J-430, Pesawat Pertama Rakitan Pelajar SMKN 12 Bandung

Indonesia Revive! -- Para pelajar SMKN 12 Bandung berhasil merakit pesawat terbang Jabiru atau J-430. Saat ini, pesawat tersebut sudah siap terbang, tinggal menunggu izin terbang dari Kementerian Perhubungan.

Pesawat berkapasitas empat penumpang itu kini terparkir di lapangan tengah SMKN 12 Bandung di Jalan Padjdjaran. Bodi pesawat mirip pesawat latih itu dilapisi cat putih dengan polet biru merah.

Warna cat masih mengkilap karena pesawat tersebut baru selelasi dirakit pada Juni 2011 lalu. Di bagian depan pesawat dekat baling-baling ada tulisan SMKN 12 Bandung.

“J-430 ini pesawat terbang pertama rakitan anak SMK di Indonesia,” kata Muhammad Rifai, Ketua Kopetensi Keahlian Konsentrasi Rangka Pesawat Udara SMKN 12 Bandung kepada okezone, Selasa (10/1/2012).

Rifai yang juga guru SMK 12 itu menjelaskan, perakitan pesawat yang melibatkan siswa-siswi SMK tersebut didanai Direktorat Pembinaan Sekolah Mengenah Kejuruan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Di Indonesia, ada dua SMK yang dimodali untuk merakit pesawat terbang kecil, yakni SMK 29 Jakarta dan SMK 12 Bandung. “Yang beres duluan merakit di sini. Sebelumnya, belum ada di SMK lain yang merakit pesawat terbang,” ucapnya bangga.

Saat okezone bertandang ke sekolah, mesin pesawat dinyalakan. Baling-baling berputar dan semua mesin bekerja mengindikasikan Burung Besi itu sudah siap terbang.

“Untuk uji coba terbang, kita belum bisa karena belum dapat izin dari Kemenhub. Sekarang izinnya masih dalam proses. Seharusnya Desember kemarin sudah keluar, tapi hingga sekarang belum ada kabar lagi,” timpal Tedi Rosadi, guru SMK 12 yang juga koordinator perakitan pesawat terbang.

Reference: Kompasiana

“Berobat, Cukup 2000 Rupiah Saja”

Indonesia Revive! -- Posting ini merupakan artikel saduran yang kami ambil dari Kompasiana. Saya begitu tersentuh waktu membacanya. Tak ada yang bisa saya katakan.
Malam itu, ruang tunggu praktik dokter di Apotek Sakura, Abepura, Jayapura terlihat begitu ramai disesaki oleh para pasien. Meski tidak semua pasien kebagian tempat duduk, tetapi mereka tetap setia antri meski harus duduk di teras apotek. Bagi mereka berobat ke dokter FX. Sudanto adalah pilihan tepat. Selain ongkos praktiknya yang sangat murah, obat yang diberikan juga cocok bagi para pasiennya.

FX. Sudanto yang telah berusia 70 tahun telah mengabdikan dirinya sebagai dokter pelayan masyarakat sejak lebih dari 30 tahun yang lalu. Semenjak ia lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Sudanto yang asli dari Kebumen Jawa Tengah ini langsung mendaftarkan dirinya sebagai dokter Inpres di Departemen Kesehatan. Saat itu ia sebagai dokter muda diberi pilihan bertugas, diantaranya Irian Jaya (sekarang Papua), Kalimantan, dan Timor Leste. Dari ketiga pilihan itu, Sudanto akhirnya memilih praktik di Irian Jaya. “Saya lebih memilih yang jauh sekalian,” katanya. Kemudian ia ditempatkan di wilayah Suku Asmat. Selama 6 tahun bertugas di wilayah Suku Asmat inilah Sudanto hatinya terenyuh melihat kehidupan masyarakat Suku Asmat yang masih primitif dan hidup di bawah garis kemiskinan. Setelah selesai bertugas di wilayah Suku Asmat, Sudanto pun kembali ke Jayapura dan bekerja di Rumah Sakit Jiwa Abepura.

Selain itu ia juga diberi izin untuk buka praktik dokter umum di Rumah Sakit Umum (RSU) Abepura. Meskipun demikian, ia yang telah lama bertugas di daerah pedalaman tidak sampai hati mematok tarif praktiknya mengikuti “pasaran” dokter-dokter di kota. Tapi Sudanto memasang tarifnya sendiri yang ia rasa sangat terjangkau bagi masyarakat Abepura. Pertama kali buka praktik, Sudanto hanya menerima bayaran 500 rupiah atas jasanya. Dan hingga saat ia tetap memasang tarif praktik yang sangat terjangkau bagi masyarakat Abepura, yaitu 2.000 rupiah untuk orang dewasa dan 1.000 rupiah untuk anak-anak dan mahasiswa.

Kepedulian pada masyarakat tidak mampu dan ikrarnya pada sumpah dokter membuat Sudanto tak lagi berkeinginan membuka praktik di rumah sakit swasta ataupun menaikkan tarif jasa praktiknya. “Saya memang tidak mendahulukan materi, karena seorang dokter harus mendahulukan kepentingan orang banyak,” katanya.

Dicintai Masyarakat
Sore itu, saat saya tiba di rumahnya yang sederhana di Kabupaten Abepura, dr. Sudanto tampak sangat bersahaja dengan pembawaannya yang tenang. Namun begitu mendengar percakapan Abdul Azis, dokter Sudanto tiba-tiba menitikkan air mata. Ia terharu tatkala Abdul Azis pria asal Sulawesi ini menceritakan kalau putrinya yang terkecil pernah tak kunjung sembuh walau telah berobat ke banyak dokter, tetapi langsung pulih setelah ditangani oleh dokter Sudanto. “Meskipun obatnya generik, tapi ampuh mengobati penyakit anak saya,” kata Azis senang.

Bagi dokter Sudanto yang telah puluhan tahun mengabdikan dirinya di masyarakat, bertemu dengan mantan-mantan pasiennya yang telah pulih adalah kebahagiaan yang tak ternilai dengan uang. Menurutnya melihat masyarakat sehat dan bahagia adalah harapan yang selalu ia idam-idamkan. Karena itulah selama puluhan tahun ini ia tidak berkeinginan menyetarakan tarif praktiknya dengan dokter-dokter umum lainnya. Ia tetap berpegang teguh pada keyakinannya, yaitu mengabdikan diri di masyarakat, memajukan masyarakat, dan menanamkan sikap jujur pada masyarakat. Meskipun kedengarannya sulit tapi dokter Sudanto tetap percaya kalau di balik masyarakat yang sejahtera ada kesehatan yang baik. Dan di balik masyarakat yang maju ada sebuah kejujuran– jujur pada diri sendiri dan jujur pada orang lain. “Yang saya cari adalah berbuat baik bagi banyak orang, bisa memberi ketenangan bagi masyarakat, dan menemani mereka. Buat saya materi adalah cukup untuk membeli lauk pauk,” ungkapnya.

Karena ketulusannya dalam melayani masyarakat inilah akhirnya banyak masyarakat Abepura mengenal dirinya dan menghormatinya sebagai orang yang dituakan. Bahkan banyak diantaranya yang memandang dokter Sudanto lebih dari sekadar dokter, tapi sudah menjadi bagian dari keluarga. “Dia ini (dokter Sudanto) adalah dokter “ahli jiwa”. Dia tidak cuma bisa mengobati sakit fisik tapi juga jiwa masyarakat sini. Kita orang sangat sayang padanya. Maka kita orang tidak pernah kasih dokter pulang lama-lama ke Jawa,” kata salah satu pasiennya.

Dari kontribusinya pada masyarakat inilah akhirnya Universitas Gajah Mada (UGM) memberikan piagam penghargaan kepadanya sebagai alumnus berprestasi kategori pengabdian di daerah miskin/terpencil pada 2009 lalu. Namun bagi Sudanto penghargaan dari instansi bukanlah sesuatu yang ia kejar. Menurutnya yang sangat ia impikan adalah benar-benar menjadi dokter yang baik di tengah-tengah masyarakat. “Saat saya dinobatkan sebagai dokter saya sudah berkeinginan hanya ingin menjadi dokter yang baik. Saya tidak berpikir untuk harus mencari banyak uang, tetapi saya hanya berpikir bagaimana masyarakat harus sembuh. Karena dokter harus menolong dan mendedikasikan dirinya untuk masyarakat. Itu saja keinginan saya,” tegasnya.

Reference: Kompasiana

Indonesia Lebih Fashionable dan Punya Keragaman Budaya Fashion Unik

Indonesia Revive! -- Selain letak negara yang bertetangga, Indonesia dan Thailand juga memiliki kebudayaan yang tak berbeda jauh, terutama dalam selera fashion-nya. Hal ini rupanya disadari oleh desainer muda Thailand, Thawit Tangtien, yang sukses mengangkat label fashion G.L.A.M.

“Meski punya style fashion yang hampir sama, tapi menurut saya Indonesia lebih fashionable dan punya banyak keragaman budaya fashion yang unik,” ungkap Thawit Tangtien.

Sebagai seorang desainer, Thawit sangat mengagumi rasa nasionalisme yang dipadukan dengan nilai seni dan fashion yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. “Berbagai koleksi batik Indonesia merupakan salah satu kreasi yang mengagumkan untuk saya. Selain kualitas bahan, nilai seni dari goresan motifnya, dan keunikan model busananya sendiri juga sangat beragam dan indah-indah,” tambahnya.

Keberagaman motif, warna dan corak kain batik yang berbeda di tiap daerah diakui Thawit juga sangat unik dan menarik untuk dieksplorasi lebih jauh.

Meski mengaku menyukai style dan busana ala Indonesia, Thawit sendiri mengakui bahwa  Thailand juga memiliki beragam kain dan kebudayaan tradisional yang sangat banyak dan unik, hanya saja belum sepopuler penggunaan batik di Indonesia.

“Ini yang saya akan coba contoh dari Indonesia, untuk mulai berkreasi dengan berbagai kekayaan fashion di Thailand agar Thailand punya ciri khas fashion-nya sendiri yang bernilai tradisional seperti Indonesia,” tambahnya.

Untuk menunjukkan rasa ketertarikannya pada batik khas Indonesia, perancang muda berusia 25 tahun ini merasa sangat tertantang untuk berkreasi dan menciptakan berbagai model busana dari batik Indonesia dengan style-nya sendiri.

“Dalam beberapa waktu ke depan, saya ingin bereksperimen dengan batik-batik Indonesia yang dipadukan dengan style yang modern, namun tetap terlihat simpel dan elegan,” tukasnya antusias.

Reference: Kompas.com

Prison and Paradise Menangi Director Guild of Japan Award

Indonesia Revive! -- Peristiwa bom bali I & II menyisakan banyak kenangan dan trauma, tidak hanya bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, tapi juga bagi keluarga korban dan pelaku. Banyak sudah catatan-catatan dan film-film yang menggambarkan tentang peristiwa mengerikan ini. Salah satu dari mereka adalah Daniel Rudi Haryanto yang mencoba merangkum semua itu melalui film dokumenternya berjudul "Prison and Paradise"

Berkat film dokumenternya itu, ia diganjar oleh penghargaan di kancah internasional lewat ajang Director Guild of Japan Award dari Yamagata Internasional Documentary Film Festival 2011 yang diselenggarakan di Prefektur, Yamagata, Jepang.

Dalam menyelesaikan film ini, Daniel mengaku membutuhkan proses riset yang sangat lama dalam pembuatan film ini. Sebelum menggarap film ini, Daniel pun telah melakukan riset selama 7 tahun, mulai 2003 - 2010 secara bertahap. Riset dilakukan di Bali, Jogja, Semarang, dan Jakarta. Agar isi film lebih mendalam, Daniel juga telah melalui proses mewawancarai sejumlah pelaku, keluarga pelaku, dan keluarga korban.


Meskipun memenangi penghargaan di kancah internasional, materi yang berat dari film berdurasi 93 menit ini membuat Daniel tak berharap ditayangkan di bioskop. Menurutnya, perlu ada pendampingan dan diskusi ketika orang-orang menonton "Prison and Paradise". Sehingga tidak terjadi salah persepsi.

"Pemutaran film ini harus disertai dengan diskusi dan penonton harus liat film dari awal sampai akhir," ungkap sutradara yang merangkap sebagai produser dan kameramen itu.

Di bawah ini silakan lihat trailer film "Prison and Paradise"

Reference Photo: KapanLagi.com

Interview With SYS (Mangaka Sang Sayur)

Indonesia Revive! -- Seperti sudah dikabarkan beberapa tempo lalu bahwa Shirley Yoanita Sys adalah satu dari beberapa mangaka yang berkibar di mancanegara, lewat manga bertajuk "Sang Sayur". Kini redaksi Indonesia Revive! berkesempatan untuk mewawancarai Kak Shirley yang lebih suka dipanggil Sys karena karya-karyanya memang memakai nama itu.

1. Kakak lahir di mana? dan warga negara mana?
Saya lahir di Jakarta dan warga negara Indonesia.

2. Ngomik sejak kapan?

Saya mulai ngomik sejak tahun 2006 dan "Sang Sayur" adalah seri komik pertama yang saya pernah buat di dalam majalah kumpulan komik lokal indie bernama SPLASH. Jadi boleh dibilang tahun 2006 itu saat lahirnya "Sang Sayur".

3. Influence terbesar dari mana?

Berhubung semua karakter komik saya sekarang kebetulan bukan manusia, jadi belum ada sumber influence yang terlintas di pikiran. Tapi kalau iya..... Banyak teman-teman yang pernah komentar kalau style character design saya terlihat senafas dengan Nodame Cantabile, Emma, dan Last Exile.

4. Komik yang sudah terbit? dan belum?
Beberapa judul komik kolaborasi yang pernah terbit adalah 101 Peraturan Konyol Dunia dan 101 Surviving Super Singles yang diterbitkan Cendana Art Media. Dan Sejejak Mimpi (cerita pendek Romantika Odong-Odong) yang diterbitkan Koloni m&c! Gramedia. Semua buku itu dapat ditemukan di toko buku. Selain itu saya sempat menjalankan proyek komik strip 4 panel (4 koma manga) untuk Jakarta Communication Club.

Kini "Sang Sayur" tengah terbit secara berangsur di majalah komik CHERRY, majalah kumpulan shoujo manga (komik perempuan) yang diterbitkan oleh m&c! Gramedia. Boleh dibilang ini adalah debut pertama "Sang Sayur" dengan penerbit mainstream.

5. Sekarang tinggal di mana Kak?
Sekarang saya tinggal di Jakarta, meski dulu sempat tinggal di Amerika beberapa tahun untuk studi SMA dan kuliah.

6. Apakah Kakak jebolan sekolah manga sama seperti Dr. Vee?
Iya. Kebetulan saya juga kenal Dr. Vee dari Machiko Manga School. Ibu Machiko juga yang memperkenalkan saya ke dunia profesional komik dan teknik membuat komik.

7. Komik ke depan yang bakal terbit?
 "Sang Sayur" akan terus muncul di CHERRY dan sesudah kemunculan cukup episode di sana, saya harap para pembaca akan menantikan terbitnya komik tunggal (tankoubon) "Sang Sayur" oleh Koloni m&c! Gramedia.

Bagi para pembaca yang kebetulan tidak mengikuti Cherry, semua episode Sang Sayur dapat dinikmati di Facebook-nya dan ngomik[dot]com.

8. Ceritain dong lebih banyak soal manga "Sang Sayur"?"
Sang Sayur" bercerita tentang kehidupan sehari-hari si Bawang Putih bersama teman-teman dan keluarganya yang penuh warna. Anggota keluarga si Bawang Putih adalah Bapak Terong, Ibu Ketumbar, dan Kakak Tomat. Pembaca juga sering bertanya kenapa anggota keluarga si Bawang Putih terdiri dari jenis sayur-mayur dan buah-buahan yang beragam. Jawabannya mudah, supaya lebih bervariasi. Teman-teman si Bawang Putih terdiri dari si Stroberi yang imut, si Buah Ara yang serba tahu, si Pitaya (alias Buah Naga) yang ganteng dan dengan berjalannya seri maka teman Bawang Putih akan bertambah.

"Sang Sayur" berhasil terpilih menjadi salah satu finalis di ajang kontes komik mancanegara yang diadakan oleh Kementrian Luar Negeri Jepang, International Manga Award 2007.

Karya-karya lain yang berhasil menembus tahap final antar lain adalah "East Coast Rising" oleh Becky Cloonan (Amerika Serikat), "Gothic Sports" oleh Anike Hage (Jerman) dan "GOONG" oleh Park So Hee (Korea).


9. Menurut Kakak, bagaimana kondisi Indonesia saat ini? Apakah Indonesia bisa menjadi negara maju?
Sebagai penduduk sipil, beberapa tahun terakhir ini saya sudah terlihat kemajuan di beberapa sektor. Meski tidak akan terjadi secara instan, tapi saya yakin Indonesia akan siap menyongsong masa depan yang lebih cerah sebagai negara yang harum namanya dan dikenal sebagai negara yang beradab di mata internasional.

Kagum terhadap Indonesia, Wartawan Saudi Terbitkan Buku tentang Indonesia

Indonesia Revive! -- Karena kekagumannya terhadap keindahan alam dan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia, Bakheet Thole’ Al-Zahrani, seorang wartawan senior harian berbahasa Arab Al-Madinah, telah menulis dan menerbitkan sebuah buku berjudul ???????????: ????????? ???????? (Indonesia: Kesaksian sang Pelancong) di penghujung tahun 2011.

Buku yang ditulis dalam bahasa Arab tersebut berisi catatan perjalanan dan kesan-kesan penulis saat mengikuti familiarization trip (fam trip) ke beberapa tempat di Indonesia dengan beberapa wartawan lainnya, yang diselenggarakan oleh KJRI Jeddah bekerja sama dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI- sekarang Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif- dan Garuda Indonesia beberapa waktu lalu.

Di dalam buku setebal 128 halaman full colour tersebut, penulis menceritakan kekagumannya terhadap keindahan dan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia serta karakter masyarakatnya yang digambarkan ramah, lembut, bersahabat dan suka menolong.

Bakheet juga menyoroti profesionalisme, keramahan dan sikap hangat tuan rumah –para pelaku usaha pariwisata di Indonesia- dalam hal menjamu dan melayani para tamunya. Tidak lupa ia melengkapi bukunya dengan foto-foto pendukung yang menarik dan beragam informasi tentang Indonesia yang bermanfaat dan perlu diketahui oleh khalayak pembaca.

Meskipun tidak menggambarkan pariwisata Indonesia secara detail dan komprehensif, buku karya Bakheet ini telah memberikan gambaran positif yang signifikan tentang Indonesia, terutama mengenai nilai-nilai budaya luhur bangsa Indonesia serta daya tarik dan perkembangan industri pariwisata di Indonesia secara umum.

Lebih dari itu, catatan perjalanan penulis di dalam buku tersebut merupakan informasi dari tangan pertama (first-hand information) yang dapat dijadikan referensi bagi calon wisatawan dari kawasan Timur Tengah, khususnya Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya, yang akan berkunjung ke Indonesia untuk tujuan wisata.

Untuk itu, usai menerima buku yang diserahkan oleh Bakheet pada pertemuan di kantor KJRI Jeddah pada Rabu (4/1/2011), Konsul Jenderal RI Jeddah Zakaria Anshar menyampaikan langsung apresiasinya kepada wartawan Arab Saudi ini atas inisiatif dan upayanya untuk menerbitkan buku tentang Indonesia.

Kepada Konsul Jenderal, Bakheet berjanji akan kembali melakukan kunjungan ke beberapa tempat lainnya di Indonesia dalam waktu dekat dan selanjutnya akan menuangkan hasil kunjungan tersebut dalam sebuah buku lanjutan.—PFP II

Reference: Indonesia Berprestasi

Tak Mau Ketinggalan, Cah-cah Jogja Rakit Motor

Indonesia Revive! -- Sejak Jokowi memakai mobil KIA ESEMKA untuk mobil dinasnya, makin banyak karya anak bangsa bermunculan. Dari mulai perakitan pesawat terbang, mobil Buggy yang dirakit siswa SMK Bandung, sampai ini... motor buatan cah-cah Jogja. Tampaknya kemajuan ini semkin membuat anak-anak bgnsa percaya diri akan kemampuannya.

Berikut berita yang didapat redaksi Indonesia Revive!

Barangkali belum banyak orang yang mengetahui bahwa di Yogyakarta telah berkembang sebuah pabrikan motor dalam negeri bernama Mega Andalan Kalasan atau MAK.

Sejak pertengahan tahun 2010 hingga akhir 2011, sudah 675 motor MAK terjual. Harga motor buatan anak bangsa inipun terjangkau dan jauh lebih murah dibandingkan dengan motor-motor buatan Jepang.

General Manajer PT Mami FO Perdana (distributor MAK) Hilman Rama Pratama mengungkapkan, MAK mulai dirintis sejak tahun 2005, dimulai dengan pembuatan rangka bodi dan baru mulai diproduksi resmi tahun 2010.

“Sekitar 98 persen komponen motor ini buatan dalam negeri. Hanya mesinnya saja yang masih diimpor dari China,” ucapnya, Senin (9/1/2012), di Yogyakarta.

Tahun 2013, pabrikan MAK berencana merakit sendiri mesin motor bebek 125 CC dan 100 CC ini. Tahun ini, ditargetkan 12.000 motor MAK bisa diproduksi.

Harga motor MAK per unit jauh di bawah harga motor pabrikan Jepang. Sebagai contoh, harga motor bebek 125 CC buatan Jepang mencapai Rp 16 juta per unit, sedangkan harga motor MAK 125 CC hanya Rp 9,9 juta per unit atau selisih lebih dari Rp 6 juta.

Reference: Indonesia Berprestasi