Mantan Tukang Cuci, Raih Sukses di Las Vegas

Hujan emas di negeri orang, tak seenak hujan batu di negeri sendiri. Itulah yang dirasakan Rudi Suparto, pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur, yang punya usaha dan tinggal di Las Vegas, Amerika Serikat. Rudi adalah pemilik Wok Express, restoran cepat saji, yang terletak di jalan utama kawasan kasino, Las Vegas.

Gemerlapnya Las Vegas ternyata tak menyurutkan kerinduan Rudi untuk kembali ke Indonesia. “Ternyata lebih enak hidup di sana,” katanya, belum lama ini.

Bagi Rudi hidup di AS bukan hal mudah. Saat menginjak di negara itu pada 2005, mantan sales manajer ini tak bisa berbahasa Inggris. Akibatnya ia hanya bekerja sebagai tukang cuci piring. “Sedih sekali,” katanya.

Namun, kondisi seperti itu tak membuat Rudi sedih. Hal itu justru dijadikan pelajaran. Hasilnya ia tahu cara memasak dan seluk beluk restoran.

Ibarat kacang tak lupa kulitnya, selama di AS Rudi membantu sesama imigran. Semua karyawannya orang Indonesia, hanya kokinya warga Cina. Rudi berencana menghabiskan masa tuanya di Indonesia. Karena itu dia selalu berbahasa Indonesia dengan anak-anaknya, supaya bahasa ibunya tetap terjaga. (IAN)

Reference: Indonesia Berprestasi

Interview With Daniel Rudi Haryanto

Indonesia Revive! -- Daniel Rudi Haryanto merupakan salah satu sutradara berbakat Indonesia. Lewat filmnya berjudul Prison and Paradise, ia berhasil mendapatkan penghargaan Director Guild of Japanese Award. Prestasi yang sangat menggembirakan bagi negara kita, Indonesia. Ia pernah masuk dalam industri perfilman indonesia, bersama tokoh-tokoh film ternama Indonesia, seperti Garin Nugroho dan Riri Riza. Sekitar tahun 2010, ia menuntaskan film dokumenter yang sudah dirisetnya selama tujuh tahun. Hasilnya? Sambutan luar biasa di berbagai festival film ternama dunia.

Dalam kesempatan kali ini, redaksi Indonesia Revive! berhasil mewawancarai mas Daniel Rudi Haryanto yang baik via Facebook terkait filmnya dan pandangannya tentang Indonesia. Berikut hasil wawancara tersebut:


1. Mengapa memilih judul Prison and Paradise? Apa filosofi di baliknya?
Judul Prison and Paradise saya pilih karena latar belakang peristiwa Bom Bali 1 yang terjadi di Pulau Bali, pada 12 Oktober 2002. Dari hasil riset saya menemukan fakta yang terjadi pada korban, keluarga korban, pelaku dan keluarga pelaku. Paradigma Surga dan Penjara itu menjadi sumir, bergantung pada perspektif masing-masing subyek. Bagi Korban, para pelaku bertujuan mencari Surga, tetapi bagi keluarga korban, para pelaku pantas mendapat ganjaran hukuman setimpal, Sementara itu bagi para pelaku, penjara adalah tiket mereka ke Surga.

2. Mengapa memilih tema film ini?

Tema film adalah dampak serangan bom bunuh diri terhadap para pelaku, keluarga pelaku dan keluarga korbannya. Saya mengambil tema ini karena temuan di dalam riset, bahwa para pelaku melakukan serangan bom bunuh diri karena pembelaan mereka terhadap umat Islam, tetapi korbannya adalah dari kalangan umat Islam juga. Ini menjadi persoalan bagi lingkungan kita hari ini, bahwa ideologi dan penerapan ideologi selalu berbenturan dengan realitas korban yang seringkali menjadi subyek yang harusnya dibela.


3. Apa yang anda harapkan dari film ini?
Saya membuat film ini bertujuan untuk membuka diskursus, yaitu pembahasan-pembahasan yang lebih maju lagi, bahwasanya terorisme tidak sekedar kasus penerapan kekerasan dalam lingkungan sosial, akan tetapi menjadi pekerjaan rumah, sebab pasca serangan bom bunuh diri, banyak pekerjaan rumah yang ditanggung oleh lingkungan sosial, negara, pemerintah setiap pihak termasuk para ulama dan umat secara keseluruhan, tidak hanya pada satu organisasi agama terntentu, akan tetapi setiap institusi agama. Hari ini kita dihadapkan pada perspektif sempit tentang terorisme tetapi seringkali tidak mampu keluar dari ruang sempit perspektif itu untuk melongok realitas yang terjadi pada keluarga, anak-anak dan lingkungan sosial keluarga korban dan keluarga para pelaku, Dengan adanya pembahasan-pembahasan tersebut akan didapatkan gagasan-gagasan untuk terlibat untuk mencari solusi.

4. Film apa lainnya yang sedang anda buat?
Saya sedang mempersiapkan film bersama Indonesia Corruption Watch (ICW)

5. Bisa cerita profil mas Daniel sedikit saja?

Profil saya? Saya lahir 17 April 1978, besar di lingkungan keluarga plural. Saya anak nomer 4 dari 5 bersaudara. Kakak-kakak saya sebagian adalah aktifis pergerakan Islam (Pelajar Islam Indonesia dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia). Sementara anggota keluarga saya yang lain adalah pemeluk agama Kristen.

Saya tumbuh dalam ruang-ruang diskusi dan pertemuan berbagai aliran pemikiran. Dari Marxis hingga kajian-kajian Islam. Dari sinilah saya tumbuh, Sewaktu SMA saya ditangkap aparat Orde Baru dan dikeluarkan dari Sekolah Menengah Seni Rupa Yogyakarta karena mengkritisi kebijakan pendidikan pemerintah Soeharto yang saat itu menteri P dan K adalah Wardiman Djojonegoro.

Karena sempat di blacklist, Saya melanjutkan ke SMA biasa (Persamaan) dan lulus. Lalu melanjutkan kuliah di IKJ (Institut Kesenian Jakarta fakultas Film dan Televisi,) saya mengambil jurusan Dokumenter.

Sambil kuliah saya mendirikan kelompok studi film CINEMA SOCIETY, Lembaga kajian sinema Indonesia. Menerbitkan majalah Sinema Society dan menyelenggarakan workshop film secara independen (1999-2005).

Lulus dari FFTV IKJ tahun 2005 dan kemudian bekerja di ranah produksi film sebagai sutradara Behind The Scene film-film Indonesia bersama Riri Riza, Garin Nugroho, Teddy Soeriyaadmaja, Rako Prijanto, Affandi Abdulrahman, Djenar Mahesa Ayu, Nia Dinata dan sineas Indonesia lainnya.

Setelah 5 tahun di dunia "Industri Film" saya memutuskan untuk menyelesaikan film saya yang telah saya riset selama 7 tahun berjudul PRISON AND PARADISE, Film ini disambut di berbagai festival internasional di Dubai, India, Korea Selatan, Roma, Canada dan Jepang. Di Yamagata International Documentary Film Festival 2011 saya mendapat anugerah Director Guild of Japan Award.

6. Boleh tanya pendapat anda: menurut anda, bagaimana kondisi Indonesia saat ini?
Pendapat saya tentang kondisi Indonesia saat ini? Saya mendapat kesempatan melakukan perjalanan ke berbagai festival film internasional.

Dari ranah hijrah itulah saya melongok Indonesia. Memang memprihatinkan, Indonesia hanya dikenal sebagai Negara teroris, korupsi dan Tenaga Kerja Murah.

Ketika kembali ke Indonesia saya berada dalam realitas Indonesia itu, Ini semakin membuat saya prihatin namun sekaligus mencambuk diri saya untuk terus berkarya lebih baik lagi, sebab saya sadar tidak mungkin berharap pada situasi negeri ini, saya berharap pada diri sendiri, Lebih keras lagi berpikir dan giat kerja dengan mempersiapkan karya-karya baru.

Menjadi bagian dari pergaulan internasional dan membawa nama baik Indonesia. Tentu ini kerja berat, tetapi bukan berarti tidak bisa. Dengan prestasi di Jepang dan berbagai festival film itu, saya merasa sebagai langkah awal dan Saya yakin bisa melanjutkannya.

7. Apakah indonesia bisa menjadi negara maju? Jelaskan.

Indonesia memiliki kesempatan besar menjadi negara maju. Tahun 1975 kita sama dengan Korea Selatan, Pasca perang dunia ke dua kita sejajar dengan negara-negara bekas jajahan dan negara-negara yang kalah perang.

Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam namun juga sumber daya manusia. Ini mesti dikelola secara baik. Untuk mengelolanya butuh pemimpin yang cerdas, progresive dan bijak. Namun lebih penting lagi adalah kesadaran manusia Indonesia, Terutama kesadaran kolektif yang berangkat dari diri sendiri untuk memacu kemauan maju dan kerja keras, seperti Manusia Jepang dan Korea Selatan, dengan berkarya menurut bakat masing-masing.

Teramat banyak pekerjaan rumah di hadapan manusia Indonesia, harus satu satu dikerjakan. Dan itu memulainya dari diri sendiri. Saya belajar itu dari sejarah. Catatan sejarah menyampaikan riwayat tokoh-tokoh, semisal Tan Malaka, ia memiliki kecerdasan yang luar biasa dan membuktikan bahwasanya manusia Indonesia yang makan tempe mampu berdebat di forum Komintern (Komunis Internasional) berdebat dengan Trotsky, ada lagi Hatta, ia mampu membawa kemenangan-kemenangan diplomasi menghadapi kepentingan negara-negara imperialis, ada Soekarno yang menggelorakan jiwa Kebangsaan menjadi Indonesia, ada Mbah Maridjan yang setia pada amanat dan tugas kebudayaan, ada jendral Soedirman yang ahli di bidang gerilya hingga Nasution dan Vietkong belajar strategi gerilya tentara Indonesia.

Saya rasa ini dulu jawaban dari saya mas.
Jika ada pertanyaan lagi silahkan diajukan...

Terimakasih atas perhatian dan apresiasi anda

Salam dan selamat berkarya.

Daniel Rudi Haryanto

J-430, Pesawat Pertama Rakitan Pelajar SMKN 12 Bandung

Indonesia Revive! -- Para pelajar SMKN 12 Bandung berhasil merakit pesawat terbang Jabiru atau J-430. Saat ini, pesawat tersebut sudah siap terbang, tinggal menunggu izin terbang dari Kementerian Perhubungan.

Pesawat berkapasitas empat penumpang itu kini terparkir di lapangan tengah SMKN 12 Bandung di Jalan Padjdjaran. Bodi pesawat mirip pesawat latih itu dilapisi cat putih dengan polet biru merah.

Warna cat masih mengkilap karena pesawat tersebut baru selelasi dirakit pada Juni 2011 lalu. Di bagian depan pesawat dekat baling-baling ada tulisan SMKN 12 Bandung.

“J-430 ini pesawat terbang pertama rakitan anak SMK di Indonesia,” kata Muhammad Rifai, Ketua Kopetensi Keahlian Konsentrasi Rangka Pesawat Udara SMKN 12 Bandung kepada okezone, Selasa (10/1/2012).

Rifai yang juga guru SMK 12 itu menjelaskan, perakitan pesawat yang melibatkan siswa-siswi SMK tersebut didanai Direktorat Pembinaan Sekolah Mengenah Kejuruan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Di Indonesia, ada dua SMK yang dimodali untuk merakit pesawat terbang kecil, yakni SMK 29 Jakarta dan SMK 12 Bandung. “Yang beres duluan merakit di sini. Sebelumnya, belum ada di SMK lain yang merakit pesawat terbang,” ucapnya bangga.

Saat okezone bertandang ke sekolah, mesin pesawat dinyalakan. Baling-baling berputar dan semua mesin bekerja mengindikasikan Burung Besi itu sudah siap terbang.

“Untuk uji coba terbang, kita belum bisa karena belum dapat izin dari Kemenhub. Sekarang izinnya masih dalam proses. Seharusnya Desember kemarin sudah keluar, tapi hingga sekarang belum ada kabar lagi,” timpal Tedi Rosadi, guru SMK 12 yang juga koordinator perakitan pesawat terbang.

Reference: Kompasiana

“Berobat, Cukup 2000 Rupiah Saja”

Indonesia Revive! -- Posting ini merupakan artikel saduran yang kami ambil dari Kompasiana. Saya begitu tersentuh waktu membacanya. Tak ada yang bisa saya katakan.
Malam itu, ruang tunggu praktik dokter di Apotek Sakura, Abepura, Jayapura terlihat begitu ramai disesaki oleh para pasien. Meski tidak semua pasien kebagian tempat duduk, tetapi mereka tetap setia antri meski harus duduk di teras apotek. Bagi mereka berobat ke dokter FX. Sudanto adalah pilihan tepat. Selain ongkos praktiknya yang sangat murah, obat yang diberikan juga cocok bagi para pasiennya.

FX. Sudanto yang telah berusia 70 tahun telah mengabdikan dirinya sebagai dokter pelayan masyarakat sejak lebih dari 30 tahun yang lalu. Semenjak ia lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Sudanto yang asli dari Kebumen Jawa Tengah ini langsung mendaftarkan dirinya sebagai dokter Inpres di Departemen Kesehatan. Saat itu ia sebagai dokter muda diberi pilihan bertugas, diantaranya Irian Jaya (sekarang Papua), Kalimantan, dan Timor Leste. Dari ketiga pilihan itu, Sudanto akhirnya memilih praktik di Irian Jaya. “Saya lebih memilih yang jauh sekalian,” katanya. Kemudian ia ditempatkan di wilayah Suku Asmat. Selama 6 tahun bertugas di wilayah Suku Asmat inilah Sudanto hatinya terenyuh melihat kehidupan masyarakat Suku Asmat yang masih primitif dan hidup di bawah garis kemiskinan. Setelah selesai bertugas di wilayah Suku Asmat, Sudanto pun kembali ke Jayapura dan bekerja di Rumah Sakit Jiwa Abepura.

Selain itu ia juga diberi izin untuk buka praktik dokter umum di Rumah Sakit Umum (RSU) Abepura. Meskipun demikian, ia yang telah lama bertugas di daerah pedalaman tidak sampai hati mematok tarif praktiknya mengikuti “pasaran” dokter-dokter di kota. Tapi Sudanto memasang tarifnya sendiri yang ia rasa sangat terjangkau bagi masyarakat Abepura. Pertama kali buka praktik, Sudanto hanya menerima bayaran 500 rupiah atas jasanya. Dan hingga saat ia tetap memasang tarif praktik yang sangat terjangkau bagi masyarakat Abepura, yaitu 2.000 rupiah untuk orang dewasa dan 1.000 rupiah untuk anak-anak dan mahasiswa.

Kepedulian pada masyarakat tidak mampu dan ikrarnya pada sumpah dokter membuat Sudanto tak lagi berkeinginan membuka praktik di rumah sakit swasta ataupun menaikkan tarif jasa praktiknya. “Saya memang tidak mendahulukan materi, karena seorang dokter harus mendahulukan kepentingan orang banyak,” katanya.

Dicintai Masyarakat
Sore itu, saat saya tiba di rumahnya yang sederhana di Kabupaten Abepura, dr. Sudanto tampak sangat bersahaja dengan pembawaannya yang tenang. Namun begitu mendengar percakapan Abdul Azis, dokter Sudanto tiba-tiba menitikkan air mata. Ia terharu tatkala Abdul Azis pria asal Sulawesi ini menceritakan kalau putrinya yang terkecil pernah tak kunjung sembuh walau telah berobat ke banyak dokter, tetapi langsung pulih setelah ditangani oleh dokter Sudanto. “Meskipun obatnya generik, tapi ampuh mengobati penyakit anak saya,” kata Azis senang.

Bagi dokter Sudanto yang telah puluhan tahun mengabdikan dirinya di masyarakat, bertemu dengan mantan-mantan pasiennya yang telah pulih adalah kebahagiaan yang tak ternilai dengan uang. Menurutnya melihat masyarakat sehat dan bahagia adalah harapan yang selalu ia idam-idamkan. Karena itulah selama puluhan tahun ini ia tidak berkeinginan menyetarakan tarif praktiknya dengan dokter-dokter umum lainnya. Ia tetap berpegang teguh pada keyakinannya, yaitu mengabdikan diri di masyarakat, memajukan masyarakat, dan menanamkan sikap jujur pada masyarakat. Meskipun kedengarannya sulit tapi dokter Sudanto tetap percaya kalau di balik masyarakat yang sejahtera ada kesehatan yang baik. Dan di balik masyarakat yang maju ada sebuah kejujuran– jujur pada diri sendiri dan jujur pada orang lain. “Yang saya cari adalah berbuat baik bagi banyak orang, bisa memberi ketenangan bagi masyarakat, dan menemani mereka. Buat saya materi adalah cukup untuk membeli lauk pauk,” ungkapnya.

Karena ketulusannya dalam melayani masyarakat inilah akhirnya banyak masyarakat Abepura mengenal dirinya dan menghormatinya sebagai orang yang dituakan. Bahkan banyak diantaranya yang memandang dokter Sudanto lebih dari sekadar dokter, tapi sudah menjadi bagian dari keluarga. “Dia ini (dokter Sudanto) adalah dokter “ahli jiwa”. Dia tidak cuma bisa mengobati sakit fisik tapi juga jiwa masyarakat sini. Kita orang sangat sayang padanya. Maka kita orang tidak pernah kasih dokter pulang lama-lama ke Jawa,” kata salah satu pasiennya.

Dari kontribusinya pada masyarakat inilah akhirnya Universitas Gajah Mada (UGM) memberikan piagam penghargaan kepadanya sebagai alumnus berprestasi kategori pengabdian di daerah miskin/terpencil pada 2009 lalu. Namun bagi Sudanto penghargaan dari instansi bukanlah sesuatu yang ia kejar. Menurutnya yang sangat ia impikan adalah benar-benar menjadi dokter yang baik di tengah-tengah masyarakat. “Saat saya dinobatkan sebagai dokter saya sudah berkeinginan hanya ingin menjadi dokter yang baik. Saya tidak berpikir untuk harus mencari banyak uang, tetapi saya hanya berpikir bagaimana masyarakat harus sembuh. Karena dokter harus menolong dan mendedikasikan dirinya untuk masyarakat. Itu saja keinginan saya,” tegasnya.

Reference: Kompasiana

Indonesia Lebih Fashionable dan Punya Keragaman Budaya Fashion Unik

Indonesia Revive! -- Selain letak negara yang bertetangga, Indonesia dan Thailand juga memiliki kebudayaan yang tak berbeda jauh, terutama dalam selera fashion-nya. Hal ini rupanya disadari oleh desainer muda Thailand, Thawit Tangtien, yang sukses mengangkat label fashion G.L.A.M.

“Meski punya style fashion yang hampir sama, tapi menurut saya Indonesia lebih fashionable dan punya banyak keragaman budaya fashion yang unik,” ungkap Thawit Tangtien.

Sebagai seorang desainer, Thawit sangat mengagumi rasa nasionalisme yang dipadukan dengan nilai seni dan fashion yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. “Berbagai koleksi batik Indonesia merupakan salah satu kreasi yang mengagumkan untuk saya. Selain kualitas bahan, nilai seni dari goresan motifnya, dan keunikan model busananya sendiri juga sangat beragam dan indah-indah,” tambahnya.

Keberagaman motif, warna dan corak kain batik yang berbeda di tiap daerah diakui Thawit juga sangat unik dan menarik untuk dieksplorasi lebih jauh.

Meski mengaku menyukai style dan busana ala Indonesia, Thawit sendiri mengakui bahwa  Thailand juga memiliki beragam kain dan kebudayaan tradisional yang sangat banyak dan unik, hanya saja belum sepopuler penggunaan batik di Indonesia.

“Ini yang saya akan coba contoh dari Indonesia, untuk mulai berkreasi dengan berbagai kekayaan fashion di Thailand agar Thailand punya ciri khas fashion-nya sendiri yang bernilai tradisional seperti Indonesia,” tambahnya.

Untuk menunjukkan rasa ketertarikannya pada batik khas Indonesia, perancang muda berusia 25 tahun ini merasa sangat tertantang untuk berkreasi dan menciptakan berbagai model busana dari batik Indonesia dengan style-nya sendiri.

“Dalam beberapa waktu ke depan, saya ingin bereksperimen dengan batik-batik Indonesia yang dipadukan dengan style yang modern, namun tetap terlihat simpel dan elegan,” tukasnya antusias.

Reference: Kompas.com

Prison and Paradise Menangi Director Guild of Japan Award

Indonesia Revive! -- Peristiwa bom bali I & II menyisakan banyak kenangan dan trauma, tidak hanya bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, tapi juga bagi keluarga korban dan pelaku. Banyak sudah catatan-catatan dan film-film yang menggambarkan tentang peristiwa mengerikan ini. Salah satu dari mereka adalah Daniel Rudi Haryanto yang mencoba merangkum semua itu melalui film dokumenternya berjudul "Prison and Paradise"

Berkat film dokumenternya itu, ia diganjar oleh penghargaan di kancah internasional lewat ajang Director Guild of Japan Award dari Yamagata Internasional Documentary Film Festival 2011 yang diselenggarakan di Prefektur, Yamagata, Jepang.

Dalam menyelesaikan film ini, Daniel mengaku membutuhkan proses riset yang sangat lama dalam pembuatan film ini. Sebelum menggarap film ini, Daniel pun telah melakukan riset selama 7 tahun, mulai 2003 - 2010 secara bertahap. Riset dilakukan di Bali, Jogja, Semarang, dan Jakarta. Agar isi film lebih mendalam, Daniel juga telah melalui proses mewawancarai sejumlah pelaku, keluarga pelaku, dan keluarga korban.


Meskipun memenangi penghargaan di kancah internasional, materi yang berat dari film berdurasi 93 menit ini membuat Daniel tak berharap ditayangkan di bioskop. Menurutnya, perlu ada pendampingan dan diskusi ketika orang-orang menonton "Prison and Paradise". Sehingga tidak terjadi salah persepsi.

"Pemutaran film ini harus disertai dengan diskusi dan penonton harus liat film dari awal sampai akhir," ungkap sutradara yang merangkap sebagai produser dan kameramen itu.

Di bawah ini silakan lihat trailer film "Prison and Paradise"

Reference Photo: KapanLagi.com

Interview With SYS (Mangaka Sang Sayur)

Indonesia Revive! -- Seperti sudah dikabarkan beberapa tempo lalu bahwa Shirley Yoanita Sys adalah satu dari beberapa mangaka yang berkibar di mancanegara, lewat manga bertajuk "Sang Sayur". Kini redaksi Indonesia Revive! berkesempatan untuk mewawancarai Kak Shirley yang lebih suka dipanggil Sys karena karya-karyanya memang memakai nama itu.

1. Kakak lahir di mana? dan warga negara mana?
Saya lahir di Jakarta dan warga negara Indonesia.

2. Ngomik sejak kapan?

Saya mulai ngomik sejak tahun 2006 dan "Sang Sayur" adalah seri komik pertama yang saya pernah buat di dalam majalah kumpulan komik lokal indie bernama SPLASH. Jadi boleh dibilang tahun 2006 itu saat lahirnya "Sang Sayur".

3. Influence terbesar dari mana?

Berhubung semua karakter komik saya sekarang kebetulan bukan manusia, jadi belum ada sumber influence yang terlintas di pikiran. Tapi kalau iya..... Banyak teman-teman yang pernah komentar kalau style character design saya terlihat senafas dengan Nodame Cantabile, Emma, dan Last Exile.

4. Komik yang sudah terbit? dan belum?
Beberapa judul komik kolaborasi yang pernah terbit adalah 101 Peraturan Konyol Dunia dan 101 Surviving Super Singles yang diterbitkan Cendana Art Media. Dan Sejejak Mimpi (cerita pendek Romantika Odong-Odong) yang diterbitkan Koloni m&c! Gramedia. Semua buku itu dapat ditemukan di toko buku. Selain itu saya sempat menjalankan proyek komik strip 4 panel (4 koma manga) untuk Jakarta Communication Club.

Kini "Sang Sayur" tengah terbit secara berangsur di majalah komik CHERRY, majalah kumpulan shoujo manga (komik perempuan) yang diterbitkan oleh m&c! Gramedia. Boleh dibilang ini adalah debut pertama "Sang Sayur" dengan penerbit mainstream.

5. Sekarang tinggal di mana Kak?
Sekarang saya tinggal di Jakarta, meski dulu sempat tinggal di Amerika beberapa tahun untuk studi SMA dan kuliah.

6. Apakah Kakak jebolan sekolah manga sama seperti Dr. Vee?
Iya. Kebetulan saya juga kenal Dr. Vee dari Machiko Manga School. Ibu Machiko juga yang memperkenalkan saya ke dunia profesional komik dan teknik membuat komik.

7. Komik ke depan yang bakal terbit?
 "Sang Sayur" akan terus muncul di CHERRY dan sesudah kemunculan cukup episode di sana, saya harap para pembaca akan menantikan terbitnya komik tunggal (tankoubon) "Sang Sayur" oleh Koloni m&c! Gramedia.

Bagi para pembaca yang kebetulan tidak mengikuti Cherry, semua episode Sang Sayur dapat dinikmati di Facebook-nya dan ngomik[dot]com.

8. Ceritain dong lebih banyak soal manga "Sang Sayur"?"
Sang Sayur" bercerita tentang kehidupan sehari-hari si Bawang Putih bersama teman-teman dan keluarganya yang penuh warna. Anggota keluarga si Bawang Putih adalah Bapak Terong, Ibu Ketumbar, dan Kakak Tomat. Pembaca juga sering bertanya kenapa anggota keluarga si Bawang Putih terdiri dari jenis sayur-mayur dan buah-buahan yang beragam. Jawabannya mudah, supaya lebih bervariasi. Teman-teman si Bawang Putih terdiri dari si Stroberi yang imut, si Buah Ara yang serba tahu, si Pitaya (alias Buah Naga) yang ganteng dan dengan berjalannya seri maka teman Bawang Putih akan bertambah.

"Sang Sayur" berhasil terpilih menjadi salah satu finalis di ajang kontes komik mancanegara yang diadakan oleh Kementrian Luar Negeri Jepang, International Manga Award 2007.

Karya-karya lain yang berhasil menembus tahap final antar lain adalah "East Coast Rising" oleh Becky Cloonan (Amerika Serikat), "Gothic Sports" oleh Anike Hage (Jerman) dan "GOONG" oleh Park So Hee (Korea).


9. Menurut Kakak, bagaimana kondisi Indonesia saat ini? Apakah Indonesia bisa menjadi negara maju?
Sebagai penduduk sipil, beberapa tahun terakhir ini saya sudah terlihat kemajuan di beberapa sektor. Meski tidak akan terjadi secara instan, tapi saya yakin Indonesia akan siap menyongsong masa depan yang lebih cerah sebagai negara yang harum namanya dan dikenal sebagai negara yang beradab di mata internasional.