Interview With Dr. Vee

Vivian Wijaya (nama pena Dr. Vee) (Indonesia) (l. 1978) adalah seorang mangaka profesional asal Indonesia yang berkiprah di kancah internasional. Sebelum berprofesi sebagai mangaka ia adalah dokter.


Telah mengarang manga berjudul Kokkyonaki Gakuen (diposting di halaman web Shogokukan 4 Nov 2011) dan Prambanana (diterbitkan oleh Elex Media Computido). Kokkyonaki Gakuen berkisah tentang Hajime Tomono (15 th) anak Jepang biasa yang masuk sekolah berasrama internasional. Di sekolah ini terdapat siswa-siswi dari 50 negara lebih. Apakah Hajime dapat menang melawan serangan kebudayaan asing!?

Kokkyonaki Gakuen bisa dibaca di sini sampai tanggal 5 Januari 2012.

Redaksi Indonesia Revive! berhasil mewawancarai Dr. Vee lewat facebooknya:

1. Sejak kapan mulai membuat manga untuk karier profesional?
Komik / manga profesional saya yang pertama adalah Prambanana. Proses pembuatannya dimulai pada akhir tahun 2006. Waktu itu pertama kali muncul di Majalah Splash pada edisi cetak bulan Desember 2006. Waktu itu saya belajar di Machiko Manga School, dan ibu Machiko adalah orang pertama yang membimbing saya ke dunia profesional.

2. Sudah berapa banyak manga yang anda buat?
Belasan judul. Tapi yang diterbitkan resminya baru 3: Prambanana, Emuzoukun (Metabolic Syndrome no Tonsukesan), Kokkyounakigakuen. Dua di antaranya komersil, Prambanana, Kokkyounakigakuen.

3. Bagaimana anda menembus pasar internasional?
Saya dulu belajar di sekolah teknis fakultas komik (Nippon Designer School, Tokyo), lalu bekerja sebagai asisten komikus. Dari sana saya dapat info dan pengetahuan tentang cara menembus ke dunia manga profesional.

4. Di manakah anda lahir, tinggal, dan apa warga negara anda?
Saya lahir di Tokyo, hidup di sana sampai umur 6 tahun. Kewarganegaraan saya selalu Indonesia, tidak pernah ganti.

5. Ke depan adakah kemungkinan membagi ilmu anda ke mangaka / komikus lokal Indonesia?

Tentu saja. Saya berharap bisa membaca lebih banyak komik Indonesia yang bagus-bagus. Saya kira ada banyak hal yang dapat kita pelajari dari cara komikus maupun editor komik Jepang bekerja.

Rencananya, Gedung Tertinggi di RI Desainnya Batik


PT Adhi Karya Tbk serius dengan rencana membangun gedung 100 lantai yang diharapkan menjadi ikon gedung tertinggi di Ibukota RI, Jakarta. Dalam konsep rancangannya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang konstruksi itu merancang gedung bermotifkan batik.

“(Gedung) Medco kami yang membangun, Oakwood juga kami yang bangun,” kata Direktur Utama Adhi Karya, Kiswodarmawan, dalam paparan publik di Jakarta, Selasa, 21 Desember 2011.

Kiswodarmawan menjelaskan, ide pembangunan gedung 100 lantai tersebut muncul karena Adhi Karya menilai Jakarta belum memiliki ikon gedung yang bisa disandingkan seperti Petronas di Malaysia. Untuk itu, perseroan berharap bisa mempersembahkan satu karya konstruksinya bagi Indonesia.

“Kami ingin lebih tinggi dari Petronas, 100 lantai. Jadi, nomor 3 tertinggi di dunia setelah Dubai dan China,” kata dia.

Dalam konsep Adhi Karya, gedung 100 lantai tersebut akan langsung terhubung dengan sarana angkutan massal atau mass rapid transportation (MRT) yang akan dibangun pemerintah. Untuk kebutuhan tersebut, Adhi Karya bakal mengajukan usulan tersebut ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Gedung 100 lantai ini juga diharapkan dibangun dengan desain green building, dan menjadi tujuan wisata publik. Dengan ketinggian sekitar 1.700 kaki, Adhi Karya menilai pembangunan gedung tersebut tak akan rumit.

Menurut Kiswodarmawan, pembangunan gedung baru itu kini sedang dalam pembicaraan dengan Kementerian Keuangan, khususnya Ditjen Kekayaan Negara. Pembicaraan dilakukan karena perusahaan berharap bisa menggunakan aset pemerintah yang tidak terpakai.

“Kami usulkan ke pemerintah, supaya rights issue bisa jalan, maka harus disetujui penyertaan modal disertai aset,” kata dia.

Seperti diketahui, Adhi Karya tengah berupaya untuk menerbitkan saham baru (rights issue) guna memperkuat permodalan perusahaan. Kendati sudah memperoleh izin dari DPR, upaya tersebut belum sepenuhnya berjalan karena pemerintah kini tak memiliki kas cukup besar.

“Adhi kurang modal untuk berkembang, paling tidak dari pesaing. Ide ini (gedung 100 lantai) Kami minta ke mayoritas pemegang saham,” kata Kiswodarmawan. (art)

Sumber: VIVANews

Jawara Underbone Asia: Rafid Topan

Pembalap Yamaha, Rafid Topan, sukses menjuarai kelas underbone 115cc di Kejuaraan Asia Road Racing Championship (AARC) 2011 yang berlangsung di Sirkuit Losail, Qatar, Sabtu 17 Desember 2011.

Ini adalah gelar perdana Topan setelah tahun lalu berada di peringkat ketiga. Setelah menjalani seri keenam atau seri penutup AARC di Sirkuit Losail, Topan berada di puncak klasemen akhir dengan mengemas poin 261.

Pembalap Yamaha CKJ TJM Racing itu unggul 75 poin atas pembalap Indonesia lainnya, Hadi Wijaya, yang membela tim Kawasaki NHK Rextor Manual Tech. Peringkat ketiga ditempati pembalap Malaysia dari tim Harian Metro Y-TEQ SCK Honda Racing, Md Affendi Rosli.

Dominasi Topan dalam enam seri gelaran AARC tahun ini layak mengganjarnya gelar juara. Pembalap 17 tahun ini meraih kemenangan di Sentul, Madras (India), Zhuhai (China) dan Losail.

“Topan adalah pembalap yang lahir dari Yamaha Cup Race (YCR) dan dia akan diproyeksikan ke Supersport nasional dan Asia di 2012. Ini merupakan bukti Yamaha peduli anak bangsa,” ungkap Ari Wibisono, Manager Motorsport Yamaha Indonesia.

Pemilik tim Yamaha Tunggal Jaya Motor (TJM), Rudyanto Widjaja, mengatakan Topan memenuhi target juara tahun ini. “Tahun pertama pembelajaran buat Topan untuk mengenal kondisi sirkuit di Asia. Tahun kedua targetnya juara. Kejuaraan Asia ini sangat penting untuk penjenjangan pembalap ke level dunia. Tahun depan Topan fokus di Supersport 600 cc untuk persiapan ke tingkat dunia,” papar Rudy.

Sementara itu, di kelas Supersport 600 cc AARC, Doni Tata menjadi pembalap Indonesia yang meraih hasil paling bagus. Meskipun hanya berada di posisi ke-6 klasemen akhir, Doni yang membalap untuk tim Yamaha Indonesia Racing, cukup membuktikan kemampuannya berada di atas pembalap Indonesia lainnya.

Di Losail, Doni menempati posisi keenam di race 1 dan ketujuh di race 2. Md Zamri Baba asal Malaysia menjadi pembalap Yamaha (Petronas Yamaha Malaysia) yang meraih hasil terbaik dengan berada di tempat ketiga.

Sumber: VIVANews, Foto: Stepenlangitan

Raditya Rondi Jadi Jawara Surfing se-Asia

Raditya Rondi (22), peselancar dari Bali, meraih gelar tertinggi sebagai juara umum di Kejuaraan Surfing Asia 2011. Penghargaan sang juara diberikan di Sentosa Island, Singapura, Sabtu (17/12/2011) malam.

Kejuaraan ini memperlombakan sembilan kategori selancar dan diikuti empat negara, yakni Indonesia, Malaysia, Taiwan, and Thailand.

Pada September, Rondi memenangi Quiksilver Thailand Surf Competition di Phuket. Ia juga menjuarai Rip Curl Surf & Music Festival di Bali pada Oktober. Pekan lalu, Rondi menjuarai Billabong Cherating Pro di Malaysia.  Selain itu, Rondi juga menjadi runner-up pada Coca-Cola Indonesian Surfing Championship 2011.

“Ini adalah penghargaan terbesar dalam hidup saya, dan saya akan selalu mengenangnya. Saya berharap tahun depan surfing terus berkembang di Asia sehingga kita bisa membuat lebih banyak kompetisi lagi. Pasti akan menyenangkan,” kata Rondi.

Juara kategori longboard, Arip Nur Hidayat dari Jawa Barat tidak bisa datang di acara penganugerahan ini. Hidayat juga juara Indonesian Longboard 2011.

Di bagian putri, pemenangnya adalah Yasnyiar “Bonne” Gea dari Sumatera. Ia bertanding di lima kategori dan memenangi tiga di antaranya.

Decha Sithidej dari Thailand memenangi kategori Master, yakni untuk peselancar berusia di atas 35 tahun.

Peselancar dari Singapura, Nasri Banadhaj, menyatakan gembira bisa menjadi bagian dari kejuaraan ini. “Terima kasih pada Indonesia dan Malaysia, yang telah membagi ombaknya pada kami. Kita tahu, tidak ada ombak di Singapura,” katanya.

Sumber: KOMPAS, Foto: Bilabong

Dan Ternyata Indonesia Dapat Bicara Juga di Ajang Internasional

Judul di atas adalah kata-kata yang keluar dari Steven Yoswara, mahasiswa semester IX Jurusan Desain Grafis Universitas Maranatha Bandung. Seorang pemuda Indonesia yang telah mengharumkan nama Indonesia dalam ajang Mister Internasional 2011 di Bangkok, Thailand.

Ajang Mister Internasional merupakan ajang otot-ototan antar model lelaki. Maksudnya bukan gede-gedean otot. Dalam pentas kali ini, Steven masuk juara tiga. Posisi juara yang acap ditempati oleh Indonesia.


Nilai Plus Steven
Macam kontes Miss Universe, ajang Mister Internasional ini juga memberikan pertanyaan-pertanyaan yang wajib dijawab oleh para peserta. Beruntung pria kelahiran 30 Juli 22 tahun silam itu sanggup menjawab pertanyaan juri yang padat betul. Uh... ini salah satu bukti orang kita nggak lola (loading lama). Hal inilah nilai plus di mata juri.

Tujuan Steven
Buat Steven, kalah atau menang bukan tujuan akhir. Dia ingin membuktikan bahwa Indonesia juga bisa berkoar di ajang internasional. “Dan ternyata Indonesia bisa berbicara juga di ajang internasional,” ungkapnya.

Untuk meraih keberhasilannya tersebut, memang tidak semudah membalikkan telapak tangan namun penuh perjuangan dan setidaknya bisa menjadi contoh bagi generasi muda saat ini. Ia mengaku awalnya mengikuti audisi L-Men of the Year 2008 di Kota Bandung namun dirinya gagal untuk meraih juara hingga mengikuti acara serupa pada 2009 di Bandung dan Yogyakarta.
Yang Dilakukan Steven
“Untuk tidak mengulang kegagalannya pada 2008, saya meningkatkan kegiatan olahraga 'gym'. Dan saya tidak putus asa untuk meraih prestasi itu seperti memperbanyak bersepeda ke daerah pegunungan Lembang,” katanya.

Dalam waktu satu setengah tahun, berat badannya yang semula hanya 55 kilogram dengan tinggi 178 centimeter, bisa meningkat hingga berhasil meraih juara pada L-Men of the Year 2009.

“Saya tidak merokok dan minum-minuman keras dan melakukan pola hidup sehat,” katanya.

Setelah meraih prestasi di Mister Internasional tersebut, ada satu pekerjaan rumah lagi yang belum diselesaikan yakni menyelesaikan kuliahnya di Universitas Maranatha Bandung.

Dirinya tidak ingin pendidikannya terbengkalai akibat kegiatan modeling. “Saya ingin menyelesaikan kuliah kemudian membuka perusahaan sembari hobi di dunia model tetap jalan,” katanya.

Dikatakan, orang tuanya sendiri selama ini selalu mendukung penuh aktivitas yang dilakukannya selama ini. “Orang tua selama ini mendukung kegiatan saya,” katanya menutup pembicaraan. (R021/Z002)

Sumber: ANT

Wanita Indonesia Masuk Jajaran Animator Dreamworks

Griselda Sastrawinata sebelah kiri sedang tersenyum manis.
Hampir serupa dengan Rini Sugianto, yang menjadi salah satu tim animator di film "The Adventure of Tintin" dan "The Avenger" [next time], kini ada cerita lain dari seorang gadis manis bernama Griselda Sastrawinata yang juga masuk jajaran animator di Dreamworks.

Satu dari Lima Wanita

Di Dreamworks, Griselda didapuk sebagai visual developmen artist, di Artistic Departement. Dan dia adalah satu dari lima wanita yang bekerja sebagai artist di lininya. Sudah tiga tahun Griselda bekerja di Dreamworks, selain mengajar juga di almamaternya.

Proyek yang dikerjakan Griselda adalah film "Shrek Forever After" dan ia terlibat menciptakan sebuah karakter atau tokoh baru dalam serial yang pertama kali diluncurkan tahun 2001 tersebut.

Mimpi Kecil yang Tergapai
Ada yang suka menggambar sewaktu kecil? Mungkin sebagian besar dari kita suka menggambar, ketika kecil. Tapi, entah alasan apa kita jadi nggak suka lagi saat beranjak tua.

Namun, inilah yang nggak terjadi sama Griselda.

Sudah sedari kecil Griselda demen betul sama yang namanya menggambar. Kesukaannya ini nggak pernah hilang sampai sekolah. Bahkan dari hobinya ini, waktu kelas dua di SMA Pelita Jaya, ia hengkang ke AS. Selulusnya, ia lanjut studi ke Art Center College of Design di Pasadena, California. Masuk jurusan ilustrasi, di mana dia mendapatkan gelar bachelor fine art.


Wow... sepertinya makin banyak saja, putra-putri bangsa yang berkiprah di dunia internasional. Yah, secara nggak langsung hal ini akan berimbas pada citra Indonesia di mata dunia. Setidaknya kita nggak seperti yang kita pikirkan sendiri. Ayo Indonesia bangkitlah. [LPAP]

Sumber: I-Proud, Foto: Kaskus

Lagi, Anak Bangsa Berkreasi dengan Animasi

Rini Sugianto
Rini Sugianto menjadi bagian dari tim penggarap film animasi: "The Adventure of Tintin"

Rini yang indonesia asli ini memang bekerja sebagai animator di perusahaan WETA digital di Selandia Baru,

"... Senangnya dapat kesempatan untuk kerja di film sebesar Tintin. Apalagi dengan sutradaranya semacam Stephen Spielberg. Baru pertama kali ini kerja dengan sutradara terkenal,” ujarnya. Tapi, dia belum pernah bertatap muka langsung dengan Stephen, kecuali lewat video conference.

Tampaknya ini menjadi langkah awal bagi Rini menancapkan kukunya di ranah Hollywood. Sebab, ada proyek lainnya yang bakal dikerjakannya.

Tahu film "The Avengers"? Untuk lihat trailernya ada di YouTube. Nah, dia juga turut ambil bagian di dalamnya. [LPAP]