Interview With Shienny MS

Indonesia Revive! -- Oke, seperti yang sudah dijanjikan oleh tim redaksi Indonesia Revive! kemarin kalau kita akan menginterview Kakak Shienny MS yang membuat Ther Melian; Tetralogi Apik dengan Background Indonesia. Jangan lupa untuk memfollow twitternya di @TherMelian dan follow twitter @IndoRevive.

Office Boy yang Berhasil Lulus Kuliah

Indonesia Revive! -- Ketidakmampuan finansial bukanlah alasan bagi Dodi, seorang office boy untuk menyelesaikan kuliahnya. Setelah menjalani 3,5 tahun masa perkuliahan, Pria yang bekerja sebagai OB di lingkungan Universitas Padjadjaran (Unpad) ini berhasil lulus dari Program Diploma III, Jurusan Administrasi Keuangan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unpad.

Widayat Djiang: Dalang Kungfu Dari Nganjuk


Indonesia Revive! -- Kesenian wayang purwa atau wayang kulit menjadi nafas hidup yang turut dilestarikan warga peranakan Tionghoa. Wayang purwa yang mengusung cerita Mahabarata dan Ramayana menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat dan diterima menjadi tontonan pemersatu warga saat dipentaskan di kelenteng-kelenteng Tridharma di kota-kota kecil di Pulau Jawa.
widayat djiang di indonesiaproud wordpress com
Widayat Djiang alias Tjioe Bian Djiang adalah salah satu dalang wayang kulit peranakan Tionghoa yang bertahan hingga kini. Dia menjadi jembatan budaya antara komunitas Jawa, peranakan Tionghoa, dan Tionghoa. Dia mampu mendalang dalam bahasa Jawa krama, dialek Hokkian, dan diselingi kata-kata dalam bahasa Mandarin.

Ther Melian; Tetralogi Apik dengan Background Indonesia Karya Shirley M.S.

Indonesia Revive! -- Satu lagi anak bangsa Indonesia melahirkan karya yang cukup apik, yaitu novel fantasi Ther Melian. Menurut pengakuan penulisnya, Kakak Shirley M.S., novel fantasi ini adalah yang pertama karena terdiri dari empat jilid (tetralogi).

Basic cerita Ther Melian, berpusat pada sebuah benua bernama Ther Melian yang karakteristiknya mirip Indonesia; misalnya terletak di khatulistiwa, dengan hutan tropis lengkap beserta flora dan fauna khas negeri ini. Sementara kisahnya tentang ambisi kedua tokoh utamanya, keempat novel Ther Melian mengajak para pembaca menulusuri petualangan demi petualangan yang mendebarkan demi mewujudkan keinginan masing-masing.

[Travelling] Niagara Mini di Bandung

Indonesia Revive! -- Indonesia sebenarnya punya niagara mini, sayangnya belum banyak yang tahu. Maklum, tempatnya terpencil dan cukup sulit mencapai lokasi ini. Nama air terjun 'miniatur' niagara itu dikenal dengan nama Curug Malela. Lokasinya bisa disambangi dari Bandung ke arah barat menuju Kota Kecamatan Gununghalu. Jaraknya sekitar 40 km.

[Travelling] Air Terjun Srigethuk, Oase di Gunungkidul



Indonesia Revive! -- Kabupaten Gunung Kidul di DIY makin dikenal berkat pantai-pantai barunya yang indah. Namun, perlu diketahui bahwa selain memiliki pantai yang indah, wilayah Gunung Kidul memiliki keindahan alam lainnya, yaitu goa dan air terjun. Kali ini redaksi Indonesia Revive! hendak mengajak jalan-jalan para pembaca untuk menikmati salah satunya air terjun di Gunung Kidul yaitu Srigethuk yang telah menjadi perbincangan setahun terakhir ini.
Foto-foto diambil dari sini, sini, sini, sini, dan sini.

Pesawat Intai Anti Radar Made in Indonesia

Pesawat Intai 02-A Pelatuk
Indonesia Revive! -- Indonesia sudah siap tempur. Tapi ini tidak menyinggung tentang kemungkinan terjadinya perang dunia ketiga. Indonesia siap tempur dalam kancah persaingan produksi alutsista (alat utama sistem senjata) yang semakin canggih.

Setelah kemarin membombardir dengan berita-berita kehebatan para siswa SMK yang mampu menciptakan mobil, sekarang media public menyuguhkan tentang keampuhan BPPT (Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi), yang menciptakan pesawat intai tanpa awak. Dan hebatnya, jenis pesawat yang sering dijuluki unmanned aerial vehicle (UAV) ini tidak bisa terdeteksi oleh radar musuh.

Joko Purwono, Kepala Program Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) BPPT menuturkan, bahwa prototipe pesawat terbang produksinya dijamin tidak terdeteksi radar musuh. Itu karena seluruh bahan pesawat terbuat dari komposit murni yang tidak mengandung unsur metal.

Namun, pihaknya menyatakan pesawat intai bernama Wulung, Gagak, Pelatuk, Alap-alap, hingga Slipi, tetap butuh pengembangan dan inovasi untuk menyiasati semakin canggihnya pendeteksian teknologi radar lawan. "Pesawat kami dijamin tidak terdeteksi radar, tapi kalau memuai sedikit karena panas mesin bisa jadi terdeteksi radar. Masih butuh pengembangan," uangkapr Joko kepada koran Republika.

BPPT sendiri butuh modal untuk mengembangkan pesawat-pesawat hasil karyanya. Pihak BPPT pun menyarankan kepada Kementerian Pertahanan (Kemenhan) agar tidak perlu jauh-jauh membeli produk Israel Aerospace Industries (IAI) untuk memperkuat armada perang kita. Alangkah baiknya menggunakan anggaran pembelian pesawat itu untuk inovasi dan pengembangan pesawat intai karya sendiri. Dan, tentu itu juga bisa memperkuat industri pertahanan dalam negeri.

Harga pesawat intai IAI sendiri, menurut catatan Republika cukup mahal. Dengan teknologi terbarunya, harga pesawat asing itu rata-rata 6 juta dolar AS atau Rp 54 miliar. Itu angka yang cukup fantastis jika dibandingkan dengan harga PUNA BPPT. Untuk memproduksi satu unit pesawat itu hanya cukup mengganggarkan Rp 1,3 miliar.

Memang, saat ini produk Israel itu lebih canggih. Namun, kalau pesawat intai BPPT semakin sering diutak-atik maka hanya butuh beberapa tahun untuk mengejar ketertinggalan teknologi. Ini lantaran sumber daya manusia (SDM) BPPT hanya kurang mendapat kesempatan dan pembelajaran. Kemenhan maupun user lain tidak pernah mengajak pihaknya untuk mengembangkan pesawat intai terbaru.

Sumber: Republika