradisi perkawinan dengan mahar kurang di Papua,” kata ayah 3 anak ini.

Dalam tradisi entitas suku tertentu di Papua, lanjutnya, diterapkan persyaratan bagi pria pelamar gadis yang membawa mahar (mas kawin) kurang dari yang diharapkan. Walaupun si mempelai pria tetap boleh menikahi si gadis, dia tidak boleh menghamili istrinya sebelum menggenapi mahar yang disyaratkan. ”Untuk menghindari kehamilan, si pria diberi makan daun gandarusa,” kata Bambang.

Saat mahar dipenuhi, barulah si pria boleh menghamili si gadis. Setelah mendapat ”lampu hijau” itulah si pria pun berhenti makan daun gandarusa.

Bambang yang mengaku belum pernah ke Papua telah memetik hikmah dari kebiasaan masyarakat tradisional Indonesia. Masyarakat tradisional ternyata mengetahui banyak manfaat tumbuhan di sekelilingnya tanpa mengetahui uraian kandungan ilmiah di dalamnya. Bagi periset, semestinya ini menjadi ladang inspirasi bagi penelitian ilmiah lebih lanjut.

Herbal tropika

Bambang semakin kerap hadir di berbagai simposium internasional. Baru-baru ini di Lausanne, Swiss, ia gencar menekankan kepada para pemerhati masalah reproduksi dan kependudukan di lingkup internasional tentang pentingnya menambah pilihan alat kontrasepsi yang aman. Di antara pilihan alat kontrasepsi yang aman tersebut, dia menyebut bahan-bahan herbal tropika.

Perlu pula menambah alternatif alat kontrasepsi bagi pria. Sebab, selama ini lebih banyak obat atau alat kontrasepsi ditujukan bagi perempuan.

Tahun 2010 Bambang juga berbicara sama dalam simposium ”Innovative Ideas in Natural Medicine Research: Perspective Views, Social Science, Molecular Biology, and Nano Materials” di Universitas Toyama, Jepang. Selain itu, di Asian Conference on Clinical Pharmacy 2010 di Singapura. Kemudian berlanjut pada Joint Annual Meeting of The American Society of Pharmacognosy and The Phytochemical Society of North America: Natural Solution to 21st Century Problem–from Discovery to Commercialization di St Petersburg, Tampa, Florida, Amerika Serikat.

”Saya akan terus membawa inspirasi temuan tablet herbal gandarusa untuk kontrasepsi pria ini sebagai isu global,” kata pria yang pernah meraih Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa, Jakarta, 2 Oktober 2009 serta Anugerah ”Airlangga Widya Bhakti Adhikarapurusa”, Surabaya, 10 November 2010 ini.

Bambang menjadi pencetus tablet herbal untuk kontrasepsi pria. Ia berandil mengubah pengetahuan tradisional menjadi pengetahuan modern.

Sumber

"... Penelitian Murid Kami Perlu Dikembangkan"

Kita tentunya merasa tidak nyaman dengan asap pekat knalpot yang keluar dari kendaraan bermotor setiap harinya. Selain membuat polusi udara dan lingkungan, tentunya gas buang yang dikeluarkan knalpot mengandung gas karbon yang berbahaya bagi kesehatan.

Portal Penemuan Referensi Ilmiah Indonesia Diluncurkan

Portal penemuan referensi ilmiah Indonesia yang merupakan titik akses terhadap karya ilmiah yang dihasilkan oleh akademisi dan peneliti Indonesia diluncurkan dalam kegiatan Seminar Hasil Pelaksanaan Penelitian bagi Peneliti dan Perekayasa Sesuai Prioritas Nasional Tahun 2009 di Jakarta hingga Rabu (16/12/2009). Portal Garuda (Garba Rujukan Digital) itu beralamat di www.garuda.dikti.go.id.