Showing posts with label Tokoh Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Tokoh Indonesia. Show all posts

Desalinator iMuT: Konverter Air Laut Jadi Air Bersih Karya Geng Motor NTT


desalinator imut di indonesiaproud wordpress com

Dilatarbelakangi keadaan alam yang sulit air bersih saat kemarau dan motivasi memberikan pendidikan kepada masyarakat untuk menggunakan potensi alam mendorong komunitas geng motor di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk membuat teknologi tepat guna yang mengonversi air laut menjadi garam dan air bersih yang aman untuk diminum, yaitu Desalinator iMuT (Aliansi Masyarakat Peduli Ternak).

"Kami ingin mengedukasi masyarakat untuk gunakan teknologi tepat guna. Dengan memanfaatkan potensi yang ada," ujar Noldy Perly Franklin, di sela-sela Pameran Mandiri Young Technopreneur Award 2011 di Jakarta, Jumat, 20 Januari 2012.

Kebetulan, di daerahnya Noldy, salah satu wilayah di NTT, 80 persen wilayahnya laut dan saat musim kemarau yang panjangnya 8 sampai 9 bulan, susah untuk mendapatkan air bersih.
Teknologi yang diadaptasi ini terdiri dari dua komponen. Pertama, kotak panggung dengan panjang kaki 1 meter, yang dibuat dari plastik hitam. Kedua, atap piramida bambu dan plastik transparan yang menutup kotak kamar yang setiap sudut bertemu dengan selang yang nantinya akan mengaliri air.

Secara desain, alat ini berbentuk rumah panggung yang beratap piramida dengan empat lubang di empat sudut. Ukuran alat ini tinggi 1,25 meter, sedangkan lebar atap 60 cm. Antara atap dengan kotak, terdapat penghubung spon untuk memvakumkan udara dari luar sehingga memaksimalkan penguapan. Secara teknis, teknologi tepat guna ini menjalankan penguapan yang dipicu oleh sinar matahari.

Noldy menjelaskan, kotak yang mempunyai kapasitas 72 liter, cukup diisi air laut 36 sampai 40 liter untuk memaksimalkan penguapan. "Kuncinya sinar matahari, agar menghasilkan suhu kamar kotak maksimal," ujarnya.

Saat uap masuk, tambahnya, akan memunculkan titik air yang kemudian mengalir ke titik sudut, "Air yang keluar dari uap ini jadi air tawar, kualitasnya bisa aman diminum," katanya.
Dari hasil uji coba, per 3 jam dapat menghasilkan 12,5 liter.  Suhu luar mencapai 30 sampai 40 derajat sedangkan suhu kamar kotak lebih dari 100 derajat. Air dalam kotak kemudian dapat menjadi garam dalam 2 sampai 3 hari.  "Tapi bisa dalam satu hari bisa jadi garam," sambung anggota tim lain, Noverius H. Nggilli.

Ke depan, pihaknya akan mengembangkan dengan menambah elemen pengantar kalor, agar penguapan lebih cepat. "Untuk atap akan kita buat dari alumunium, yang paling aman," tambahnya. Pihaknya juga sedang menyiapkan teknologi untuk air bersih saat musim hujan.
Menurutnya cara ini lebih aman daripada menebang pohon bakau untuk membuka lahan tambak garam. "Ini kan tidak perlu tebang, juga ramah," kata Noverius. Ini juga menjadi solusi untuk petani garam yang di NTT cenderung terisolir.

Air tawar hasil penguapan juga diklaim aman untuk mandi, tidak lengket. Sayangnya air bersih belum diuji secara kimia meski aman diminum.  "Belum sampai ke Dinas Kesehatan. Paling diuji secara kimia untuk tahu mineral apa saja yang berkurang, secara kualitas, BPOM sudah uji," ujar Noldy.

Komunitas geng motornya ternyata sebelumnya juga membuat biogas dari bahan kotoran
ternak. "Prinsip kami, membagi ilmu sebelum ajal," tutupnya.

Sumber: indonesiaproud

Mantan Tukang Cuci, Raih Sukses di Las Vegas

Hujan emas di negeri orang, tak seenak hujan batu di negeri sendiri. Itulah yang dirasakan Rudi Suparto, pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur, yang punya usaha dan tinggal di Las Vegas, Amerika Serikat. Rudi adalah pemilik Wok Express, restoran cepat saji, yang terletak di jalan utama kawasan kasino, Las Vegas.

Gemerlapnya Las Vegas ternyata tak menyurutkan kerinduan Rudi untuk kembali ke Indonesia. “Ternyata lebih enak hidup di sana,” katanya, belum lama ini.

Bagi Rudi hidup di AS bukan hal mudah. Saat menginjak di negara itu pada 2005, mantan sales manajer ini tak bisa berbahasa Inggris. Akibatnya ia hanya bekerja sebagai tukang cuci piring. “Sedih sekali,” katanya.

Namun, kondisi seperti itu tak membuat Rudi sedih. Hal itu justru dijadikan pelajaran. Hasilnya ia tahu cara memasak dan seluk beluk restoran.

Ibarat kacang tak lupa kulitnya, selama di AS Rudi membantu sesama imigran. Semua karyawannya orang Indonesia, hanya kokinya warga Cina. Rudi berencana menghabiskan masa tuanya di Indonesia. Karena itu dia selalu berbahasa Indonesia dengan anak-anaknya, supaya bahasa ibunya tetap terjaga. (IAN)

Reference: Indonesia Berprestasi

J-430, Pesawat Pertama Rakitan Pelajar SMKN 12 Bandung

Indonesia Revive! -- Para pelajar SMKN 12 Bandung berhasil merakit pesawat terbang Jabiru atau J-430. Saat ini, pesawat tersebut sudah siap terbang, tinggal menunggu izin terbang dari Kementerian Perhubungan.

Pesawat berkapasitas empat penumpang itu kini terparkir di lapangan tengah SMKN 12 Bandung di Jalan Padjdjaran. Bodi pesawat mirip pesawat latih itu dilapisi cat putih dengan polet biru merah.

Warna cat masih mengkilap karena pesawat tersebut baru selelasi dirakit pada Juni 2011 lalu. Di bagian depan pesawat dekat baling-baling ada tulisan SMKN 12 Bandung.

“J-430 ini pesawat terbang pertama rakitan anak SMK di Indonesia,” kata Muhammad Rifai, Ketua Kopetensi Keahlian Konsentrasi Rangka Pesawat Udara SMKN 12 Bandung kepada okezone, Selasa (10/1/2012).

Rifai yang juga guru SMK 12 itu menjelaskan, perakitan pesawat yang melibatkan siswa-siswi SMK tersebut didanai Direktorat Pembinaan Sekolah Mengenah Kejuruan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Di Indonesia, ada dua SMK yang dimodali untuk merakit pesawat terbang kecil, yakni SMK 29 Jakarta dan SMK 12 Bandung. “Yang beres duluan merakit di sini. Sebelumnya, belum ada di SMK lain yang merakit pesawat terbang,” ucapnya bangga.

Saat okezone bertandang ke sekolah, mesin pesawat dinyalakan. Baling-baling berputar dan semua mesin bekerja mengindikasikan Burung Besi itu sudah siap terbang.

“Untuk uji coba terbang, kita belum bisa karena belum dapat izin dari Kemenhub. Sekarang izinnya masih dalam proses. Seharusnya Desember kemarin sudah keluar, tapi hingga sekarang belum ada kabar lagi,” timpal Tedi Rosadi, guru SMK 12 yang juga koordinator perakitan pesawat terbang.

Reference: Kompasiana

“Berobat, Cukup 2000 Rupiah Saja”

Indonesia Revive! -- Posting ini merupakan artikel saduran yang kami ambil dari Kompasiana. Saya begitu tersentuh waktu membacanya. Tak ada yang bisa saya katakan.
Malam itu, ruang tunggu praktik dokter di Apotek Sakura, Abepura, Jayapura terlihat begitu ramai disesaki oleh para pasien. Meski tidak semua pasien kebagian tempat duduk, tetapi mereka tetap setia antri meski harus duduk di teras apotek. Bagi mereka berobat ke dokter FX. Sudanto adalah pilihan tepat. Selain ongkos praktiknya yang sangat murah, obat yang diberikan juga cocok bagi para pasiennya.

FX. Sudanto yang telah berusia 70 tahun telah mengabdikan dirinya sebagai dokter pelayan masyarakat sejak lebih dari 30 tahun yang lalu. Semenjak ia lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Sudanto yang asli dari Kebumen Jawa Tengah ini langsung mendaftarkan dirinya sebagai dokter Inpres di Departemen Kesehatan. Saat itu ia sebagai dokter muda diberi pilihan bertugas, diantaranya Irian Jaya (sekarang Papua), Kalimantan, dan Timor Leste. Dari ketiga pilihan itu, Sudanto akhirnya memilih praktik di Irian Jaya. “Saya lebih memilih yang jauh sekalian,” katanya. Kemudian ia ditempatkan di wilayah Suku Asmat. Selama 6 tahun bertugas di wilayah Suku Asmat inilah Sudanto hatinya terenyuh melihat kehidupan masyarakat Suku Asmat yang masih primitif dan hidup di bawah garis kemiskinan. Setelah selesai bertugas di wilayah Suku Asmat, Sudanto pun kembali ke Jayapura dan bekerja di Rumah Sakit Jiwa Abepura.

Selain itu ia juga diberi izin untuk buka praktik dokter umum di Rumah Sakit Umum (RSU) Abepura. Meskipun demikian, ia yang telah lama bertugas di daerah pedalaman tidak sampai hati mematok tarif praktiknya mengikuti “pasaran” dokter-dokter di kota. Tapi Sudanto memasang tarifnya sendiri yang ia rasa sangat terjangkau bagi masyarakat Abepura. Pertama kali buka praktik, Sudanto hanya menerima bayaran 500 rupiah atas jasanya. Dan hingga saat ia tetap memasang tarif praktik yang sangat terjangkau bagi masyarakat Abepura, yaitu 2.000 rupiah untuk orang dewasa dan 1.000 rupiah untuk anak-anak dan mahasiswa.

Kepedulian pada masyarakat tidak mampu dan ikrarnya pada sumpah dokter membuat Sudanto tak lagi berkeinginan membuka praktik di rumah sakit swasta ataupun menaikkan tarif jasa praktiknya. “Saya memang tidak mendahulukan materi, karena seorang dokter harus mendahulukan kepentingan orang banyak,” katanya.

Dicintai Masyarakat
Sore itu, saat saya tiba di rumahnya yang sederhana di Kabupaten Abepura, dr. Sudanto tampak sangat bersahaja dengan pembawaannya yang tenang. Namun begitu mendengar percakapan Abdul Azis, dokter Sudanto tiba-tiba menitikkan air mata. Ia terharu tatkala Abdul Azis pria asal Sulawesi ini menceritakan kalau putrinya yang terkecil pernah tak kunjung sembuh walau telah berobat ke banyak dokter, tetapi langsung pulih setelah ditangani oleh dokter Sudanto. “Meskipun obatnya generik, tapi ampuh mengobati penyakit anak saya,” kata Azis senang.

Bagi dokter Sudanto yang telah puluhan tahun mengabdikan dirinya di masyarakat, bertemu dengan mantan-mantan pasiennya yang telah pulih adalah kebahagiaan yang tak ternilai dengan uang. Menurutnya melihat masyarakat sehat dan bahagia adalah harapan yang selalu ia idam-idamkan. Karena itulah selama puluhan tahun ini ia tidak berkeinginan menyetarakan tarif praktiknya dengan dokter-dokter umum lainnya. Ia tetap berpegang teguh pada keyakinannya, yaitu mengabdikan diri di masyarakat, memajukan masyarakat, dan menanamkan sikap jujur pada masyarakat. Meskipun kedengarannya sulit tapi dokter Sudanto tetap percaya kalau di balik masyarakat yang sejahtera ada kesehatan yang baik. Dan di balik masyarakat yang maju ada sebuah kejujuran– jujur pada diri sendiri dan jujur pada orang lain. “Yang saya cari adalah berbuat baik bagi banyak orang, bisa memberi ketenangan bagi masyarakat, dan menemani mereka. Buat saya materi adalah cukup untuk membeli lauk pauk,” ungkapnya.

Karena ketulusannya dalam melayani masyarakat inilah akhirnya banyak masyarakat Abepura mengenal dirinya dan menghormatinya sebagai orang yang dituakan. Bahkan banyak diantaranya yang memandang dokter Sudanto lebih dari sekadar dokter, tapi sudah menjadi bagian dari keluarga. “Dia ini (dokter Sudanto) adalah dokter “ahli jiwa”. Dia tidak cuma bisa mengobati sakit fisik tapi juga jiwa masyarakat sini. Kita orang sangat sayang padanya. Maka kita orang tidak pernah kasih dokter pulang lama-lama ke Jawa,” kata salah satu pasiennya.

Dari kontribusinya pada masyarakat inilah akhirnya Universitas Gajah Mada (UGM) memberikan piagam penghargaan kepadanya sebagai alumnus berprestasi kategori pengabdian di daerah miskin/terpencil pada 2009 lalu. Namun bagi Sudanto penghargaan dari instansi bukanlah sesuatu yang ia kejar. Menurutnya yang sangat ia impikan adalah benar-benar menjadi dokter yang baik di tengah-tengah masyarakat. “Saat saya dinobatkan sebagai dokter saya sudah berkeinginan hanya ingin menjadi dokter yang baik. Saya tidak berpikir untuk harus mencari banyak uang, tetapi saya hanya berpikir bagaimana masyarakat harus sembuh. Karena dokter harus menolong dan mendedikasikan dirinya untuk masyarakat. Itu saja keinginan saya,” tegasnya.

Reference: Kompasiana

Prison and Paradise Menangi Director Guild of Japan Award

Indonesia Revive! -- Peristiwa bom bali I & II menyisakan banyak kenangan dan trauma, tidak hanya bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, tapi juga bagi keluarga korban dan pelaku. Banyak sudah catatan-catatan dan film-film yang menggambarkan tentang peristiwa mengerikan ini. Salah satu dari mereka adalah Daniel Rudi Haryanto yang mencoba merangkum semua itu melalui film dokumenternya berjudul "Prison and Paradise"

Berkat film dokumenternya itu, ia diganjar oleh penghargaan di kancah internasional lewat ajang Director Guild of Japan Award dari Yamagata Internasional Documentary Film Festival 2011 yang diselenggarakan di Prefektur, Yamagata, Jepang.

Dalam menyelesaikan film ini, Daniel mengaku membutuhkan proses riset yang sangat lama dalam pembuatan film ini. Sebelum menggarap film ini, Daniel pun telah melakukan riset selama 7 tahun, mulai 2003 - 2010 secara bertahap. Riset dilakukan di Bali, Jogja, Semarang, dan Jakarta. Agar isi film lebih mendalam, Daniel juga telah melalui proses mewawancarai sejumlah pelaku, keluarga pelaku, dan keluarga korban.


Meskipun memenangi penghargaan di kancah internasional, materi yang berat dari film berdurasi 93 menit ini membuat Daniel tak berharap ditayangkan di bioskop. Menurutnya, perlu ada pendampingan dan diskusi ketika orang-orang menonton "Prison and Paradise". Sehingga tidak terjadi salah persepsi.

"Pemutaran film ini harus disertai dengan diskusi dan penonton harus liat film dari awal sampai akhir," ungkap sutradara yang merangkap sebagai produser dan kameramen itu.

Di bawah ini silakan lihat trailer film "Prison and Paradise"

Reference Photo: KapanLagi.com

Kagum terhadap Indonesia, Wartawan Saudi Terbitkan Buku tentang Indonesia

Indonesia Revive! -- Karena kekagumannya terhadap keindahan alam dan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia, Bakheet Thole’ Al-Zahrani, seorang wartawan senior harian berbahasa Arab Al-Madinah, telah menulis dan menerbitkan sebuah buku berjudul ???????????: ????????? ???????? (Indonesia: Kesaksian sang Pelancong) di penghujung tahun 2011.

Buku yang ditulis dalam bahasa Arab tersebut berisi catatan perjalanan dan kesan-kesan penulis saat mengikuti familiarization trip (fam trip) ke beberapa tempat di Indonesia dengan beberapa wartawan lainnya, yang diselenggarakan oleh KJRI Jeddah bekerja sama dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI- sekarang Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif- dan Garuda Indonesia beberapa waktu lalu.

Di dalam buku setebal 128 halaman full colour tersebut, penulis menceritakan kekagumannya terhadap keindahan dan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia serta karakter masyarakatnya yang digambarkan ramah, lembut, bersahabat dan suka menolong.

Bakheet juga menyoroti profesionalisme, keramahan dan sikap hangat tuan rumah –para pelaku usaha pariwisata di Indonesia- dalam hal menjamu dan melayani para tamunya. Tidak lupa ia melengkapi bukunya dengan foto-foto pendukung yang menarik dan beragam informasi tentang Indonesia yang bermanfaat dan perlu diketahui oleh khalayak pembaca.

Meskipun tidak menggambarkan pariwisata Indonesia secara detail dan komprehensif, buku karya Bakheet ini telah memberikan gambaran positif yang signifikan tentang Indonesia, terutama mengenai nilai-nilai budaya luhur bangsa Indonesia serta daya tarik dan perkembangan industri pariwisata di Indonesia secara umum.

Lebih dari itu, catatan perjalanan penulis di dalam buku tersebut merupakan informasi dari tangan pertama (first-hand information) yang dapat dijadikan referensi bagi calon wisatawan dari kawasan Timur Tengah, khususnya Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya, yang akan berkunjung ke Indonesia untuk tujuan wisata.

Untuk itu, usai menerima buku yang diserahkan oleh Bakheet pada pertemuan di kantor KJRI Jeddah pada Rabu (4/1/2011), Konsul Jenderal RI Jeddah Zakaria Anshar menyampaikan langsung apresiasinya kepada wartawan Arab Saudi ini atas inisiatif dan upayanya untuk menerbitkan buku tentang Indonesia.

Kepada Konsul Jenderal, Bakheet berjanji akan kembali melakukan kunjungan ke beberapa tempat lainnya di Indonesia dalam waktu dekat dan selanjutnya akan menuangkan hasil kunjungan tersebut dalam sebuah buku lanjutan.—PFP II

Reference: Indonesia Berprestasi

Tak Mau Ketinggalan, Cah-cah Jogja Rakit Motor

Indonesia Revive! -- Sejak Jokowi memakai mobil KIA ESEMKA untuk mobil dinasnya, makin banyak karya anak bangsa bermunculan. Dari mulai perakitan pesawat terbang, mobil Buggy yang dirakit siswa SMK Bandung, sampai ini... motor buatan cah-cah Jogja. Tampaknya kemajuan ini semkin membuat anak-anak bgnsa percaya diri akan kemampuannya.

Berikut berita yang didapat redaksi Indonesia Revive!

Barangkali belum banyak orang yang mengetahui bahwa di Yogyakarta telah berkembang sebuah pabrikan motor dalam negeri bernama Mega Andalan Kalasan atau MAK.

Sejak pertengahan tahun 2010 hingga akhir 2011, sudah 675 motor MAK terjual. Harga motor buatan anak bangsa inipun terjangkau dan jauh lebih murah dibandingkan dengan motor-motor buatan Jepang.

General Manajer PT Mami FO Perdana (distributor MAK) Hilman Rama Pratama mengungkapkan, MAK mulai dirintis sejak tahun 2005, dimulai dengan pembuatan rangka bodi dan baru mulai diproduksi resmi tahun 2010.

“Sekitar 98 persen komponen motor ini buatan dalam negeri. Hanya mesinnya saja yang masih diimpor dari China,” ucapnya, Senin (9/1/2012), di Yogyakarta.

Tahun 2013, pabrikan MAK berencana merakit sendiri mesin motor bebek 125 CC dan 100 CC ini. Tahun ini, ditargetkan 12.000 motor MAK bisa diproduksi.

Harga motor MAK per unit jauh di bawah harga motor pabrikan Jepang. Sebagai contoh, harga motor bebek 125 CC buatan Jepang mencapai Rp 16 juta per unit, sedangkan harga motor MAK 125 CC hanya Rp 9,9 juta per unit atau selisih lebih dari Rp 6 juta.

Reference: Indonesia Berprestasi

Di Balik Keseksian Mobil KIA ESEMKA

Indonesia Revive! -- Siapa di balik kesuksesan dan keseksian mobil KIA ESEMKA? Tak lain tak bukan adalah Sukiyat.

Berikut beritanya yang didapat oleh redaksi Indonesia Revive!

Mobil Kiat Esemka resmi menjadi kendaraan dinas Wali Kota Solo Joko Widodo.  Namun, apakah anda tahu sosok penting di balik hadirnya mobil rakitan siswa SMKN 2 Solo tersebut. Siapa dia?

Tidak sulit menemukan lokasi pusat pembuatan mobil Kiat Esemka, yakni di pinggir Jalan Raya Solo-Jogja Km 4, Ngaran, Klaten, Jawa Tengah. Papan nama bengkel tersebut terpampang jelas dan berukuran cukup besar.

Pengguna jalan yang melaju dari arah Solo hampir pasti bisa melihat jelas papan itu. Aktivitas di bengkel tersebut tidak jauh berbeda dari bengkel pada umumnya. Suara bising mobil terdengar keras, bahkan sesekali memekakkan telinga. Ramainya aktivitas menandakan bahwa bengkel punya banyak pelanggan.

Sebuah mobil hitam diparkir di depan ruangan berukuan sekitar 6 x 9 meter. Beberapa mekanik muda sedang menyempurnakan mobil tersebut. Ada yang sedang memoles, ada pula yang memperbaiki bagian mesin dan pintu mobil.

“Ini salah satu mobil Kiat Esemka yang sedang dirakit. Tinggal proses akhir. Yang merangkai sejak awal sampai hampir jadi seperti sekarang adalah siswa SMK yang PKL (praktik kerja lapangan) di tempat saya,” ujar Sukiyat, pemilik bengkel sekaligus pelopor pembuatan mobil Kiat Esemka.

Nama Kiat Esemka merupakan gabungan nama Sukiyat (biasa dipanggil Kiat) dan SMK yang ditulis dengan Esemka. Sukiyat adalah pemilik ide, sedangkan siswa SMK menjadi perakitnya.

Langkah Sukiyat memelopori kelahiran Kiat Esemka berawal dari keprihatinannya terhadap salah satu SMK negeri di Klaten yang kurang diminati masyarakat karena SMK tersebut selama ini hanya mengandalkan jurusan pertanian.
sukiyat dan murid smk solo di indonesiaproud wordpress com

Sukiyat dan murid SMKN Solo

Setelah terpilih menjadi wakil ketua komite sekolah, Kiat mulai membuat gebrakan. Pada 2009, dia mempersiapkan rencana merakit mobil. Awalnya, dia memanfaatkan mesin mobil Toyota Corn sebagai objek praktik siswa SMK yang magang. Ternyata, dari mesin tersebut, selama dua bulan, siswa mampu merangkai mesin sampai hampir jadi.

Proses selanjutnya adalah membuat bodi mobil. Menurut pria kelahiran Trucuk, Klaten, 22 April 1957 tersebut, proses inilah yang paling sulit. Dia sampai lupa berapa kali percobaan dilakukan siswa PKL untuk membuat bodi.

“Sebab, untuk membentuk bodi dan lantai mobil, dibutuhkan ketelitian. Salah sedikit saja ukurannya, berpengaruh pada rangkaian yang akan digabungkan. Sangat banyak percobaan yang dilakukan. Saya sampai lupa,” ungkapnya.

Dia masih ingat, setelah mobil selesai dibuat, ada kunjungan dari Kementerian Pendidikan Nasional (sekarang Kemendikbud). Yang datang saat itu adalah Direktur Pembinaan SMK Joko Sutrisno. Mengetahui potensi tersebut, Joko meminta Kiyat membina siswa SMK agar merangkai mobil sendiri tanpa menggunakan mesin pabrik. “Dia ingin mengajak kerja sama merakit mobil yang dikerjakan oleh siswa SMK,” katanya. Kiat langsung menyanggupi permintaan Joko. Dia kemudian mengumpulkan siswa yang PKL di bengkelnya.

Ternyata, para siswa juga tertantang untuk bisa merangkai mobil sendiri. Saat merangkai Kiat Esemka kali pertama, memang butuh waktu cukup lama, sekitar 2,5 bulan. Lamanya waktu pengerjaan itu disebabkan masih banyaknya komponen yang harus diburu ke toko otomotif atau dibuat sendiri. Mulai onderdil mesin, persneling, sampai pembuatan lantai mobil. Untuk semua itu, Kiat hanya bertugas membimbing dan mengawasi. Pengerjaan teknis merangkai mobil ditangani seluruhnya oleh siswa SMK yang PKL dan diawasi guru pembimbing.

Sejak 2008 hingga kini, bengkel seluas 6.500 meter persegi ini tidak sepi dari aktivitas perakitan mobil oleh siswa SMK. Setidaknya ada 20 SMK yang menitipkan siswanya untuk magang di tempatnya. “Ada yang dari Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah,” lanjut pria yang tidak lulus STM di Klaten ini.

Saat ini, sudah ada 10 unit mobil yang diproduksi Kiat bersama puluhan siswa SMK yang praktik di bengkelnya. Dua unit lagi sedang dalam proses dan hampir jadi. Sepuluh mobil yang sudah selesai tersebut merupakan pesanan SMK yang siswanya ikut PKL di bengkelnya.

“Mobil yang dipesan SMK digunakan untuk praktik agar siswa lebih mahir. Dengan demikian, saat lulus SMK nanti, mereka benar-benar siap kerja, tidak bingung mau bekerja apa,” ungkap bapak dua anak tersebut.

Bukan hanya SMK yang berminat terhadap mobil-mobil tersebut. Wali Kota Solo Joko Widodo sudah mengambil dua unit untuk kendaraan dinas dirinya dan wakil wali kota. Saat ini, Bupati Klaten Sunarna juga memesan dua unit.

Kiat menegaskan, merek mobil Kiat Esemka tersebut sudah dipatenkan. Namun, karena masih terkendala izin dan administrasi, mobil itu belum bisa diproduksi secara masal. Sebab, untuk memproduksi mobil, diperlukan persyaratan yang cukup rumit. Dia berharap pemerintah membantu menyelesaikan persoalan tersebut.

Meski demikian, tidak berarti dia berhenti memproduksi Kiat Esemka. Dia akan terus-menerus membuat mobil karena saat ini banyak sekolah yang memesan. Kiat mengklaim, banyak koleganya yang sudah memesan. Total mencapai ribuan. Namun, karena masih terkendala izin, dia belum berani menyanggupi. “Sekarang saya masih berfokus untuk menularkan ilmu kepada siswa SMK yang mau belajar di bengkel saya. Saat ini, ada lebih dari 15 sekolah yang mengirim siswanya untuk PKL. Jumlahnya seangkatan mencapai puluhan orang,” tambahnya.

Sebelum siswa memulai merangkai mobil, Kiat memberikan tugas khusus kepada mereka untuk membuat miniatur mobil. Masing-masing kelompok terdiri atas dua orang. Dalam waktu satu sampai dua pekan, siswa harus bisa menyelesaikan miniatur mobil tersebut. Tujuannya, siswa bisa mempelajari dengan detail cara merangkai mobil yang sesungguhnya.

Terkait dengan kualitas, Kiat mengklaim berani bersaing dengan mobil keluaran pabrik. Bahkan, pernah dilakukan test drive mobil tersebut dengan jarak Jakarta-Surabaya. Bahan bakarnya premium dengan perbandingan 1 liter : 12 kilometer, sedangkan isi silinder 1.500 cc. Untuk harga, Kiat Esemka jauh lebih terjangkau jika dibanding mobil keluaran pabrik. Satu unit Kiat Esemka hanya dibanderol Rp 95 juta.

Ketertarikan Kiat di bidang otomotif terlihat sejak dirinya berusia belasan tahun. Saat menginjak remaja, dia mencoba masuk SMK. Namun, karena kaki kirinya cacat (difabel), dia tidak bisa masuk ke sekolah tersebut. Kiat tidak putus asa.

Dia kemudian masuk ke Lembaga Penelitian Pengembangan Penyandang Cacat Prof Dr Soeharso. Dia belajar di lembaga tersebut selama setahun. Yang dipilih bukan jurusan otomotif, tapi menjahit. Hal tersebut didasarkan pada latar belakang orang tuanya yang memiliki usaha tenun. “Kemampuan dasar di bidang otomotif saya lebih karena belajar otodidak. Jadi, saya sejak kecil memang senang mengutak-atik motor. Saya dulu membuka bengkel Vespa, kemudian lanjut ke Hardtop,” ungkap suami Halimah Partini tersebut.

Setelah usahanya cukup berkembang, perusahaan cat dari Jerman (Pacific Paint) dan Jepang (Nippon Paint) tertarik. Pada 1982, Kiat dikirim ke Jepang oleh perusahaan cat tersebut selama tiga bulan. Selama di Jepang, kemampuan Kiat tentang otomotif semakin terasah. Dia mendapat tambahan ilmu tentang teknik body repair.

Setahun kemudian, giliran perusahaan cat dari Jerman mengirim Kiat untuk belajar di negara tersebut. Waktunya hampir sama, tiga bulan. Di Jerman, dia kembali mendalami body repair. Pengalaman tersebut kemudian semakin meyakinkan Kiat bahwa bengkel yang dia dirikan bisa lebih berkembang.

Pria yang kaki kirinya cacat sejak berumur enam tahun karena polio itu merupakan sosok yang tegas dalam hal pekerjaan. Bahkan, dia jeli membaca peluang bisnis. Itulah yang juga membuat dirinya berani menggagas pembuatan Kiat Esemka. Dengan meluncurkan Kiat Esemka, “Mimpi saya bisa menjadi seperti Henry Ford, yang bisa membuat mobil,” ujar Sukiyat.
Reference: Indonesia Proud

Mesin Boiler Basuki, Tembus Pasar Internasional

Indonesia Revive! -- Ketika mendengar kata Basuki, hal pertama yang sangat mungkin terlintas dari pikiran anda adalah nama pelawak Srimulat yang sudah terkenal itu. Meski tak sering terdengar di telinga orang kebanyakan, Basuki yang satu ini adalah nama perusahaan pembuat mesin boiler, yaitu PT Basuki Pratama Engineering (BPE). Nama Basuki itu sendiri diambil dari nama keluarga dari pendiri dan sekaligus pemilik perusahaan, yaitu Johannes Sujanto Basuki.

Perusahaan ini didirikan pada 16 Juli 1981 oleh dua bersaudara, Johannes Sujanto Basuki dan Stefanus Widagdo Basuki, yang melihat peluang bisnis di industri perkayuan yang menjanjikan. Diawali dengan hanya beberapa pekerja di bengkel kerja (workshop) yang kecil, BPE mulai memproduksi sistem pengering kayu (kiln dryer system). Produknya mendapat sambutan yang baik dari pasar lokal, swasta maupun pemerintah. Saat ini, produknya sudah diekspor ke beberapa negara.

Dengan dukungan lebih dari 200 karyawan dan profesional, perusahaan yang memiliki pabrik seluas 14.000 m2 di kawasan Industri Pulogadung dan workshop pendukung di daerah Setu dengan luas yang sama ini, sekarang menjadi market leader untuk produk boiler dan thermal oil heater dengan bahan bakar padat di Tanah Air.

Selain boiler system, BPE yang dulunya menguasai pangsa pasar Kiln & Dryer System, juga menghasilkan sistem pengendalian polusi udara (air pollution control system), peralatan penukar kalor (heat exhanger equipments), dan bahkan pembangkit listrik tenaga uap untuk skala industri.

BPE bukanlah perusahaan besar pembuat mesin boiler kelas dunia, akan tetapi ada beberapa hal yang membuat kita bangga dan lain dari perusahaan yang bergerak di bidang bisnis yang sama di dalam negeri, antara lain karena perusahaan ini membawa nama (brand name) “BASUKI” yang sangat mengindonesia dan tidak malu untuk bersaing di pasar internasional.

Berbeda dengan perusahaan sejenis di Indonesia yang biasanya menjual mesin boiler dari negara lain (trader), produk steam boiler dan thermal oil heater dari Basuki 100% didesain dan diproduksi sendiri. Untuk memperluas pasar di dunia internasional, BPE berperan serta dalam berbagai pameran internasional.

Yang menjadikan BPE unik dibanding perusahaan lain sejenis adalah biasanya perusahaan lokal sejenis menjual produk dari negara lain atau membuat produk lisensi untuk dipasarkan di dalam negeri saja, tapi PT Basuki Pratama Engineering membuat produk yang 100% buatan dalam negeri baik untuk pasar domestik maupun international.

Untuk beberapa produk lainnya, PT Basuki Pratama Engineering juga menjalin kerja sama teknik dengan negara lain seperti Jerman, Inggris, dan Portugal.

Meskipun secara kuantitas penjualannya belum mencapai angka yang sangat fantastis, akan tetapi terbukti produknya mulai dikenal di Filipina, Guatemala (Amerika Tengah), Malaysia, Papua Nugini, Pakistan, Vietnam, Singapura, dan Tanzania. Bahkan beberapa produknya yang lain sudah diekspor ke Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Selandia Baru.

Perusahaan ini juga mulai memperluas jalinan kerja sama dengan Bangladesh dan Kolombia dengan penunjukan perusahaan lokal di sana untuk menjadi mitra dalam memasarkan produknya, selain kerja sama yang sudah ada sebelumnya dengan perusahaan-perusahaan di Filipina, Guatemala, Malaysia, dan Pakistan.

Reference: Indonesia Proud

SMK 29 Jakarta, Rakit Pesawat Terbang

Indonesia Revive! -- Sudah seyogyanya Indonesia memiliki Habibie-habibie kecil sebagai penerus bangsa ini.

Berikut berita yang didapat redaksi Indonesia Revive!
Prestasi membanggakan kembali diukir para pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di DKI Jakarta. Kali ini, para pelajar SMK 29 Jakarta atau dulu lebih dikenal dengan sebutan STM Penerbangan, mampu merakit pesawat ringan experimental Jabiru J 430 bermesin tunggal dengan piston 6 silinder dan berkapasitas 4 tempat duduk.

Perakitan dilakukan di halaman sekolah mereka, yang berlokasi di Jalan Prof Sutono, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Selama melakukan perakitan, para siswa didampingi para instrukutrnya yang berasal dari maskapai penerbangan Garuda Indonesia Airways, Lion Air, TNI Angkatan Udara (AU), serta Federasi Aerosport Indonesia.

Saat ini, proses perakitan pesawat telah mencapai 95 persen dan diprediksi pada akhir Januari nanti akan rampung. Pesawat Jabiru ini memiliki panjang 8 meter dengan lebar bentang sayap mencapai 10 meter. Adapun, bobot pesawat memiliki berat sekitar 200 kilogram. Pesawat ini memiliki empat tempat duduk dan diklaim mampu terbang hingga Pulau Bali dan Malaysia.

Kepala Bidang Pendidikan SMK Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Rita Aryani mengatakan, perakitan pesawat ini membutuhkan waktu kurang lebih tiga bulan. Saat ini, prosesnya sudah berlangsung dua bulan. Pada akhir Januati nanti, pesawat ini diprediksi akan selesai dan diluncurkan pada bulan Februari 2012.

Para pelajar yang merakit pesawat ini adalah siswa kelas dua dan kelas tiga dari jurusan Air Frame dan Power Plant. Sejauh ini, SMKN 29 ini merupakan satu-satunya sekolah di Jakarta yang berhasil merakit pesawat.

”Perakitan pesawat ini dibagi dalam beberapa tim dan dibutuhkan waktu sekitar 3 bulan untuk merakitnya. Seluruh komponen pesawat ini didatangkan dari Australia dengan biaya ditanggung yang Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” ujar Rita Aryani, seperti dikutip beritajakarta.com, Kamis (5/1/2012).

Rita menyebutkan, saat ini SMKN 29 telah menandatangani MoU dengan Garuda Indonesia Airways dan Lion Air. Setelah lulus, para siswanya yang memenuhi persyaratan dapat langsung diterima bekerja di dua maskapan penerbangan tersebut. Nantinya, mereka dapat bekerja sebagai tenaga maintenance hingga pilot.

"Tentu kami berharap, para siswa tidak hanya mendapatkan ilmu di sekolah, tetapi dapat mempraktekkan ilmunya dan berguna bagi masyarakat," ujar Rita. 

Reference: Kaskus

Robot "Recycle" Mahasiswa UGM Menangkan Kompetisi "The 13th International Robot Olympiad (IRO) 2011"

Indonesia Revive! -- Dari bahan-bahan recycle dibuat menjadi bahan bermutu tinggi? Hmm... kalau orang tak creative bakal sulit ya? Tapi, di tangan Christian Antonia semua terwujud! Inilah berita tentang kemenangan seorang Christian Antonia, mahasiswa UGM yang memenangkan kompetisi "The 13th International Robot Olympiad (IRO) 2011". Ini merupakan buah karyanya yang lain setelah ia menciptakan alat deteksi tindak kejahatan di ATM.
Tim Boyo Instrument (TBI) Universitas Gadjah Mada, lewat robot terbang (quadcopter) yang bernama Si Pitung dan robot mobil (explorer bot) bernama Paijo berhasil meraih medali emas dalam kompetisi robot “The 13th International Robot Olympiad (IRO) 2011″ yang digelar di Universitas Tarumanegara Jakarta, 15-17 Desember 2011 lalu.

Robot tersebut berhasil menang untuk kategori lomba Creative Robot. Selain itu tim Gamaro UGM dengan robot Joko Klono juga meraih medali perak untuk kategori robot Indonesia. Robot humanoid itu dapat menarikan tarian tradisional khas Yogyakarta, yakni tari Klana Topeng.

“Kami menang karena dua juri dari Cina dan Korsel itu memberikan apresiasi tinggi terhadap ciptaan kami yang menggunakan bahan-bahan recycle atau daur ulang,” kata Christian Antonia, mahasiswa Elektronika dan Instrumentasi (Elins) MIPA, UGM di kampus Bulaksumur (5/1).

Menurut Christian beberapa bahan daur ulang yang digunakan di antaranya kawat alumunium jemuran, rangka baling-baling menggunakan besi tralis jendela serta bahan daur yang ada di sekitarnya. Dengan bahan daur ulang itu dewan juri memberikan nilai lebih kepada tim UGM.

Kelebihan lain dibandingkan tim dari 13 negara lainnya itu lanjut Christian adalah robot menggunakan konsep/model robot baling-baling yang bisa naik turun seperti pesawat heli di kapal induk. Sedangkan peserta lain banyak menggunakan konsep robot darat atau robot air.

“Konsep robot kapal induk itu memang masih jarang dipakai dan dinilai dewan juri sangat murah dari segi bahan yang recycle,” kata Christian didampingi mahasiswa lainnya Andika Pramanta Yudha dan Rossena Karisma Rasul.

Dia mengatakan dalam IRO 2011 itu temanya “Robot for Helping People from Natural Disaster” yang diikuti 13 negara seperti Korsel, China, Malaysia, Kanada, AS, Singapura, Jepang, New Zealand, Filipina dengan 14 kategori.

“Ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi kami, karena ternyata UGM bisa mengalahkan tim lain dari negara-negara lain di dunia,” ungkap Ketua Jurusan Ilmu Komputer dan Elektronika (JIKE) FMIPA UGM, Jazi Eko Istiyanto.

Menurut dosen pembimbing TBI, Ilona Usuman, Quadcopter merupakan robot terbang yang dapat membawa muatan berupa robot mobil. Dua robot ini bisa terbang ke titik-titik bencana dan memantau kondisi di atasnya. “Ide dasarnya adalah bagaimana kita bisa menciptakan robot yang bisa memantau apakah ada korban yang selamat di daerah bencana atau tidak,” jelasnya.

Pada titik bencana robot Quadcopter akan menerjunkan robot mobil yang dapat menelusup di reruntuhan dan mendeteksi keberadaan korban. Selanjutnya robot mengirimkan data lingkungan sekitar berupa suhu, konsentrasi gas beracun dll ke pusat pengendali yang berada jauh dari lokasi bencana. Tim SAR kemudian dapat mengetahui titik lokasi korban dan kondisi lingkungan sekitar.

Dua robot ini didesain untuk mendeteksi korban bencana akibat gempa dan letusan gunung berapi. “Selama ini, upaya penyelamatan korban bencana di Indonesia terkendala cuaca sehingga pesawat terbang biasa tidak bisa menjangkau. Robot ini salah satu solusinya,” kata Ilona.

Anggota TBI, Christina Antonia LP, mengatakan robot itu juga telah memadukan dua sensor sekaligus, yaitu sensor gyro dan sensor akselerometer. Gyro merupakan sensor penyetabil dan refleksi percepatan sudut. Sedangkan sensor akselerometer untuk kontrol kemiringan yang digunakan untuk robot terbang.

“Kita memanfaatkan bahan-bahan murah yang sudah tidak digunakan seperti alumunium jemuran dan teralis jendela untuk badan robot terbang. Selain itu batere yang menggerakkan juga batere jemuran. Hanya sensor elektrik saja yang menurutnya dibeli dari luar negeri,” papar Christina.

Sementara itu Andhika menambahkan bahwa Tim Boyo Instrument (TBI) merupakan gabungan dua program studi S-1 yakni Elektronika dan Instrumentasi (Elins) dan Teknologi Informasi (TI) dengan tiga peserta inti, yakni Rossena Karisma Rasula (Elins), Christian Antonia (Elins) dan Andika Pramanta Yudha (TI) dan enam anggota pendukung yakni Rangga Kurniawan (Elins), M. Zaim Abdillah (Elins), Eviyan Fajar Anggara (Elins), Firdhaus Azhar (Elins), Anggoro Wibisono (Elins) dan Latifah Noor (Elins).

TBI menghabiskan dana sekitar Rp 8,8 juta untuk membuat robot tersebut dan mereka juga tengah berusaha memperoleh hak paten atas karyanya.
Reference: Indonesia Proud

Joko Widodo: Walikota yang Tidak Ambil Gajinya

Indonesia Revive! -- Entah apa yang terbersit dalam benak saya ketika membaca tentang artikel ini. Jokowi, Walikota Solo, tak pernah mengambil gajinya. Dalam artian tidak pernah memakai gajinya untuk kepentingan dirinya sendiri. Melainkan digunakan untuk nyangoni warganya. Busyet??? Benarkah demikian? Berikut ini adalah beritanya, sudah lama sih, tapi tetap relevan di tengah-tengah para anggota DPR menyodorkan anggaran membetulkan WC sebesar 2 miliar.
Di saat ramai dibicarakan tentang ‘keluhan’ gaji presiden RI yang tidak naik-naik selama 7 tahun, ternyata ada pejabat negara yang tidak mengambil gajinya.

Joko Widodo, yang akrab disapa Jokowi, sejak awal menjabat sebagai Wali Kota Solo ternyata tidak pernah mengambil gajinya. Menurut Jokowi, penghasilannya sebagai eksportir mebel lebih dari cukup untuk menghidupi keluarganya.

”Kecil-kecil kan saya eksportir mebel. Saya juga punya gedung pertemuan yang bisa disewakan,” kata Jokowi di sela-sela kirab budaya Garebeg Sudiro yang digelar dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek di Pasar Gede, Solo, 30 Januari 2011.

Lalu, untuk apa gaji pria kelahiran Solo, 21 Juni 1961, ini sebagai wali kota?

”Coba tanya ajudan atau sekretaris saya, mereka yang mengurus setiap bulan. Jumlahnya pun saya tidak tahu persis. Kebanyakan (gajinya) habis untuk nyangoni warga. Kalau bertemu kasih Rp 50.000, Rp 100.000, dalam tiga-empat hari saja sudah habis,” kata Jokowi yang menjabat sebagai Wali Kota Solo untuk periode kedua.

Menurut ayah tiga anak ini, dirinya tidak pernah menanyakan gaji, fasilitas rumah, atau mobil. Bagi Jokowi, sebagai wali kota, itu berarti dia diberi amanah untuk bekerja, dan ia berupaya untuk melaksanakannya.

Oleh karena pertanyaan tentang gaji yang bertubi-tubi itu, Jokowi pun ganti tergelitik untuk bertanya, ”Ada apa toh kok tanya tentang gaji terus?”
Ide perubahan ada di sekitar kita. Jika bukan kita yang melakukannya. Siapa lagi?

Reference: Sayang Dibuang

Moko, Kompetitor Kia Esemka

Indonesia Revive! -- Setelah kemunculan mobil KIA ESEMKA di Solo, kini dari Makassar muncul produk yang bakal menyainginya, mobil Moko. Silakan baca berita yang didapat redaksi Indonesia Revive!.
Kalau di Solo ada Esemka, di Makassar juga ada mobil rakitan putra-putri daerah yang diberi nama Moko. Pengembangan mobil yang dicetuskan Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo itu diharapkan bisa bersaing dengan Esemka.

“Kami harap pemerintah provinsi mengangkat produksi Moko. Saya usul ke Gubernur untuk melakukan produksi massal,” kata Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan Ashabul Kahfi, Kamis (5/12/2011) di Makassar.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel) sukses meluncurkan tiga tipe prototipe mobil nasional, Moko, pada puncak peringatan hari jadi ke-342 Provinsi Sulsel 19 Oktober 2011. Tiga tipe mobil tersebut bernama “N1″, “Rinra”, dan “Tetta” yang masing-masing berkapasitas 650 cc.

Pengembangan tersebut hasil kerja sama Universitas Hasanuddin dan PT Industri Kereta Api Nasional (PT IKAN). PT IKAN adalah perusahaan yang akan memproduksi 70 persen komponen mobil.

Ia mengemukakan, baik mobil Moko maupun Esemka harus mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan masyarakat karena merupakan produksi lokal. Namun, Kahfi juga mengingatkan agar produksi massal mobil Moko dilakukan dengan mempertimbangkan kualitas.

“Semua harus didukung karena merupakan produk dalam negeri. Namun, mutunya juga harus diperhatikan untuk kenyamanan dan safety (keamanan) penggunaannya,” ucapnya. Kahfi mengusulkan agar satu dari tiga tipe mobil Moko untuk dioperasikan khusus di desa.

Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo sebelumnya berharap, Moko akan menjadi kendaraan niaga untuk usaha kecil, dan direncanakan tahun ini diproduksi di Makassar atas lisensi PT IKAN bekerja sama dengan Universitas Hasanuddin.
Hal ini sangat berarti bagi perkembangan Indonesia di masa mendatang. Putra-putri Indonesia dapat andil bagian dari pertumbuhan bangsa yang besar ini.

Reference: Indonesia Berprestasi

Lagi, Tentang Andik Vermansyah (10 Pemain Terbaik Asia)

Indonesia Revive! -- Tampaknya karier Andik Vermansyah bakal semakin melejit naik di tahun 2012 ini. Selain, digadang-gadang sebagai pemain potensial versi Football Manager, ranah sepakbola Asia dan Eropa sedang melirik pemain berjuluk "Messi from Indonesia" ini. Berikut redaksi Indonesia Revive! suguhkan beritanya:

Situs Olahraga ESPN Soccernet menilai pemain Persebaya 1927, Andik Vermansyah, menjadi satu dari 10 pemain Asia yang akan bersinar pada tahun 2012.

Kolumnis ESPN Soccernet, John Duerden, dalam laporannya Kamis memasukkan Andik dalam daftar 10 pemain yang menjadi sorotan pada tahun ini.

Duerden mencatat Andik yang dijuluki “Messi dari Indonesia” memiliki kemampuan sebagai pemain yang cukup baik dalam penguasaan bola.

Nama Andik mencuat setelah David Beckham meminta bertukar kaus dengan pemain kelahiran Jember itu, usai laga eksibisi Indonesia Selection dengan LA Galaxy, akhir November lalu. Selain itu, Bekcham juga memuji penampilan Andik. Selanjutnya, dikabarnya diincar sejumlah klub di Eropa.

Selain Andik, Duerden juga mencatat sembilan pemain muda Asia lainnya yang akan bersinar adalah Hiroshi Kiyatake (Jepang), Shin Young-Rok (Korea Selatan), Yu Hanchao (Cina), Fahad Al-Enezi (Kuwait), Ibrahim Galeb (Arab Saudi), Pak Shong-Chol (Korea Utara), Ali Ashfaq (Maladewa), Amer Shafia (Yordania), dan Fareez Farhan (Singapura).
Di bawah ini, silakan lihat video Youtube skill dan goal yang diciptakan Andik Vermansyah:

Reference: Indonesia Berprestasi

Menghajar Hama Kutu Kebul Pada Tanaman Cabai


Indonesia Revive! -- Ternyata bukan hanya manusia, tanaman cabai pun ada jang terserang penyakit kuning. Tentu jenisnya berbeda, termasuk penyebabnya. ”Penyakit kuning itu ditularkan oleh vektor (serangga),” Ungkap Dr. Ir. Arman Wijonarko, M.Sc., seorang peneliti sekaligus dosen di Fakultas Pertanian UGM (Universitas Gadjah Mada) Yogyakarta. “Vektornya itu bernama kutu kebul (Bemisia tabaci),” lanjutnya.

 Penyakit kuning pada tanaman cabai awalnya muncul tahun 2003 di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kemudian, dengan cepat penyakit itu menyebar ke setiap sentra tanaman cabai di seluruh tanah air, khususnya yang ada di daerah pegunungan. Kerugian yang diderita petani akibat serangan penyakit itu secara keseluruhan mencapai milyaran rupiah.

Gejala akibat serangan penyakit kuning muncul sejak tanaman cabai masih berupa bibit hingga tanaman tua yang sudah berproduksi. “Ciri-cirinya daun kuning, terus mengkeriting," tutur laki-laki kelahiran Magelang, 16 Maret 1967 itu.

Belum banyak kajian mengenai aspek dasar dari Bemisia tabaci (B. tabaci) di Indonesia dalam kaitannya dengan penyakit kuning. Dengan penelitiannya yang berjudul “Epidemi Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai, Inang Alternatif, dan Penyebaran Vektornya”, Arman berharap akan memperoleh informasi dasar tentang tanaman-virus penyakit kuning-vektor penularnya beserta interaksinya di ekosistem pertanian.

Penelitian itu memang menyangkut masalah vektor dan penyakitnya, tapi Arman sendiri lebih banyak meneliti vektornya. Ia melakukan penelitian tentang vektor itu sejak tahun 2003. “Penelitiannya sejak awal muncul penyakit kuning,” Ungkapnya.

Dilaporkan bahwa B. tabaci mempunyai inang lebih dari 500 jenis tanaman dan sebagian besar merupakan tanaman penting hortikultura dan tanaman hias, atau tanaman di dalam rumah kaca.  Dan, inang itu dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu: (1) inang untuk makan (feeding host), dan (2) inang reproduksi (reproductive host).

B. tabaci dikenal sebagai serangga yang mempunyai kisaran penyebaran geografis cukup luas, mulai dari daerah subtropis hingga daerah tropis. Serangga tersebut dapat menularkan sekitar 110 jenis virus yang menyebabkan penyakit tanaman. Untuk penyakit kuning sendiri disebabkan oleh virus dari kelompok geminivirus.

Awalnya, Arman melakukan survei di beberapa sentra tanaman cabai yang meliputi tiga level ketinggian, yaitu mulai dari ketinggian kurang dari 200 meter di atas permukaan laut, 200-600, dan 600 lebih. Adapun wilayah yang menjadi tempat penelitiannya adalah Magelang (3 lokasi), Temanggung (3 lokasi), Pekalongan (1 lokasi), Brebes (2 lokasi), Tegal (2 lokasi), Purbalingga (1 lokasi), Karanganyar (3 lokasi), Sleman (2 lokasi), Bantul (2 lokasi), dan Kulonprogo (1 lokasi).

Survei yang mencakup pengamatan terhadap intensitas serangan penyakit kuning, vektor, dan kondisi agroekosistem itu menunjukkan adanya tempat yang merupakan daerah endemis serangan penyakit kuning. Di dataran tinggi, seperti daerah Pakem dan Temanggung, walaupun populasi serangga vektornya sedikit, namun intensitas kerusakan yang ditimbulkannya mencapai >80%. Sebaliknya,di dataran rendah seperti daerah Bantul dan Kulonprogo yang populasi vektor sangat banyak, tingkat serangan penyakit kuning  pada pertanaman cabai malah tidak begitu tinggi.

Pengamatan pada pertanaman cabai di dataran rendah menunjukkan bahwa populasi vektor pada tanaman cabainya sangat sedikit. Vektor malah banyak ditemukan pada tanaman lain seperti terong, tomat, semangka, ubi jalar, mentimun dan gulma. Begitu juga dengan virusnya, juga lebih banyak di tanaman selain cabai.

Untuk pengamatan vektor, Arman menjelaskan bahwa di Jogja pun biotipe vektornya bermacam-macam. Kemudian pengamatan itu juga menemukan beberapa musuh alami jenis serangga seperti Coccinellidae, Miridae, dan laba-laba yang potensial untuk diuji kemampuannya dalam menekan populasi vektor.

Arman juga menemukan bahwa adanya lahan dengan sanitasi yang baik khususnya bermula dan gulmanya minimum, umumnya tingkat serangan penyakit kuning tidak setinggi pada kebun yang tidak begitu dirawat. Dan adanya tanaman lain yang bertindak sebagai ”barrier” bagi masuknya vektor ke pertanaman cabai, bisa menekan serangan penyakit kuning maupun populasi vektornya. Salah satu tanaman yang dapat berfungsi sebagai barrier adalah tanaman jagung. “Kalau tanaman cabe itu dikelilingi oleh tanaman jagung, itu lebih aman,” katanya.

Kemudian pada daerah yang pola tanamnya berganti dengan komoditas yang bukan merupakan inang B. tabaci, tingkat serangan penyakit kuningnya relatif lebih rendah. Misalnya di daerah Bantul, meskipun populasi vektornya cukup tinggi, bahkan di bulan Agustus – September boleh dikatakan terjadi eksplosi B. tabaci pada tanaman terong, tetapi intensitas serangan tidak setinggi di daerah Pakem. Itu karena di daerah Bantul terjadi rotasi tanam, sedang di daerah Pakem terus-menerus ditanami cabai.

Intensitas serangan penyakit kuning pada cabai rawit mencapai 50-100%, sedangkan pada cabai besar berkisar antara 20-100%. Belum diketahui apakah ada varitas tanaman cabai yang toleran. Sementara menurut Arman, varietas cabai yang banyak diserang adalah TM 99, yang merupakan favorit petani Pakem, Magelang, Muntilan, dan Temanggung.

Mengenai pengendalian penyakit kuning di tingkat petani, mereka lebih banyak mengandalkan pada pestisida kimia yang sesungguhnya merupakan bahan beracun, dan belum tentu efektif untuk mengendalikan penyakit maupun vektornya. B. tabaci  menjadi masalah yang cukup sulit diatasi karena kemampuannya untuk resisten terhadap pestisida yang masih relatif baru, seperti imidakloprid dari golongan neonikotinoid.
Kepada para petani cabai Indonesia, Arman menyarankan,agar penyakit kuning bisa diminimalisir, maka perlu melakukan: (1) rotasi tanam dengan menanam jenis tanaman lain untuk memutus rantai vektor; (2) pembibitan yang bebas penyakit; (3) pembersihan lahan dari tanaman liar atau gulma.

Pada dasarnya, Arman hanya memberikan cara-cara pencegahannya saja. Kata Arman, “Virus itu kalau sudah masuk nggak ada obatnya. Paling hanya dipupuk supaya agak kuat.” (Sumber: Wawancara Arman Wijonarko, Thursday, January 01, 2004, 3:00:00 PM, by yunisa @yenese.com)

Memecah Kebuntuan Penyelidikan Perut Bumi

Indonesia Revive! -- Setelah BJ. Habibie belum ada orang Indonesia yang disanding-sandingkan kecerdasan dengannya. Tetapi hal itu mungkin bisa terbantahkan. Adalah Yogi Ahmad Erlangga yang, barangkali, bisa disandingkan sejajar dengan BJ. Habibie. Karena apa? Dia memecahkan persamaan Helmholtz. Wow... dan dia orang Indonesia... Ada lagi yang kurang?

Lihat berita yang didapat redaksi Indonesia Revive! berikut ini, diambil dari Indonesia Proud.
Dulu, BJ Habibie menemukan rumus yang mampu mempersingkat prediksi perambatan retak. Banyak lembaga di berbagai negara memakai rumus ini, termasuk NASA di Amerika. Yogi Ahmad Erlangga mengulang kesuksesan Habibie. Melalui riset Ph.D-nya, Yogi berhasil memecahkan rumus persamaan Helmholtz, Desember 2005. Selama 30 tahun terakhir, tak ada yang berhasil memecahkan persamaan matematika Helmholtz yang sering dipakai untuk mencari titik lokasi minyak bumi itu. Persamaan matematika itu sendiri dikenal sejak satu abad silam.

Media Barat menyebut Yogi sebagai matematikawan Belanda. Padahal, ia adalah pria kelahiran Tasikmalaya, dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), dan saat itu sedang menempuh program Ph.D di Delft University of Technology (DUT).

Keberhasilan itu memuluskan jalan bagi perusahaan perminyakan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan biaya lebih rendah. Selama ini, industri perminyakan sangat membutuhkan pemecahan rumus Helmholtz itu agar bisa lebih cepat dan efisien dalam melakukan pencarian minyak bumi.

Setelah Yogi memecahkan persamaan Helmholtz yang selama ini justru banyak dihindari oleh para ilmuwan, perusahaan minyak bisa 100 kali lebih cepat dalam melakukan pencarian minyak — bila dibandingkan dengan sebelumnya.

Tak cuma itu, dari kebutuhan hardware-pun, industri minyak bisa mereduksi sekitar 60 persen dari hardware yang biasanya. Sebagai contoh, program tiga dimensi yang sebelumnya diselesaikan dengan 1.000 komputer, dengan dipecahkannya rumus Helmholtz oleh Yogi, bisa diselesaikan hanya dengan 300 komputer.

Yogi mengungkapkan, penelitian mengenai persamaan Helmholtz ini dimulai pada Desember 2001 silam dengan mengajukan diri untuk melakukan riset di DUT. Waktu itu, perusahaan minyak raksasa Shell datang ke DUT untuk meminta penyelesaian persamaan Helmholtz secara matematika numerik yang cepat atau disebut robust (bisa dipakai di semua masalah).

Selama ini, ungkap Yogi, Shell selalu memiliki masalah dengan rumus Helmholtz dalam menemukan sumber minyak di bumi. Persamaan Helmholtz yang digunakan oleh perusahaan minyak Belanda itu membutuhkan biaya tinggi, tak cuma dari perhitungan waktu tetapi juga penggunaan komputer serta memori.

‘’Shell selama ini harus menggunakan rumus Helmholtz berkali-kali. Bahkan, kadang-kadang harus ribuan kali untuk survei hanya di satu daerah saja. Itu sangat mahal dari sisi biaya, waktu dan hardware,’’ ungkap Yogi.

Karena itu, sambung pria yang lulus dengan nilai cum laude saat menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 itu, Shell meminta DUT melakukan penelitian yang mengarah pada persamaan Helmholtz agar bisa lebih efisien, cepat, dan kebutuhan hardware yang cukup kecil. Untuk proyek penelitian tersebut, Pemerintah Belanda membiayainya karena proyek ini dianggap sebagai bagian dari kegiatan untuk meningkatkan perekonomian Belanda.

Yogi yang memiliki hobi memasak, melukis, dan olah raga itu, memecahkan rumus Helmholtz setelah berkutat selama empat tahun. Yang membuat penelitian itu lama, ungkap dia, karena persamaan Helmholtz dalam matematika numerik, yaitu matematika yang bisa diolah dengan menggunakan komputer.

Karena itu, dalam melakukan penelitian, diperlukan beberapa tahapan yang masing-masing tak sebentar. Apalagi, sambung dia, persamaan ini memang sangat sulit. Ada dua cara untuk menguraikan matematika numerik yaitu secara langsung (direct) dan literasi. ‘’Banyak pakar yang menghindari penelitian untuk memecahkan rumus Helmholtz karena memang sulit,’’ kata pria kelahiran Tasikmalaya ini.

Pakar terakhir yang memecahkan teori Helmholtz adalah Mike Giles dan Prof Turkel, berasal dari Swiss dan Israel, masing-masing dengan caranya sendiri. Teori dari kedua pakar itulah yang kemudian dianalisisnya beberapa waktu sehingga kemudian bisa dioptimalkan dan dijadikan metode yang cukup cepat.

‘’Saya punya persamaan matematika dalam bentuk diferensial. Yang saya lakukan untuk memecahkan rumus Helmholtz itu adalah mengubah persamaan ini menjadi persamaan linear aljabar biasa. Begitu saya dapatkan, saya pecahkan dengan metode direct atau literasi,’’ ujarnya.

Metode langsung, papar Yogi, bila dalam perjalanannya kemudian menemukan masalah yang besar maka akan mahal dari segi waktu dan biaya. Namun metode literasi pun belum tentu bisa memperoleh solusi atau kadang-kadang diperoleh dengan waktu yang cukup lama. Hanya, kata dia, yang pasti, dengan metode literasi selalu murah dari segi hardware.

‘’Persamaan Helmholtz ini bisa diselesaikan dengan literasi, tapi kalau dinaikkan frekuensinya, jadi sulit untuk dipecahkan,’’ ujarnya. Yogi memaparkan, untuk mengetahui struktur daerah cekung, misalnya, yang dilakukan adalah meneliti daerah akustik dan kemudian dipantulkan gelombangnya dengan frekuensi tertentu. Pantulan tersebut kemudian direkam. Setelah itu, frekuensi akan dinaikkan misalnya, dari 10 Hz, lalu naik lagi 10,2 Hz, 10,4 Hz, dan seterusnya.

Yang kemudian menjadi persoalan, ungkap dia, ketika frekuensi dinaikkan, persamaan Helmholtz akan semakin sulit untuk diselesaikan. Ia memberikan contoh, Shell hanya bisa menyelesaikan persamaan Helmholtz sampai dengan frekuensi 20 Hz. ‘’Ketika dinaikkan menjadi 30 Hz, mereka tak bisa,’’ katanya.

Kemudian, Yogi memperoleh metode robust yang memungkinkan persamaan Helmholtz untuk dipecahkan dengan frekuensi berapa pun. ‘’Kita sudah melakukan tes 300 Hz tidak masalah. Meskipun, sebenarnya 70 Hz pun sudah cukup untuk pemetaan,’’ ujar penggemar matematika ini.

Tak Cuma Untuk Temukan Sumber Minyak

Menurut Yogi, selain untuk menemukan sumber minyak, keberhasilan persamaan Helmholtz ini juga bisa diaplikasikan dalam industri lainnya yang berhubungan dengan gelombang. Persamaan ini digunakan untuk mendeskripsikan perilaku gelombang secara umum. Industri yang bisa mengaplikasikan rumus ini antara lain industri radar, penerbangan, kapal selam, penyimpanan data dalam blue ray disc (keping DVD super yang bisa memuat puluhan gigabyte data), dan aplikasi pada laser.

Mengenai kelanjutan dari penemuannya itu, Yogi mengatakan, karena penelitian ini dilakukan oleh perguruan tinggi, maka persamaan Helmholtz ini menjadi milik publik. ‘’Biarpun dibiayai oleh Shell, tapi yang melakukannya universitas, sehingga rumus ini menjadi milik publik,’’ katanya.

Ia tidak mematenkan rumus temuannya itu. Apalagi, sambung dia, produknya itu berasal dari otak sehingga tidak perlu untuk dipatenkan. ‘’PT Pertamina pun sebenarnya bisa menggunakan rumus ini untuk mencari minyak bumi. Saya sempat diundang oleh Pertamina beberapa waktu lalu, tapi karena ada keperluan, tidak hadir. Memang ada yang mengatakan kalau PT Pertamina tertarik dengan temuan saya, cuma masalahnya Pertamina memiliki software-nya atau tidak,’’ ujar pria yang tak suka publikasi ini.

Menurut Yogi, persamaan Helmholtz ini dalam proses penelitiannya sudah dipresentasikan di banyak negara di dunia, yaitu saat intermediate progress selama Desember 2001 hingga Desember 2005. Buku mengenai persamaan Helmholtz yang dibuatnya saat masih di Belanda pun, laris manis.

‘’Tinggal satu (buku) dan saya tak punya fotokopinya lagi,’’ ujar dosen yang kini sibuk dengan beberapa penelitian bersama Prof Turkel. Mengutip Turkel, Yogi mengatakan bahwa persamaan yang ditemukannya itu masih bisa dikembangkan lagi. Namun kini, Yogi akan berkonsentrasi pada postgraduate research di Berlin, Jerman, yang akan memakan waktu selama dua tahun sejak 1 Mei 2006.

Terobsesi Memajukan Indonesia

Setelah menjadi terkenal di dunia matematika karena berhasil memecahkan rumus Helmholtz yang dikenal sangat sulit, dosen Teknik Penerbangan ITB, Yogi Ahmad Erlangga, masih memiliki obsesi yang belum tercapai. Menurut anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Mohamad Isis dan Euis Aryati ini, obsesi yang belum tercapai adalah ingin melihat bangsa Indonesia maju.

Karena, kata dia, saat ini Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan India. Padahal, Indonesia dan India sama-sama sebagai negara berkembang dan banyak masyarakatnya yang miskin. ‘’Meskipun miskin, tapi India sekarang bisa menjadi pusat informasi teknologi (IT) di dunia. Saya ingin Indonesia seperti India, kemiskinan bukan berarti tidak bisa berkembang,’’ ujar Yogi. Khusus untuk ITB, sambung pria kalem kelahiran Tasikmalaya 8 Oktober 1974, obsesinya adalah ingin ITB bisa lebih besar lagi.

Minimal, ITB menjadi perguruan tinggi terbesar di Asia. Karena, kalau hanya terbesar di Indonesia saja, sejak dulu juga begitu. Bahkan, sambung dia, pernyataan itu justru menjadi tanda tanya besar. ‘’Saya pun masih memiliki obsesi pribadi. Keinginan saya adalah ingin melakukan penelitian tentang pesawat terbang, perminyakan, dan biomekanik,’’ kata pemenang penghargaan VNO-NCW Scholarship dari Dutch Chamber of Commerce itu.

Presiden Anugerahkan Penghargaan Bidang Industri

Indonesia Revive! -- Demi menggenjot prestasi dan kreasi dari berbagai bidang, pemerintah Indonesia memberikan anugerah kepada 69 penerima penghargaan yang telah berperan serta membangun perekonomian Indonesia. Berikut kabar yang diperoleh redaksi Indonesia Revive! dinukil dari Kompas(dot)com.
JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Kamis (5/1/2012), menyerahkan penghargaan pemerintah di bidang industri kepada 69 penerima di Istana Negara. Penghargaan yang terdiri atas 6 jenis ini merupakan bentuk apresiasi pemerintah terhadap mereka yang berprestasi dalam pembinaan dan pengembangan industri.

Penghargaan terdiri atas penghargaan Upakarti, Rintisan Teknologi, Desain Terbaik Indonesia, Kreasi Prima Mutu, Anugerah Cinta Karya Bangsa, dan Penghargaan Industri Hijau.

Dalam sambutannya Menteri MS Hidayat menyatakan, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 24 persen bagi perekonomian nasional.

Pertumbuhan industri pengolahan non migas pada triwulan III tahun 2011 meningkat 6,49 dibanding tahun sebelumnya yang hanya 5,09 persen. Pertumbuhan itu merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Pemberian penghargaan ini, menurut Hidayat, sekaligus untuk memotivasi kalangan industri untuk meningkatkan kinerja dan prestasinya.

Kiprah 12 Desainer di Ajang Internasional Fair of the Muslim World

Indonesia Revive! -- Indonesia belum tentu kalah dalam soal fashion dengan negara lain. Toh, buktinya, 12 desainer Indonesia yang mengikuti ajang Internasional Fair of the Muslim World yang diselenggarakan di Le Bourget Exhibition Center, Paris pada 18 Desember 2011.

Berikut beritanya:
Di ajang Internasional Fair of the Muslim World yang diselenggarakan di Le Bourget Exhibition Center, Paris pada 18 desember lalu, 12 desainer Indonesia memamerkan karyanya dan mendapat sambutan hangat dari 2.000 penonton wanita dari berbagai negara.

Kedua belas desainer tersebut adalah Anne Rufaidah, Dian Pelangi, Boyonz Ilyas, Hannie Hananto, Irna Mutiara, Jenny Tjahyawati, Malik Moestaram, Merry Pramono, Monika Jufry, Najua Yanti, Nieta Hidayani, dan Nuniek Mawardi. Karya mereka mendapat pujian dari pembawa acara yang juga berprofesi sebagai komedian muslimah pertama di Paris, Samia Orosemane.

Orosemane menyatakan bahwa karya busana muslim asal Indonesia merupakan yang terbaik dan terfavorit. Komentar tersebut pun langsung mendapat tepuk tangan meriah dari para penonton.

“Perancang fashion muslim Indonesia memiliki keragaman olah kreativitas dalam berkarya, mereka bahkan mampu menterjemahkan kekayaan etnik berupa batik, tenun, sasirangan dan sulaman Tasik menjadi bahasa global, sehingga menjadi ciri khas pembeda yang tiada duanya,” jelas Eka Shanty, Direktur Eksekutif IIFC.

Dalam siaran pers yang dilansir Union des Musulmans de France (Perkumpulan Muslim Perancis) disebutkan bahwa keberadaan Indonesia adalah sebagai negara kehormatan (L’Indonesie Pays D’Honneur). Ini merupakan salah satu pengakuan bahwa Indonesia memang pantas dijuluki kiblat busana muslim dunia.

Oleh karena itu pertunjukan pembuka (opening show) diberikan kepada Dian Pelangi sebagai desainer Indonesia yang dinilai mampu menginspirasi perkembangan fashion muslim di beberapa negara Islam di dunia. Selain Indonesia, hadir pula perancang busana asal Paris, Uni Emirat Arab, Tunisia, Inggris, dan Belgia .

Tidak hanya peragaan busananya saja yang menarik perhatian masyarakat Paris, pameran busana muslimnya juga mendapat tanggapan yang luar biasa. Sejak dibuka mulai tanggal 17-19 Desember 2011, pameran yang baru pertama kali di gelar di Paris ini berhasil dikunjungi sekitar 100.000 pengunjung muslim dari berbagai penjuru Eropa.

Paviliun Indonesia yang terletak di area utama Hall 4 Le Bourget Exhibition Center mendapat sambutan antusias warga muslim di Paris. Hampir semua koleksi busana karya perancang Indonesia terjual habis. Hasilnya, selama tiga hari berpameran total omzet yang diperoleh para desainer selama tiga hari adalah 15 ribu Euro atau sekitar Rp 200 jutaan.

Duta Besar Indonesia untuk Prancis, Rezlan Ishar Jenie menyatakan sebagai negara berpopulasi muslim terbesar di Eropa, Perancis merupakan pintu gerbang mode yang strategis bagi pelaku busana muslim Indonesia.

“Jika selama ini produk mode dari Paris hadir di Indonesia, kini sudah saatnya produk buatan Indonesia untuk tampil maksimal di pusat mode dunia dengan mengambil peluang pasar baru, yaitu fashion muslim,” jelasnya.

Karya Dalam Negeri, Apresiasi Luar Negeri

Indonesia Revive! -- Siapa bilang semua film Indonesia jelek?! Tidak juga. Buktinya, film yang tak begitu terkenal di negeri sendiri Cerita dan Cita Rehabilitasi Berbasis Masyarakat karya Haryo Sentanu Murti pernah berada di urutan pertama dari 18 film peserta festival kategori “Award of Distinction” dalam Festival Film dan Multimedia Katolik ke-24 di Niepokalanow, Polandia.

Berikut kabar yang didapatkan oleh redaksi Indonesia Revive! diambil dari suciptoardi:

Film Indonesia karya Haryo Sentanu Murti berjudul “Cerita dan Cita Rehabilitasi Berbasis Masyarakat” berada di peringkat pertama dari 18 film peserta festival kategori “Award of Distinction” dalam Festival Film dan Multimedia Katolik ke-24 di Niepokalanow, Polandia.

Juru bicara KBRI Warsawa Any Muryani kepada koresponden ANTARA London, Rabu, mengatakan pengumuman itu disampaikan dewan juri setelah menilai keunggulan film yang diproduksi Studio Audio Visual Puskat dari kota Yogyakarta tersebut.

Film itu menceritakan tentang semangat solidaritas dari gereja Katholik untuk kaum miskin dan yang tertindas.

Menurut Any Muryani, lebih dari 179 film, 47 program radio, 35 program multimedia dari 21 negara, menjadi peserta festival tersebut.

“Persaingan berlangsung ketat”, ujar Ketua Juri Jan Szafraniec, Rektor Bogdan Janski College.

Selama tiga hari dari kegiatan festival, penonton mempunyai kesempatan melihat 18 film yang mendapat penghargaan. Kategori karya dalam festival itu meliputi film, program TV, animasi, dokumenter, dan amatir.

Menurut Any, karena banyaknya film yang diikutsertakan dalam festival, penyelenggara dari Asosiasi Film Katholik memutuskan memberikan tambahan penghargaan bagi film-film dari Indonesia, Kroasia, Italia, Polandia, Kanada, dan Spanyol.

“Film Indonesia unggul karena menampilkan semangat solidaritas yang ditunjukkan dalam program CBR (community-based rehabilitation) “, kata Any Muryani mengutip penjelasan panitia.

Menurut dia, festival tersebut membuka semua kesempatan bagi pengarang, penulis cerita dan sutradara mempresentasikan dan mempromosikan hasil karyanya seperti film yang menyentuh masalah aktual seperti aborsi, narkotika.

Sebelumnya, film Indonesia yang mendapat penghargaan pada festival tersebut pada tahun 2006 lewat “Kasih yang Tak Henti Mengalir” karya Isti Purwi Tyas Utami.

Any yang juga kepala Pensosbud KBRI Warsawa, pihaknya telah menerima Piagam dari panitia dan segera mengirimkannya ke Haryo Sentanu Murti, sutradara film tersebut.

“Panitia berharap Indonesia dapat tampil kembali dalam festival berikutnya yang akan diselenggarakan pada Mei 2010," kata Any Muryany.

The New Sukhoi Su-30MK2 for Indonesia


Indonesia Revive! -- Biasanya Indonesia diidentikkan dengan hal-hal yang negatif, minus. Stigma itu belum hilang sampai kini. Bahkan masih banyak masyarakat yang belum percaya bahwa Indonesia bisa bangkit. Beberapa orang acapkali melontarkan joke sinis, Indonesia gitu lho... kondom bekas saja mengimpor.

Waduh, pikiran macam apa ini? Kita harus segera membasminya. Toh, menurut kabar yang dilansir Tempo akhir tahun, yang banyak didiskusikan di forum Kompas, kabarnya Indonesia bakal membeli pesawat Sukhoi baru. Baru... gress, bukan second (bekas pakai), bukan pula refurbhised!

Inilah berita yang berhasil redaksi Indonesia Revive! ambil dari forum Kompas:

Moskow - Indonesia dan Rusia segera menandatangani kontrak pembelian enam pesawat tempur Sukhoi Su-30MK2. Enam pesawat itu akan melengkapi empat Sukhoi yang telah dibeli Indonesia pada 2003.

"Kontrak pengiriman Su-30MK2 ditandatangani sebelum akhir tahun," ujar seorang sumber pejabat pemerintah Rusia yang dimuat di harian bisnis Kommersant, Rusia, Rabu, 7 Desember 2011.

Sumber itu mengatakan, pembicaraan tentang detail pembelian pesawat itu dilakukan di sela pameran dirgantara LIMA-2011 di Pulau Langkawi, Malaysia, pekan ini. Ia tak secara khusus menyebutkan harga kontrak penjualan enam pesawat. Menurut dia, harga pesawat ditentukan oleh paket persenjataan yang dibutuhkan Indonesia untuk dipasang di pesawat-pesawat tersebut.

Namun delegasi Indonesia yang menolak disebutkan namanya menaksir harga enam pesawat itu sedikitnya US$ 500 juta (sekitar Rp 4,5 triliun). Kantor berita RIA Novosti menyebutkan, Rosoboronexport, eksportir senjata milik pemerintah Rusia, menolak mengomentari kabar perundingan pembelian pesawat itu.

Rusia saat ini juga sedang merampungkan pesanan enam pesawat dari Indonesia, yakni tiga Su-30MK2 dan tiga Su-27SKM. Kontrak pembelian senilai US$ 300 juta ini ditandatangani pada 2007.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro pada Oktober tahun lalu mengatakan Indonesia membutuhkan pesawat tempur satu skuadron penuh tipe 16 Su-Family. Pesawat Su-30MK2 merupakan pengembangan dari pesawat tempur jarak jauh Su-30 dengan peningkatan kemampuan khusus untuk menjalankan misi antikapal. Pesawat ini sering dibandingkan dengan F-15E.

Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara II, Marsekal Muda Ismono Wijayanto, bulan lalu pernah mengungkapkan bahwa enam pesawat itu akan didatangkan secara bertahap mulai awal 2012. "Penambahan pesawat Sukhoi itu untuk pelatihan dan operasi," ucapnya.

Sejak Amerika Serikat mengembargo pembelian senjata ke Indonesia sebagai protes atas meluasnya pelanggaran hak asasi manusia, Indonesia kemudian beralih ke Rusia.